JAKARTA (Panjimas.com) – Selain mengungkapkan alasan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tidak mau secara terang-terangan mendukung Capres nomor urut 1, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014, Hermawan Sulistyo juga membeberkan alasan Prabowo tak lulus Akmil pada tahun 1973.
Mantan Ketua Tim Investigasi TGPF (Tim Investigasi Pencari Fakta) Kerusuhan Mei 1998 itu dalam sebuah diskusi publik yang digelar imparsial bertema “Masa Depan Penegakan HAM Pasca Pemilu 2014″ (Membedah Track Record, Visi dan Misi Capres Bidang HAM) di Jakarta, pada Kamis (3/7/2014), mengungkapkan bahwa Prabowo tidak lulus Akmil pada tahun 1973 karena memukuli SBY sampai babak belur.
“Kenapa tidak ada orang yang bertanya dalam catatan biodatanya Prabowo, harusnya lulus tahun 1973 kenapa lulusnya tahun 1974, ini nggak ada orang yang nanya. Katanya Prabowo pinter kok nggak naik kelas, berarti ada yang lain, ya itu tadi karena (Prabowo -red) gebukin SBY,” jelasnya.
“Jadi ada Prabowo, Ryamizard, Yuddy, sama ada satu lagi empat orang, saya lupa, itu kabur ke Jakarta karena ada acaranya Titiek, lagi pacaran waktu itu, balik ke sana ketahuan. Dihukum sama Gubernur, Gubernurnya itu bapaknya Ani Yudhoyono namanya Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, Gubernur Akabri-nya,” imbuhnya.
“Nah ketika mereka tahu kok ada yang tahu, satu-satunya yang tahu adalah SBY karena dia diajak nggak mau. Akhirnya Senin habis dimarahin, hari Minggu ketangkep, Senin dimarahin, Senin malamnya mereka tanya-tanya (SBY) sampai bonyok-bonyok,” ungkap Hermawan.
“Ini background kenapa nggak mungkin SBY ke sana meskipun kemudian besannya di sana, akhirnya dia dukung tapi nggak terang-terangan. Ini masalah gengsi. Dulu digebukin kok sekarang dukung,” tandasnya. [Ghozi Akbar/jpnn]