BEKASI (Panjimas.com) – Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror (baca; Anti Islam) Mabes Polri kembali berulah dengan menculik seorang kyai dan ustadz senior Kota Solo Raya, ustadz Afif Abdul Madjid di daerah Bekasi, Jawa Barat (Jabar) pada Sabtu (9/8/2014) malam.
Densus 88 menculik ustadz Afif di sebuah ruko penjual Kebab di Jalan Wibawa Mukti depan komplek Telkom Satwika Permai RT 03/ RW 01, Jatiluhur, Jatiasih, Bekasi saat bersama istri dan menantunya. Bahkan kali ini, Densus 88 bekerjasama dengan para preman disekitar lokasi untuk menculik ustadz Afif.
“Minta do’anya, ustadz Afif barusan tadi sekitar jam setengah sebelas (22.30 WIB –red) diambil sama Densus di daerah kompleks Telkom Jatiasih Bekasi,” ujar Ummi Nani, istri ustadz Afif kepada Panjimas.com, pada Sabtu (9/8/2014) malam sekitar jam 23.30 WIB melalui sambungan telefon.
“Tadi yang pertama kali ngambil ustadz (Afif –red) 3 orang preman. Mereka preman sini, saya tau itu, soale saya sudah sering melihat mereka. Awalnya bukan Densus yang dekati kami, tapi preman. Karena ustadz tinggi besar, maka mereka kemudian main kasar dengan nekan leher ustadz dan langsung memasukkan ustadz ke salah satu mobil dari 3 mobil yang sudah nunggu didepan toko kebab,” ujarnya.
Berikut ini kronologi selengkapnya proses penculikan kyai yang merupakan alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Gontor Ponorogo dan yang sudah malang melintang dalam dunia pendidikan Islam dan pergerakan serta perjuangan penegakkan syari’at Islam, menurut penuturan Ummi Nani yang disampaikan kepada Panjimas.com pada Ahad (10/8/2014) dini hari :
Panjimas (PM) : Sejak kapan ustadz Afif dan Ummi Nani berada di Bekasi?
Ummi Nani (UN) : Saya sama ustadz (Afif –red) itu hari Jum’at (8/8/2014) pagi itu sudah berada di Jakarta karena ada acara keluarga dan kumpul-kumpul sama besan dan kerabat disini. Tapi kalau ustadz memang sejak Kamis (7/8/2014) pagi itu sudah berada diluar kota. Jadi sejak Kamis pagi kita sudah tidak ada di rumah (di Solo –red). Kamis itu ustadz bezuk ustadz Abu di NK bersama ikhwan-ikhwan Solo, dan sorenya langsung ke Jakarta.
Jum’at subuh sampai Jakarta dan paginya itu kita keliling-keliling di Jakarta untuk silaturahmi kepada kerabat disini. Soale kemarin pas lebaran, kita belum sempat kesini untuk silaturahmi. Nah, Sabtu (9/8/2014) pagi itu kita ke Bekasi untuk silaturahmi dan ada acara sama besan yang di Bekasi ini sampe sore.
Sabtu malamnya, kita diminta ikhwan-ikhwan untuk kumpul dan silaturahmi didaerah Bekasi Kota sampai jam sepuluh (10 –red) kurang dikit. Mereka kan sebetulnya pengen silaturahmi, tapi ustadz belum ada waktu. Makanya pas di Bekasi, mereka pengen silaturahmi sama ustadz.
Nah, jam sepuluh (10 –red) lebih sedikit kita dianter ikhwan-ikhwan Bekasi kesini, di lokasi ustadz diculik para preman dan Densus. Karena rumah yang kita tinggali di Bekasi sini itu didekat warung kebab ini. Rumahnya yaa dekat sini, tinggal masuk ke gang situ. Dan ruko kebab ini, itu miliknya adiknya besan, jadi miliknya om (paman –red)nya menantu Ummi.
Panjimas (PM) : Bagaimana kronologi penculikan atau penangkapan ustadz Afif?
Ummi Nani (UN) : Jadi setelah sampai sini (di lokasi penculikan –red) ikhwan-ikhwan (Bekasi –red) itu masih nungguin kita, yaa sekitar sepuluhan menit lah mereka disini. Nah, sebelum kita masuk masuk rumah di gang masuk rumah atau belakang ruko warung kebab ini, menantu Ummi yang lebih dulu masuk kerumah untuk beres-beres. Soale Ummi mau beli kebab dulu.
Setelah selesai beli kebab, yaa sekitar jam setengah sebelas (22.30 WIB –red) itu ada yang menghampiri kita. Dia datang sambil senyum dan langsung ngajak ustadz salaman sambil dirangkul (dipeluk –red) dengan tangan kirinya. Lalu ustadz tanya, “Ada apa mas?”, dengan wajah senyum. Ustadz kan biasa tho kalau diajak orang salaman apalagi belum kenal, ditanya ada perlu sambil senyum gitu tanpa ada su’udzon (buruk sangka -red).
