TEPI BARAT (Panjimas.com) – Sebuah papan yang bertuliskan “dilarang masuk”, dengan bahasa Ibrani tertempel di gerbang masuk wilayah Hebron, menjadi saksi kebengisan ribuan tentara Israel, yang tersebar di Tepi Barat selama 12 hari, menyusul hilangnya 3 warga Israel.
Hingga Rabu (25/06/2014), Hebron seakan- akan menjadi penjara besar, yang kunci-kuncinya berada di tangan tentara Israel, 200 ribu warga Palestina menjadi tawananannya, mereka dicegah untuk melakukan perjalanan ke kota-kota Palestina lain, serta melakukan perjalanan ke Yordania, sebagaimana dilansir Sky News Arabic.
Nasib yang lebih tragis menimpa para mahasiswa, mereka harus membuang mimpi jauh- jauh, untuk berangkat kuliah, disaat penduduk Hebron terusik tidurnya karena suara ledakan, dan teriakan- teriakan karena mendengar berita kematian dan penangkapan.
Menurut Hibah Mushalahah dari The Prisoner’s Center for Studies, LSM yang memperhatikan masalah tahanan, “ jumlah anak- anak di bawah umur yang berda di penjara- penjara Israel meningat menjadi 250 orang, disebabkan aksi sweeping besar-besaran oleh tentara Israel baru- batu ini di Tepi Barat.”
Operasi ini juga menyebabkan berhentinya roda perdagangan dan perindustria di kota ini, dengan mencegah 40 ribu pekerja menuju tempat kerja masing- masing.
Nasib serupa juga menimpa kota- kota lainnya di Tepi Barat, di Ramallah, Ahmad Turaefy (30), ayah dari dua orang anak, ditembak mati tentara Israel saat menyerbu kota ini, ada pula yang meninggal dunia saat akan berangkat Shalat Subuh di Camp El Ain.
Warga Tepi Barat menunggu kedatangan bulan penuh kemulian Ramdhan dengan ketakutan, mereka tidak berani keluar rumah khawatir menjadi sasaran peluru nyasar penjajah Israel.
“Sampai bantal yang kami pakai untuk tidur mereka rusak, begitu pula perabotan rumah tangga lainnya,”ungkap seorang wanita Hebron, dalam video yang disebarkan warga Palestina di internet. [AH/SkynewsArab]