GAZA (Panjimas.com) – Sejak tahun 2008-2009, kemudian berlangsung perang “batu” di tahun 2012, sampai saat ini agresi zionis terus berlangsung di Jalur Gaza, dari hal itu nampak pemandangan yang sangat menakjubkan dari warga Palestina yaitu keterikatan mereka dengan shalat di masjid-masjid mereka meskipun kekejaman serangan dari Zionis Israel.
Meskipun banyaknya masjid yang hancur karena serangan tersebut, namun dahulu masjid yang hanya terisi sepuluh orang dan tidak penuh kecuali dalam shalat Jumat, saat ini menjadi penuh dalam shalat lima waktu.
Rakyat Palestina selalu mengingat kata-kata yang pernah diucapkan salah seorang Perdana Menteri Israel, David Ben-Gurion yang berbunyi, “Kita tidak akan pernah takut kepada orang-orang Islam kecuali jika jumlah jamaah shalat subuh seperti shalat Jumat.”
Sementara itu, Abu Islam salah seorang sesepuh di masjid Al-Qassam Jalur Gaza, mengungkapakan, “ penindasan dan kemarahan dua faktor yang mendrong Israel untuk menghancurkan masjid ini.”
“Masjid Al-Qassam, merupakan benteng yang menjulang tinggi, untuk mengatasi pasukan penjajahan, keluar dari rahimnya para mujahidin dan syuhada’ yang mempermalukan pasukan Zionis, maka para ksatria akan membangun ulang masjid ini.” Tegasnya sebagaimana dilansir palinfo.com.
Pasukan zionis menargetkan masjid Izuddin Al-Qassam yang terletak Kamp. Nushairat di pusat Jalur Gaza, sebelum shalat Subuh, dan meninggal saat itu empat jamaah shalat, masjid ini merupakan masjid terbesar di Nushairat dan tertua.
“sama sekali tidak akan pernah hilang kecintaan kita kepada Allah serta perlawanan dan jihad karena hancurnya masjid-masjid kami, kami akan memakmurkannya dengan para ksatria sebelum memakmurkannya dengan bagusnya bangunan, “ ungkap Abu Anas saat diwawancarai palinfo sebelum shalat Ashar.
Ia menghubungkan, alasan penghancuran masjid selama agresi, adalah keyakinan Zionis, bahwa masjid-masjid ini yang mencetak generasi yang tak kenal takut serta menjadikan al-qur’an sebagai pedoman hidup.
Menurut statistik Departemen Wakaf dan Urusan Agama, setidaknya 64 masjid hancur total, 150 hancur sebagian.
“menargetkan masjid merupakan tanda kegagalan dalam menghadapi rakyat Palestina dan perlawanan mereka yang gagah berani.”ungkap Hasan Shaifi wakil Departemen Wakaf.
“dan ini merupakan pelanggaran serius terhadap kesucian masjid serta tempat ibadah, yang telah ditetapkan hukum internasional,” tambahnya.
Ia juga menyerukan seluruh negara Arab dan umat Islam untuk bergerak mendukung Palestina, rakyatnya dan masjid-masjid nya, serta menyeru para ulama’untuk mengambil peran nyata dalam melindungi Palestina.
Mengomentari banyaknya ulama yang bungkam terhadap kedhaliman ini, Syaikh Muhammad Al-Arify mengatakan dalam akun Facebooknya, “penghancuran masjid di Gaza dan bungkamnya dunia Islam, laksana ludah ke wajah 1,5 milyar muslimin.”
“dimana pemerintahan dan Dewan Fatwa,? Jikalau yang hancur gereja maka marahlah Vatikan,” tanyanya.
Dan nampaknya masyarakat Jalur Gaza, bersikeras untuk penegakkan nilai-nilai masjid, meskipun dibombardir, sehingga tidak aneh di sisi masjid yang dihancurkan tenda-tenda untuk shalat, sujud dan tasbih.[AH/palinfo]