JAKARTA (Panjimas.com) – Alasan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tidak mau secara terang-terangan menentukan sikap dan pilihannya dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 perlahan namun pasti kini mulai terkuak.
Meski sebelumnya menyatakan akan bersikap netral, namun secara organisasi Partai Demokrat yang dipimpin SBY sudah menentukan pilihan untuk mendukung pasangan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Hal itu disampaikan oleh Ketua Harian Partai Demokrat Syarif Hasan yang ditemani Sekjen, Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan tanggal 30 Juni 2014 lalu.
Namun hingga saat ini, SBY sebagai Ketum belum pernah mengucapkan secara langsung dukungannya. Berbagai spekulasi kemudian berkembang. Termasuk yang terbaru, diungkap mantan Ketua Tim Investigasi TGPF (Tim Investigasi Pencari Fakta) Kerusuhan Mei 1998, Hermawan Sulistyo.
Dalam sebuah diskusi publik yang digelar imparsial bertema “Masa Depan Penegakan HAM Pasca Pemilu 2014″ (Membedah Track Record, Visi dan Misi Capres Bidang HAM) di Jakarta, pada Kamis (3/7/2014), Hermawan mengungkap hubungan SBY dan Prabowo di masa lalu.
Dalam video tersebut, Hermawan mengungkap banyak hal soal temuan TGPF Kerusuhan Mei 1998. Setelah mengurai tentang fakta kerusuhan Mei 1998 dan penculikan sampai soal pembentukan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Hermawan pun menyinggung Pilpres 2014, khususnya soal SBY-Prabowo-Jokowi.
“Pertanyaannya kenapa, soal SBY ini tadi, kenapa ke Jokowi nggak, ke Prabowo malu-malu. Anda tidak tahu ya, bahwa SBY itu pernah digebuki Prabowo waktu di Akmil sampai bonyok, di Akabri waktu itu,” jelas Hermawan. [Ghozi Akbar/jppn]
[youtube=https://youtu.be/5N71X0WK8Ts]