BEIJING (Panjimas.com) – Diskriminasi dan pembantaian terus menerus dilakukan otoritas Kafir China terhadap kaum Muslimin yang minoritas di Xinjiang. Rabu (30/7/2014), polisi menembak mati dua orang imam masjid terbesar di China setelah shalat subuh di Masjid Id Kah. Jume Tahir adalah imam di Kasghar, Xinjiang.
Polisi beralasan bahwa target menolak ditahan dan menggunakan senjata berupa pisau dan kapak. Harian Xinhua menyebut suku Uighur terpengaruh yang membela agama Islam. Xinjiang, daerah di bagian barat China, merupakan rumah bagi kaum minoritas Muslim Uighur.
Ketegangan makin meningkat dalam beberapa tahun terakhir antara suku Uighur, migrasi besar-besaran suku Han Cina dan pemerintahan Cina yang ketat. Namun, beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan jumlah korban di Xinjiang. Termasuk di antaranya saat penyerangan pasar di Urumqi yang menyebabkan 30 umat Islam meninggal dunia.
Berita meninggalnya imam Jume Tahir pertama kali dimunculkan media asing pada Kamis (31/7/2014). Namun sumber dari pemerintah baru mengonfirmasi kabar tersebut pada Jum’at (1/8/2014). Xinhua mengatakan bahwa Jume Tahir diduga merencanakan sebuah misi untuk menguatkan pengaruh Muslim Uighur di China.
BBC melaporkan, Tahir adalah aktivis yang vokal menyuarakan kebijakan-kebijakan lokal. Ia diangkat menjadi imam di masjid yang berusia 600 tahun. Kematian Tahir terjadi dua hari setelah puluhan orang dilaporkan terbunuh pada bentrokan dengan polisi.
Bentrokan terjadi di Yarkant yang masih berada di wilayah yang sama dengan Uighur. Ketatnya akses dan adanya kontrol informasi menyebabkan sulitnya memperoleh konfirmasi resmi dari Xinjiang. [GA/rol]