Tapi Ummi dah punya feelling, tau, ough ini preman sini, karena Ummi pernah lihat. Langsung aja Ummi ngomong, “Kamu preman tho? Ada apa kamu? Kamu suruhannya Densus kan?”. Eeee, gak lama, ada satu orang preman lagi dari belakang yang langsung nekan leher ustadz dengan keras dan cara yang sangat kasar.
Karena reflek, preman yang nekan ustadz dari belakang ini langsung di samplok (disabet dengan tangan –red) sama ustadz. Lha ustadz kan tinggi besar, preman yang nekan leher ustadz dari belakang itu agak sempoyogan (gak stabil berdirinya –red), hampir mau jatuh juga preman yang main kasar itu. Kalau yang satunya awalnya kan agak makai cara halus. Nah, preman yang datang kedua ini kasar banget perlakuannya sama ustadz.
Mungkin karena Densus melihat dua orang preman suruhannya gak bisa ngerjain ustadz, lalu datanglah preman atau Densus yang ketiga dengan tubuh yang juga tinggi besar kayak ustadz itu. Tanpa basa basi, dia langsung mukul tengkuk (atau leher belakang –red), leher ustadz dari belakang.
Yaa coba bayangin dech, kalau orang sudah dipukul tengkuknya, apa gak langsung semapot (pingsan -red)? Yaa ustadz langsung terjatuh, tapi waktu itu ustadz masih sedikit sadar. Jatuh itu bukannya diberdirikan, ustadz malah diinjak tengkuknya sama lutut preman atau Densus yang ketiga datang itu. Biadab mereka, kurang ajar.
Biadab mereka, kurang ajar betul mereka, ternyata seperti itu cara mereka nangkap dan memperlakukan seorang ustadz. Semoga Allah melaknat mereka, semoga tangan preman yang kedua itu yang mukul ustadz dari belakang, tangan itu dilaknat Allah, kaki preman Densus yang nginjak ustadz dilaknat oleh Allah. Yaa Allah, laknatmu atas mereka semua, preman dan Densus. Kejam betul mereka, sadis dan tak manusiawi.
Panjimas (PM) : Berapa lama kejadian penculikan itu? Ustadz Afif ditangkap karena terlibat apa Bu? Ada gak surat penangkapannya?
Ummi Nani (UN) : Ummi ndak tau, wong tiba-tiba mereka langsung main kasar tanpa ada penjelasan dan tanpa surat penangkapan. Kejadiannya yaa cepet banget, ndak ada sepuluh menit. Setelah ustadz terjatuh karena dipukul dari belakang dan di injak itu, mereka bertiga langsung bawa ustadz ke salah satu mobil dari tiga (3) mobil yang ada diseberang atau didepan ruko warung kebab.
Memang saya sudah ada felling bahwa tiga mobil itu adalah mobilnya Densus. Ternyata benar, setelah mereka membuka salah satu mobil yang dipakai bawa ustadz itu, ternyata mereka Densus. Waktu itu saya juga teriak, “Mau dibawa kemana ustadz itu? Biadab kalian.” Salah satu dari mereka jawab, “Mau kita ajak ngobrol Bu”.
“Ngobrol gimana, wong kalian mukuli ustadz kayak gitu. Dasar Densus banci kalian, beraninya cuma sama orang tua yang gak bawa senjata,” saya teriak gitu sama mereka. Saat mereka bawa ustadz menuju mobil diseberang jalan atau depan warung kebab itu juga ustadz masih aja dipukuli. Benar-benar biadab mereka.
Panjimas (PM) : Ketiga mobil yang dipakai Densus 88 itu mobil apa saja Bu? Apa saja barang yang diambil Densus 88 dari ustadz Afif? Apa ada orang lain yang ditangkap Densus 88 selain ustadz Afif? Lalu, langkah apa yang ditempuh dan diambil oleh pihak keluarga?
Ummi Nani (UN) : Mobilnya Densus itu Kijang Inova, Fortuner dan satunya lagi kayak Avanza gitu. Yang jelas, apa yang ada pada ustadz saat itu diambil Densus semuanya, seperti dompet dan HP. Gak ada senjata yang dibawa ustadz. Wong sejak (Jum’at –red) kemarin itu ustadz bareng Ummi terus kok.
Setau Ummi tidak ada yang diambil lagi sama Densus. Yang diambil Densus itu yaa hanya ustadz saja. Karena tadi itu saat ustadz diambil Densus, disini sepi kok. Bahkan lampu Telokom itu juga dimatikan sama mereka. Kita sudah hubungi Tim Pembela Muslim (TPM) untuk mendampingi proses hukumnya. Bahkan saat ustadz dibawa akan dimasukkan mobil Densus itu, Ummi sudah kontak pak Michdan (koordinator TPM –red).
Baru setelah itu, sekitar satu jam setelah ustadz diambil dengan biadab, kasar dan sanga kejam itu, rame. Karena polisi dan Densus bersenjata lengkap langsung datang banyak. Orang-orang juga pada dateng melihat itu setelah sejam kemudian. [GA]
BERITA TERKAIT: