JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua DPP Front Pembela Islam (FPI) Bidang Nahi Munkar, Munarman SH mengungkapkan bahwa isu soal Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) ini sengaja digembar-gemborkan BNPT untuk menjalankan perintah tuannya yakni Amerika Serikat.
Menurut Munarman, sebelumnya pihak BNPT sendiri dalam berbagai kesempatan termasuk kepada orang-orang yang ditahan terlibat kasus jihad menyatakan, jika ingin berjihad jangan di Indonesia tetapi di luar negeri saja.
“Tadinya BNPT berpendapat, ‘Ya kalau mau jihad di sini tidak boleh, kalau mau jihad ya di luar sana’. Tapi sekarang yang mau berangkat berjihad tidak boleh, dideportasi dan ditangkap. Ini artinya BNPT sudah mengikuti tuannya sana (Amerika),” kata Munarman dalam diskusi “Mengukur Bahaya ISIS di Indonesia” yang digelar DPP Partai Bulan Bintang (PBB) di markas PBB, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Sabtu (16/8/2014).
Tadinya BNPT berpendapat, ‘Ya kalau mau jihad di sini tidak boleh, kalau mau jihad ya di luar sana’. Tapi sekarang yang mau berangkat berjihad tidak boleh, dideportasi dan ditangkap. Ini artinya BNPT sudah mengikuti tuannya sana (Amerika)
Memang, jika dilihat dalam video menghebohkan berjudul Join The Ranks yang dikeluarkan oleh Al-Hayat, media resmi Daulah Islamiyah, mereka menyerukan untuk berhijrah dan berjihad ke Suriah atau Iraq. Sehingga jika pemerintah menentang jihad di Indonesia, seharusnya pemerintah memfasilitasi mereka yang hendak berjihad ke Suriah.
Dari kejanggalan sikap pemerintah tersebut Munarman menyimpulkan bahwa blow up besar-besaran isu ISIS, sebagaimana di masa Orde Baru adanya isu EKA (Kestrim Kanan) tak lain agar bisa memenjarakan orang-orang tersebut.
“Tujuannya supaya apa yang mereka sebut teroris, radikalisme, kekerasan itu punya icon,” ungkapnya.
ketika ditanya seberapa besar bahaya ISIS di Indonesia? Munarman menjawab, “Kita harusnya sadar soal isu ISIS di Indonesia itu tidak ada, ini (isu ISIS, red.) grand desain Amerika
Dengan adanya isu ISIS dan adanya icon yang dituduh sebagai gembong teroris itu, BNPT bisa terus meraup keuntungan dari proyek tersebut.
Untuk itu, ketika ditanya seberapa besar bahaya ISIS di Indonesia? Munarman menjawab, “Kita harusnya sadar soal isu ISIS di Indonesia itu tidak ada, ini (isu ISIS, red.) grand desain Amerika,” jawabnya.
Kemudian, isu ISIS ini sengaja dibesarkan oleh media-media mainstream yang kerap menyudutkan gerakan Islam, sebagaimana pengalaman FPI.
Nah, kalau kita sudah tahu strategi mereka masa kita mau ikut dalam kendang tarian mereka? Tujuan mereka adalah memusuhi Islam dan penegakkan Syariah Islam
“Saran saya untuk masyarakat, matikan TV, jual aja buat dagang. 8 TV dan 3 koran sudah saya laporkan ke Dewan Pers karena memfitnah FPI terlibat terorisme, menuduh FPI terakait kekerasan. Terbukti 8 TV itu dari mulai Trans TV, Metro TV sampai TV One menurut Dewan Pers melanggar kode etik, ada putusannya. Jadi buat apa nonton TV lagi?” tegasnya.
Semua itu kata Munarman merupakan bagian dari strategi licik BNPT yang mengadopsi lembaga think tank Amerika Serikat, Rand Corporation.
“Jadi kira-kira beginilah bagaimana mereka memecah belah, mengadu domba yang intinya seperti rencana mereka tadi, jangan sampai pada tahun 2020 itu muncul pemerintahan Islam yang bernama Kekhilafahan Islam -terlepas dari ISIS itu khilafah atau bukan- sehingga kita dikacaukan. Nah, kalau kita sudah tahu strategi mereka masa kita mau ikut dalam kendang tarian mereka? Tujuan mereka adalah memusuhi Islam dan penegakkan Syariah Islam,” tutupnya. [AW]