Panjimas.com – Serangan Israel ke jalur Gaza telah merugikan negara Israel sendiri yang jauh lebih besar daripada kematian 64 tentara mereka, dengan tumbuhnya ketidakpuasan di dalam negeri dan dampak ekonomi yang negatif.
Ketidakpuasan ini jelas terlihat ketika sekitar 10.000 warga Israel melakukan unjuk rasa di Tel Aviv pada Kamis 14/08/2014, yang mana belum pernah terjadi unjuk rasa sebesar itu sebelumnya, ini semua akibat ketidaksetujuan mereka dengan aksi pemerintah di Jalur Gaza sejak dimulainya konflik pada tanggal 8 Juli.
Reuters melaporkan bahwa Para pengunjuk rasa merasa dikhianati oleh pemerintah dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena gagal menghentikan serangan roket ke Israel dari Gaza.
Mereka percaya bahwa pemerintah Israel belum memenuhi janjinya untuk memulihkan ketenangan di Negara Israel dan penghancuran terowongan bawah tanah dipandang warga Israel hanyalah sebagai pengalihan fakta bahwa pemerintah Israel telah gagal menghentikan serangan roket pejuang Palestina ke kota-kota Israel.
“Netanyahu harus khawatir akan kritik yang dihadapinya,” kata Ron Gilran, Wakil Presiden Intelijen di Grup Levantine yang berbasis di Timur Tengah.
“Dia sekarang menghadapi kritik agar dia segera menghentikan serangan ke Jalur Gaza dan agar bernegosiasi dengan pihak Hamas,” katanya.
Perang Israel di Gaza telah menimbulkan banyak kontroversi baik di dalam maupun di luar negeri Israel.
“Kebanyakan warga Israel tidak ingin mengontrol wilayah Gaza dan Tepi Barat,” kata Gilran
Perdebatan tentang perang ini menjadi semakin panas minggu ini ketika kelompok hak asasi manusia Israel B’Tselem mengatakan bahwa beberapa serangan militer Israel di Gaza adalah ilegal.
Pengaruh perang di Gaza pada ekonomi Israel terasa lebih jelas daripada dampak politik.
“Tidak diragukan lagi ada dampak akumulasi dari perang terhadap ekonomi Israel,” kata Yossi Mekelberg, direktur program Hubungan Internasional dan Ilmu Sosial di Regent University, London, dia menambahkan bahwa “biaya perang secara keseluruhan mungkin berkisar antara 4 miliar sampai 5 miliar shekel Israel [$ 1100000000 untuk $ 1400000000]. ”
Pada hari Minggu, Biro Pusat Statistik mengatakan bahwa perekonomian Israel tumbuh pada tingkat tahunan 1,7 persen pada kuartal kedua, hal ini adalah yang paling lambat sejak awal 2013 dan jauh di bawah ekspektasi.
Tingkat pertumbuhan yang paling lambat sejak 1,6 persen pada kuartal pertama tahun 2013.
Sementara itu, kegiatan ekspor, yang merupakan 40 persen dari aktivitas ekonomi Israel, turun 17,7 persen pada kuartal kedua setelah hampir tidak mengalami perubahan pada tiga bulan sebelumnya.
El Al Israel Airlines, pesawat utama Israel, pekan ini mengatakan pendapatan perusahaan pada kuartal ketiga akan lebih menurun daripada perkiraan sebelumnya akibat perang di Jalur Gaza, hal tersebut dikarenakan banyaknya pembatalan oleh pengguna jasa pesawat terbang.
Perusahaan itu mengatakan konflik akan mengurangi pendapatan perusahaan untuk bulan Juli-September sebanyak $ 55.000.000 sampai $ 65 juta dan jumlah ini akan memiliki “dampak buruk terhadap hasil pendapatan perusahaan.
Sementara itu, sektor pariwisata juga telah terpuruk akibat terkena serangan roket dari Jalur Gaza dan gambar-gambar yang memperlihatkan warga Israel bergegas ke tempat penampungan memicu gelombang pembatalan pada saat puncak musim wisata.
Pada bulan Juli, 218.000 pengunjung tercatat memasuki Israel, turun sekitar 26 persen dari tahun lalu, dan jumlah terendah untuk setiap bulan Juli sejak 2007, menurut Biro Pusat Statistik.[HF]