MYANMAR (Panjimas.com) – Meski kegembiraan dan keceriaan dengan datangnya bulan Ramadhan, namun kaum muslimin yang dianiaya di Burma mengisi Ramadhan dengan ketakutan karena serangan yang terus-menerus mereka alami sejak awal bulan mulia ini, dimana surat kabar Myanmar Times mengabarkan, bahwa umat Islam takut pergi ke masjid lebih dari satu bulan.
Kekarasan di Mandaly telah dimulai pekan lalu, ketika 300 ektrimis Buddha menyerang kedai teh milih pria muslim, karena dituduh menodai wanita Buddha.
Dan berlanjut aksi pelemparan batu terhadap properti umat Islam, mereka serang sejumlah toko, rumah-rumah dan masjid-masjid, yang menelan korban 2 meninggal, 20 lainnya luka-luka, sebagaimana dikonfirmasi kepolisiian setempat waktu itu.
Masjid menjadi korban terakhir dalam serangan tersebut, setelah kaum muslimin meninggalkannya karena faktor keamanan, hal itu bertambah saat kepolisian ambil bagian untuk menambah ketakutan umat Islam Mandalay-kota terbesar kedua di Myanmar-, dengan melucuti senjata buatan rumah yang digunakan untuk membela diri.
Hal tersebut mengharuskan keluarga yang tinggal di daerah tersebut, untuk meninggalkan masjid dan melarikan diri dengan kehidupannya ke wilayah Q-Chem, dan yang tidak mampu,melarikan diri menuju Jiajo perbatasan Cina dan Myanmar.
Namun di wilayah utara Mandalay jauh dari kekerasan, kondisi umat Islam wilayah ini paling baik diantara wilayah-wilayah lain di Myanmar.
Dan masih-masih banyak tanda-tanda penganiayaan agama yang dilancarkan ekstrimis Buddha, baik itu melalui pencemaran internet, atau serangan saat muslimin shalat, sehingga mereka meninggalkan shalat untuk melindungi kehidupan mereka.
Muslimin Burma sebagian besar dari Cina, India dan Bangladesh, prosetase mereka 4% dari total 60 juta penduduk Myanmar, kekerasan semacam ini tidak terjadi untuk pertama kalinya, pada April 2013, terbunuh lebih dari 40 warga muslim, serta dibakarnya beberapa masjid setelah terjadi bentrok antara umat Islam dan Buddha. [AH/rna-press]