Palestina(Panjimas.com) – Tony Laurance(Ketua Executive bantuan medis untuk rakyat Palestina) mengatakan dalam laporannya ketika sedang bertugas di Jalur Gaza:
“Saya telah menghabiskan minggu terakhir di Jalur Gaza, memimpin tim medis melakukan penilaian terhadap kerugian bagi warga Gaza yang ditimbulkan oleh konflik terbaru (yang terjadi di Jalur Gaza) dan ingin melihat bagaimana caranya dokter spesialis dari Inggris mungkin bisa membantu. Yang saya lihat adalah dua hal: dampak yang mengerikan yang terjadi akibat peperangan dan ketahanan dan kesabaran yang luar biasa dari rakyat Gaza, khususnya staf medis mereka.”
“Kita harus mengakui bahwa alat kesehatan yang berada di Jalur Gaza sangatlah terbatas. keadaan tersebut di tambah dengan terbunuhnya hampir 2.000 orang Palestina, serangan Israel membuat lima rumah sakit tutup, dan setidaknya dua puluh empat fasilitas kesehatan rusak dan menguras pasokan medis yang terbatas. Dalam serangan yang dilancarkan oleh Israel, pihak rumah sakit mulai kehabisan persediaan penting, termasuk sarung tangan steril, cairan dan antibiotik.”
“Bisa ditebak, serangan Israel menambah krisis kesehatan masyarakat yang berkembang di Jalur Gaza akibat serangan yang berulang kali dan konsekuensi jangka panjang dari blokade yang dilakukan Israel. Warga Palestina mengungsi dan penghancuran besar-besaran oleh pihak Israel, kehilangan sumber daya, kekurangan air, dan kerusakan infrastruktur air dan sanitasi telah meningkat ke tingkat serius sehingga menimbulkan penyakit menular seperti meningitis, diare dan penyakit kulit.”
Menolak untuk menyerah
“Namun, dengan latar belakang situasi yang bisa membuat orang putus asa, para profesional dari tim medis di rumah sakit dan klinik di Jalur Gaza menolak untuk menyerah. Banyak petugas medis belum dibayar selama berbulan-bulan sehingga mereka tidak tahu bagaimana mereka bisa menghidupi keluarga mereka.”
“Sementara di Rumah Sakit Shifa, saya bertemu Dr Adnan yang sepupunya telah tewas oleh ledakan rudal, namun ia terus bekerja dan membantu kehidupan orang lain. Di saat pertempuran semakin memburuk, tim kami di lapangan akan melaporkan kepada petugas medis untuk menjalankan tugasnya dengan nyaris tanpa tidur selama berminggu-minggu, sering petugas medis harus berjuang menahan air mata saat mereka merawat anak-anak yang terluka parah yang mana mereka masih muda namun telah terluka akibat konflik yang sedikit mereka ketahui tentangnya. Meskipun berada dalam kondisi konflik yang mengerikan, staf medis melakukan pekerjaan yang fantastis. Tim spesialis kami banyak menemukan kasus yang serius seperti yang banyak terjadi di rumah sakit(di luar Palestina) dan sangat terkesan dengan kualitas operasi terhadap warga Palestina yang telah dilakukan tim medis.”
“Hilangnya manusia adalah hal yang banyak kamu temukan ketika berbicara dengan warga Palestina di Jalur Gaza. Aku bertemu anggota keluarga Najar yang kehilangan 48 kerabat.”
“Tim kami mengunjungi Rumah Sakit Wafa, satu-satunya rumah sakit spesialis rehabilitasi di seluruh Jalur Gaza, yang sekarang benar-benar telah terhapus dari peta. Staf rumah sakit semuanya selamat, tetapi peralatan dan fasilitas mereka sekarang hancur. Di luar Rumah Sakit Shifa ditemukan sisa-sisa ambulans hancur, ini semua menambah lebih banyak bukti tentang bagaimana serangan Israel meninggalkan banyak korban dan kerusakan bagi fasilitas kesehatan. Sebanyak duapuluh satu tim medis dan sopir ambulans meninggal dunia selama bulan lalu(Juli) dan tiga puluh ambulans hancur.”
Statistik PBB menunjukkan bahwa 72% dari mereka yang meninggal di Jalur Gaza adalah warga sipil.
“Banyak pasien yang dipulangkan dari rumah sakit sebelum waktunya untuk membuat ruang untuk kedatangan lebih banyak lagi warga Palestina yang terluka akibat peperangan. Beberapa dari mereka tidak memiliki rumah untuk pergi atau keluarga yang tersisa untuk merawat mereka. Secara keseluruhan, 16.735 rumah hancur atau rusak parah, yang membuat sebanyak 100.410 orang kehilangan tempat tinggal. Artileri yang tidak meledak tetap merupakan ancaman bagi warga Palestina, drone tentara Israel masih berdengung di langit Gaza dan bahaya ada di mana-mana.”
“Dengan adanya gencatan senjata, prioritas kami sekarang harus membantu warga Palestina untuk sembuh. Di antara hampir 10.000 warga Palestina yang terluka sejumlah besar diamputasi yang perlu prosthetics dan membutuhkan jangka panjang untuk rehabilitasi. Spesialis dalam pemulihan anggota tubuh dan operasi plastik akan sangat dibutuhkan untuk merawat rakyat Gaza yang terluka dan MAP akan memimpin lebih banyak tim dari petugas medis dan spesialis kembali ke Jalur Gaza untuk bekerja dengan rekan-rekan Palestina merawat warga Palestina.”[HF]