Jakarta (Panjimas.com) – Dalam Konferensi Pers yang diadakan di Tebet , Jakarta Selatan , CedSos yang diwakili oleh Umar Abduh (pengamat Intelijen) menyatakan sikap politiknya dan mewaspadakan tentang adanya potensi bahaya terhadap sepak terjang Hendro Priyono dan Brigjen Andika Perkasa.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Center For Democracy and Sosial Justice Studies (Cedsos), Umar Abduh mengatakan, pria bergaya flamboyan itu menghalalkan segala cara dalam menjalankan misi operasi intelijennya.
“Hendro ini lebih gila, lebih psikopat dari ini semua,” kata Umar saat jumpa pers di Dapur Selera, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2014).
13 tahun yang lalu CeDsos sudah mensikapi sepak terjang Hendro Priyono dengan menerbitkan buku Konspirasi Intelijen & Gerakan Islam Radikal (KIGIR ) . Namun entah kenapa buku yang di dalamnya dimuat catatan-catatan hitam Hendro Priyono dan his Gang, akhirnya dilarang diedarkan dan ditarik kembali dari pasaran oleh pihak kepolisian.
Buku tersebut juga menyuguhkan secara kritis dan faktual menyorot dan mengungkap tentang dugaan adanya sandiwara dan berbagai manipulasi alur cerita , aktor , figuran dalam aksi kekerasan dan Terorisme dengan target pencapaian sekaligus pengguntingan pita diresmikannya perang dan pemberangusan terhadap eksitensi gerakan Jama’ah Islamiyah dengan selimut penerapan Resolusi DK PBB Nomor 1373 tentang Pemberantasan Terorisme Global.
Sebagaimana diketahui bahwa resolusi tersebut mengikat 189 negara dan mewajibkan segenap anggota PBB untuk mencari, menghukum atau mengekstradisi kelompok teroris yang ditemukan di wilayahnya. Resolusi itu juga mengundang negara-negara di dunia untuk saling tukar informasi. Selain itu resolusi juga menegaskan perlunya membentuk komite pengawas yang terdiri dari 15 negara untuk memantau kepatuhan anggota.
Bukti adanya permainan sekaligus keterlibatan massif BIN yang waktu itu masih dibawah kendali Hendro Priyono, Kol.AU Abdul Haris Donnie Brasco, Intel BIN dan Mayor Andika Perkasa (mantu Hendro Priyono) yang waktu itu masih Perwira Elite Kopasus Sandi Yudha adalah drama penangkapan Umar Faruq.
Penangkapan Umar Faruq di masjid Jami’ Bogor pada tanggal 5 Juni 2002 dilakukan atas perintah Hendro Priyono tanpa melalui prosedur dan ketentuan yang berlaku yaitu koordinas dengan pihak POLRI, BAIS maupun Menko Polhukam. Atas nama dan selaku kepala BIN bahkan Hendro mengekstradisi langsung dan menyerahkan Umar Faruq kepada CIA di bandara Halim Perdana Kusuma tanggal 6 Juni 2002. Ini mengindikasikan bahwa ada pihak asing dibalik sosok Hendro Priyono .
Hendro Priyono yang tangannya berlumuran darah kaum muslimin dan bertanggung jawab atas kasus-kasus pembantaian kaum muslimin di tanah air, meskipun sudah tidak berada dalam struktural sebuah jabatan, namun dengan adanya “Sang Mantu” yaitu Brigjen Andika Perkasa yang saat ini menjabat sebagai Kadispenad, Umar Abduh mengatakan bahwa Hendro Priyono masih bisa mengendalikan iklim dan isue-isue di Indonesia.
“Adanya sang mantu memberikan peluang bagi Hendro Priyono untuk melakukan manuver dan ontran-ontran politik, “ tambah Umar Abduh
Sebagai informasi, diakhir jabatannya sebagai kepala BIN, Hendro melakukan aksi “colong playu tinggal glanggang”, meninggalkan jabatannya tanpa pamit tahun 2004,mengevakuasi Donie Brasco dengan menugaskannya menjadi Sekretaris Kedubes RI di Yordania, serta mengevakuasi Andika ke Amerika Serikat dengan cover cuti dinas untuk kuliah di Harvard hingga meraih gelar MA MSc Phd.
5 tahun cuti dari Kopassus dan tanpa kabar , tiba-tiba sudah berada di SUAD MABESAD dan 4 tahun kemudian , Agustus 2012 tiba-tiba pangkatnya langsung kolonel dan dilantik menjadi Danrem Kawal Sibolga Sumut dan 2 bulan lalu , Andika Perkasa dilantik menjadi Kadipenad dengan pangkat satu alias Brigjend.
Umar Abduh mewaspadakan kepada ummat islam dan masyarakat pada umumnya akan sepak terjang Hendro Priyono dan Andika Perkasa yang membonceng moment Pilpres ini untuk melancarkan trik dan manuvernya.
Salah satunya adalah isu Babinsa, Brigjen Andika karena mendapat arahan dari sang mertua akhirnya berani berbeda dan menelikung keterangan seniornya yang Mayor Jendral dan atas perintah panglima TNI.
“ Semuanya harus waspada terhadap 2 sosok makhluk kejam ini,jangan sampai mereka punya peluang mengendalikan situasi”,tegas Umar Abduh.
Jika 13 tahun yang lalu dari rekam jejak Hendro , bersama Andika yang masih strata Mayor dibantu Donie Brasco berhasil melakukan abuse of power terhadap rakyat dan menyebabkan nyawa kaum muslimin banyak yang melayang, permainan isu pelabelan kelompok islam sehingga terpecah belah , apalagi dengan posisi sekarang posisi Andika sebagai Brigjen TNI-AD dan Kadispenad.(zdan)