BANDUNG (Panjimas.com) – Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab mengawali ceramahnya di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, pada Rabu (13/8/2014) dengan menjelaskan bahwa agama Islam sangat peduli terhadap keadilan, dan umat Islam wajib menunjung tinggi keadilan.
Kepada siapapun kita harus adil, termasuk kepada musuh, kepada orang-orang Kafir, dan kepada orang yang kita benci, tetap wajib berlaku adil. Allah Swt berfirman: “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu golongan menjadikan kamu tidak berlaku adil”.
“Namun jika keadilan tidak didapatkan, maka yang terjadi adalah kedzaliman. Orang dzalim pasti dia tidak adil, dan kalau orang adil pasti dia tidak dzalim. Allah SWT berfirman: Kalian tidak boleh berbuat dzalim dan tidak boleh didzalimi,” tambahnya.
Dan terkait fenomena Daulah Islamiyyah Iraq dan Syam/Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) atau Islamic State (IS) yang saat ini sedang ramai dibincangkan di Indonesia, Habib Rizieq juga mengajak umat Islam untuk bersikap adil dan tidak menghukumi sebelum tahu permasalahannya. “Saya tidak mendukung ISIS, dan saya juga tidak berani mencela ISIS. Tapi saya ingin mengambil pelajaran dari fenomena ISIS,” ujarnya.
Menurut Habib Rizieq, sebelum menilai ISIS, semestinya harus tahu terlebih dulu bagaimana latar belakang masalahnya. Saat Iraq di pimpin oleh Presiden Saddam Hussein, Amerika menyerang Iraq. Tidak hanya Amerika, 40 negara lain juga ikut bekerjasama menyerang Iraq. Mereka gulingkan Saddam Hussein, mereka ambil minyaknya, mereka porak-porandakan Iraq, dan mereka taruh pemerintahan boneka disana.
Akhirnya yang terjadi sendi-sendi tata negara Iraq rontok, pemerintahan Iraq rusak, lalu di mana-mana di negeri Iraq terjadi kerusuhan. Suku perang antar suku, golongan perang antar golongan, kota perang antar kota, komandan perang lawan komandan lainnya, dan di mana-mana terjadi kezaliman. Bahkan oknum-oknum tentara Iraq, oknum-oknum polisi Iraq banyak yang berbuat dzalim kepada rakyat.
Tentara-tentara Amerika memperkosa wanita-wanita muslim Iraq, mereka membunuhi rakyat Iraq. Jutaan orang terbunuh akibat kedzaliman yang terjadi. Anak-anak menyaksikan langsung bagaimana bapaknya di sembelih, mereka juga melihat bagaimana ibunya diperkosa, mereka merasakan bagaimana harta benda rumahnya di rampas. Dan itu semua berlangsung selama 15 tahun.
“Dan ketika semua itu terjadi, Saudi dimana? Quwait dimana? Bahrain dimana? Yaman, Mesir dimana? Dan Indonesia dimana? Semua tidak mau angkat bicara, semua diam, takut dengan Amerika. Masya Allah..,” ungkap Habib Rizieq.
“Amerikalah yang mengacak-acak Iraq. Berapa banyak perempuan Iraq yang ditangkap di jalan, dimasukkan ke penjara Abu Ghraib, penjara paling manakutkan di Iraq. Dan setiap hari mereka diperkosa oleh tentara Amerika. Begitu Amerika pulang, kebiadaban itu terus berlanjut oleh tentara-tentara dan polisi-polisi Iraq. Disaat terjadi itu semua, kemana kita? Kenapa kita tidak datang menolong mereka? Kenapa kita tidak suarakan penderitaan mereka? 15 tahun mereka didzalimi dan kita diam,” ujarnya.
Dijelaskan Habib, setelah 15 tahun kedzaliman berlangsung, mereka mulai membela diri dengan membuat kelompok-kelompok jihad. Ada yang anggotanya 50 orang, ada yang 100 orang, ada juga yang 1.000 orang. Dan salah satunya ISIS ini. Setelah mereka menyusun kekuatan, lalu mereka serbu sarang-sarang tentara, setelah mereka serbu mereka rampas senjatanya, mereka juga menyerbu kantor-kantor polisi negara dan mereka mulai melakukan perlawanan.
“Dan yang peristiwa terbesar adalah yang kemarin yang bikin gempar dunia, mereka serbu kota Mosul kota kedua terbesar setelah Baghdad. Mereka tangkap tentara-tentara Iraq, mereka tangkap polisi-polisi Iraq yang mereka vonis sebagai antek Amerika, yang memperkosa perempuan-perempuan mereka, yang membunuh keluarga mereka. Begitu mereka tangkap, 1.700 orang di eksekusi mati ditengah kota. Ini yang membuat dunia gempar. Ya mereka memang kejam, ya katakan mereka dzalim, ya memang brutal. Tapi kebrutalan itu tidak lahir begitu saja, kebrutalan itu lahir dari kedzaliman yang mereka alami selama 15 tahun. Itulah yang terjadi di Iraq,” jelas Habib Rizieq. [GA/SI]