BANDUNG (Panjimas.com) – Media Islam memiliki peranan penting dalam mengawal perkembangan dunia Islam. Profesionalisme jurnalis dalam menyuarakan kebenaran dan membongkar borok kebatilan sangat dibutuhkan oleh ummat Islam, bak obor ditengah ummat memandu mereka menemukan kebenaran yang hakiki dan menghindarkan dari ketersesatan.
Untuk melahirkan jurnalis muda Islam profesional yang mampu bersaing dengan media-media mainstream, Infaq Dakwah Center (IDC) yang dinahkodai oleh Abu Mumtaz, bekerjasama dengan Jurnalis Islam Bersatu (JITU) melakukan pelatihan jurnalistik, dikota Padjadjaran Bandung, mulai tanggal 23-25 Juni 2014.
Kolaborasi kedua lembaga ini menghasilkan harmoni indah yang saling melengkapi untuk mencetak generasi dan kader-kader Islam pilihan dibidang masing-masing.
Training jurnalistik yang dibuat oleh kedua lembaga ini terasa sangat istimewa dan berbobot karena dihadiri oleh wartawan kawakan ternama, diantaranya; Arta Wijaya mantan wartawan senior Sabili, Deri Fitriady wartawan media online inilah.com, dan H Usep Romli ex redaktur Harian Umum Pikiran Rakyat. Usep adalah jurnalis senior yang pernah bertugas meliput konflik di Iraq dan juga mewancarai (alm) Abdul Aziz Arrintisi (komandan Izzudin Al-Qossam).
Pelatihan jurnalistik yang digelar di Cornelita Guest Houst di Jl. Geger Kalong Hilir Bandung selama dua hari ini, mampu menyedot sekitar tiga puluh wartawan-wartawan lokal muda, dari berbagai media Islam, seperti; wartawan Hidayatullah.com, Voa-Islam.com, Kiblat.net, Panjimas.com, Arrahmah.com, Islampos.com, Alhikmah.co, Suara-Islam, Muslimdaily.net, bumi syam dan lain-lain.
Dalam pelatihan jurnalistik tersebut, Arta Wijaya sangat lihai menyampaikan materi cara menggali berita-berita yang mendalam (In Depth). Segundang kisah dan pengalamannya sebagai wartawan dikisahkan kepada para peserta training yang menambah semangat dan hangatnya acara.
Kisahnya dimulai dari mewawancarai Gus Dur hingga Presiden SBY, dari liputan di wilayah konflik hingga menghadapi liputan wanita diskotik, dari Musdah Mulia dan Ulil Abshar Abdalla (tokoh JIL) hingga Jalaludin Rahmat (pentolan Syi’ah Indonesia).
Jurnalis Islam Kedepankan Kejujuran dan Keadilan
Arta yang kini sedang merintis media baru Sabiliku Bangkit memberikan tips kepada peserta bagaimana menjadi wartawan yang baik dalam melakukan liputan, dan melakukan investigasi-investigasi berita.
Antusias peserta terlihat begitu semangat setelah sesi tanya jawab dibuka. Para peserta bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan tajam dan saling bergantian. Seolah mereka ingin menggali lebih dalam pengalaman-pengalaman Arta yang pernah mewawancarai SBY dan meliput Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Menurut Arta, dunia pers Islam harus memiliki dua unsur utama dalam pemberitaan yaitu; kejujuran dan keadilan yang didasari atas dasar keimanan. “Media Islam harus memiliki dua unsur prinsip yang didasari oleh keimanan yaitu prinsip kejujuran dan keadilan,” ucapnya.
Arta juga mengungkap banyak media-media sekuler yang berdiri atas dasar prinsip kepentingan dan menanggalkan nilai-nilai keimanan dan nilai-nilai nurani. “Banyak media-media sekuler yang merusak, tujuannya hanyalah kebebasan dan kepentingan, mereka menanggalkan nilai-nilai moralitas dan keimanan, bahkan mereka menamakan diri mereka sebagai media tanpa iman,” ungkapnya disela-sela mengisi acara.
Arta juga menekankan kepada jurnalis Islam agar mengedepankan unsur keadilan, dia berkata sambil menyitir ayat dalam surat Al-Maa-idah ayat 5, “Dan janganlah kebencianmu kepada suatu kaum membuatmu tidak adil terhadapnya. Dan berlaku adil-lah karena adil itu lebih dekat dengan taqwa,” pungkasnya. [Muhajir]