NUSAKAMBANGAN (Panjimas.com) – Marwan atau yang akrab disapa Wak Geng, mujahid yang dituduh terlibat dalam kasus CIMB, Medan, Sumatera Utara ini menulis sebuah risalah untuk para aktivis Islam agar jangan sampai berpecah-belah.
Tak disangka, Wak Geng yang kini mejalani vonis zalim 12 tahun penjara di sel Super Maximum Security (SMS), LP Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap itu ternyata juga pandai menuturkan taushiyah yang menyentuh jiwa lewat tulisan.
Sikapnya memang tegas terhadap thaghut, tetapi ramah dan bijak terhdap saudara sesama Muslim demi terjalinnya ukhuwah Islamiyah. Hal itu terlihat dari goresan pena yang ia tuliskan, dan dititipkan kepada pembesuk di LP Pasir Putih Nusakambangan Kamis lalu, hingga sampai ke redaksi Panjimas.com, Jum’at (25/7/2014). Berikut ini tulisan lengkapnya.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Segala puji hanya milik Allah, Pemilik, Penguasa, Pengatur dan Pemelihara alam semesta. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas utusannya yang terpercaya, sang panglima mujahidin yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas semua keluarganya, semua sahabatnya dan hamba Allah yang mengikuti sunnahnya sampai hari kiamat.
Amma ba’du
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Hujurat: 15).
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran: 103).
Saudaraku yang kucintai karena Allah, setiap diri orang-orang mukmin tidak ada satu jiwa pun yang menginginkan perpecahan. adapun yang terjadi sebelumnya hingga saat ini tentang perdebatan yg menimbulkan perpecahan disebabkan oleh diberinya ruang dalam hati kita sifat-sifat tercela.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Hujurat: 11).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hujurat: 12).
Saudaraku yang kusayangi karena Allah, hendaknya kita meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala, karena furqon (pembeda antara yang haq dan batil) hanya diberikan kepada orang-orang yang bertaqwa sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur’an
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.“ (Q.S. Al-Anfal: 29).
Saudaraku, jelilah dalam setiap persoalan dan berlaku bijaklah. Teladan kita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari telah mengajarkan kepada umatnya agar menjadi orang-orang bijak dan cerdas.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
“Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, Hadits ini adalah hadits hasan)
Dari hadist tersebut dapat kita pahami bahwa orang yang pandai akan mengedepankan interospeksi diri. Sebaliknya, bila seseorang lebih suka mengoreksi orang lain ketimbang dirinya, maka itu adalah ciri orang yang bodoh. Lantas apakah kita menginginkan kebodohan? Aku yakin tidak ada diantara kita yang mengharapkannya.
Saudaraku, marilah kita bersama-sama dengan bersungguh-sungguh, mengulang, mempelajari, mengamalkan al-haq dengan hati ikhlas mengharap ridhoNya. Setelah itu berusaha jujurlah pada Allah dan bertanyalah pada diri kita, pada keluarga, teman-teman, ustadz-ustadz dan para ulama.
Bertanyalah, adakah ruang dalam Islam untuk prasangka buruk? Adakah ruang berkhianat? Berbohong, memfitnah, memecah-belah, mendengki atau sifat-sifat tercela lainnya? Sungguh dengan IQ-ku yang hanya sedikit ini tidak pernah aku menemukannya.
Saudaraku, aku nasehatkan untuk diriku dan kalian semua, berusahalah sekuat tenaga untuk tidak memberikan ruangan dalam hati kita dari hal-hal tercela itu.
Takutlah pada Allah yang selalu mengawasi, Dia tidak pernah tidur dan tidak pula mengantuk. Saudaraku yang dirahmati Allah, hendaknya kita saling menghormati, menyayangi apalagi kepada para ulama.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ شَرَفَ كَبِيرِنَا
“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda diantara kami dan tidak menghormati orang yang tua diantara kami.” (HR. At-Tirmidzi).
Saudaraku, hal tercela inilah yang membuat kita lemah, berpecah-belah dan sifat buruk lainnya sama-sama tidak kita inginkan. Mari bersama-sama kita kembali membangun ukhuwah Islamiyah ini. Berusahalah untuk mengantisipasi hati kita dari godaan syetan yang terkutuk.
Fokuslah pada musuh-musuh Allah yang nyata. Bau amis najis mereka (thaghut NKRI) masih mengganggu di hidung kita. Berbuatlah walau sekecil dan semampu apapun untuk menghinakan mereka. Arahkan bidikan kalian pada thaghut-thaghut itu dan kami saat ini hanya mampu mendoakan kalian.
Akhirul kalam, kepada Allah aku mohon ampun dan pada saudaraku semua aku mohon maaf bila ada kata yang salah.
Lapas Pasir Putih Nusa Kambangan Cilacap
27 ramadhan 1435
Wak Geng
Al-Faqir Ilalloh