RISHON LEZION, ISRAEL (Panjimas.com) – Ditengah agresi militer Zionis “Yahudi” Israel secara brutal dan membabi buta kepada warga sipil Gaza Palestina, kaum Kafir Yahudi Israel dikejutkan dengan adanya pernikahan serang wanita Yahudi dengan pria Muslim Arab.
Polisi Israel melakukan pagar betis kepada lebih dari 200 demonstran ultra kanan dan ekstrimis Yahudi yang hendak menyerbu pesta pernikahan seorang wanita Yahudi dengan seorang pria Muslim tersebut. Para ekstrimis Yahudi itu menerikkan kata-kata “matilah Arab”.
Lusinan polisi termasuk anggota unit paling elite juga membentuk rantai manusia untuk menahan demonstran dari pintu gerbang gedung pernikahan dan menahan mereka yang mengabaikan peringatan. Dalam aksi itu, empat demonstran ditahan, namun tidak ada yang cedera.
Pengacara pasangan pengantin Maral Malka (23 tahun) dan Mahmoud Mansour (26 tahun) yang keduanya warga Jaffa di Tel Aviv, gagal meminta pengadilan untuk mencegah demonstrasi itu. Sang mempelai pria lalu meminta perlindungan polisi agar demonstran tetap berada 200 meter dari gedung pernikahan di sudut kota Tel Aviv di Rishon Lezion, Minggu (17/8/2014).
Demonstrasi ini menandai meningkatnya ketegangan antara kaum Kafir Yahudi dan umat Islam Arab di Israel dalam dua bulan terakhir menyusul konflik di Gaza, penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel bulan Juni lalu menyusul aksi balas dendam atas kematian seorang remaja Palestina di wilayah Yerusalem Israel.
Sebuah kelompok bernama Lehava yang mengorganisir demonstrasi anti pernikahan itu telah mengusik pasangan Yahudi-Muslim Arab itu sebelumnya dengan kerap mengutipkan ayat-ayat keagamaan untuk menolak perkawinan itu. Kelompok ini sebenarnya jarang berdemonstrasi di situs pernikahan.
Pasangan pengantin berkata kepada Channel 2 TV Israel bahwa demonstran gagal mencegah pernikahan mereka atau menciutkan semangat mereka. “Kami akan berdansa dan menikah sampai matahari terik. Kami mendukung koeksistensi,” kata sang mempelai pria.
Para demonstran yang kebanyakan anak muda mengenakan kaos hitam, mengutuk Malka yang lahir sebagai Yahudi namun masuk Islam demi pernikahan itu. Mereka mengutuk sang mempelai wanita sebagai “pengkhianat yang melawan negara Yahudi,” dan meneriakkan kata-kata kebencian kepada warga Arab dengan “matilah Arab.” Mereka juga menyanyikan, “Semoga desa kalian ludes terbakar.”
Sementara itu, beberapa warga Israel sayap kiri menggelar demonstrasi tandingan di dekat tempat pernikahan dengan membawa bunga, balon dan tanda bertuliskan “Cinta menaklukkan siapa saja.” Dalam laman Facebook-nya, Presiden Israel Reuven Rivlin mengkritik demontrasi anti pernikahan itu.
“Ekspresi semacam itu mengabaikan dasar koeksistensi kita di sini, di Israel, sebuah negara Yahudi nan demokratis,” kata Rivlin yang justru berasal dari koalisi pimpinan Partai Likud berhaluan kanan yang diketuai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Juru bicara Lehava dan mantan anggota parlemen Michael Ben-Ari mengutuk pernikahan campuran Yahudi-non Yahudi itu sebagai lebih buruk dari kelakuan Adolf Hitler. Tapi, yang justru mengejutkan, pernikahan itu dihadiri Menteri Kesehatan Israel Yael German. Politisi tengah dalam pemerintahan Netanyahu itu hanya berkata bahwa demonstrasi anti pernikakahan Yahudi-Muslim itu sebagai ekspresi demokrasi semata.
Warga keturunan Arab di Israel mencapai 20 persen dari total penduduk Israel. Mayoritas warga Arab Israel ini beragama Islam. Kalangan pendeta Yahudi menentang pernikahan campuran karena khawatir itu akan mengurangi ke-Yahudian. Banyak warga Israel yang melakukan pernikahan campuran dengan menyelenggarakannya di luar Israel.
Sedangkan ayahanda Malka, Yoram Malka, berkata kepada televisi Israel juga menentang pernikahan itu dengan menyebutnya sebagai kejadian yang sangat menyedihkan. Reuters melaporkan, Yoram mengaku marah putrinya itu masuk Islam. Mengenai menantunya, dia berkata, “Masalah saya dengan dia adalah dia itu orang Arab”. [GA/Ant]