KAIRO (Panjimas.com )- Perayaan pelantikan Jenderal Abdul Fattah al-Sisi sebagai Presiden Mesir yang baru di Tahrir Square Minggu lalu, diwarnai tindakan terkutuk: pelecehan seksual massal.
Korban yang tak berdaya terjebak sendirian di tengah kerumunan pria bejat. Seorang polisi tak berseragam menarik perempuan malang itu dari kerumunan. Hanya pakaian dalam yang masih menempel di badannya yang berdarah.
Saat ia berjuang menuju mobil polisi, para pelaku tak berperikemanusiaan masih berusaha menariknya. Di latar belakang, nyala kembang api dan kibaran bendera mewarnai perayaan.
Menurut kampanye “I Saw Harassment” — yang mendokumentasikan kekerasan seksual terhadap perempuan di Mesir. Kejadian tersebut hanya satu dari setidaknya lima insiden pelecehan seksual serupa yang terjadi di Tahrir Square malam itu.
Serangan terharap korban terekam dalam video berdurasi kurang dari 2 menit yang menyebar di dunia maya.
Kementerian Dalam Negeri mengumumkan, bahwa pihak kepolisian telah menangkap tujuh pria berusia 15 sampai 46 tahun yang terbukti melakukan tindakan bejat ini, sebagaimana dilansir arabiya,net.
Sumber pengadilan mengatakan,” jaksa penuntut umum memerintahkan untuk memenjarakan mereka, sambil menunggu prosese penyelidikan lebih lanjut.”
Kementerian menambahkan dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan dalam akun facebook, ketujuhnya ditanggkap saat melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap beberapa perempuan di Tahrir Square saat perayaan pelantikan, dan mengakibatkan satu dari anggota kepolisian terluka.
Tanggapan pihak berwenang hanya sedikit meredam kemarahan warga yang diluapkan di sosial media — yang mengecam pemerintah dan media lokal yang kurang profesionalisme.
Seperti ini misalnya. “Mereka senang, ya?,” celetuk penyiar TV Mesir Maha Bahnassy, sambil tertawa saat menerima laporan tentang pelecehan yang terjadi di alun-alun. Bahnassy sudah minta maaf secara terbuka kemarin, berdalih komentarnya disalahpahami.
Mesir Negeri Arab Terburuk Bagi Wanita
Pernyataan seperti ini muncul setelah polling yang dilakukan Thomson Foundation akhir tahun lalu, bahwa Mesir negeri arab terburuk untuk kehidupan wanita, karena merebaknya kasus pelecehan seksual dan meningkatnya kasus kekerasan wanita sejak tahun 2011.
Seperti yang dijelaskan laporan PBB tahun lalu, setidaknya 99,3% perempuan Mesir telah mengalami pelecehan, beberapa analis mengungkapkan, hal ini disebabkan eskalasi kekerasa di masyarakat Mesir dalam lima tahun terakhir ini.
Pelecehan seksual massal terjadi hanya beberapa hari setelah Mesir memberlakukan hukum terbaru untuk pelaku pelecehan seksual terhadap perempuan dengan ancaman hukuman 5 tahun.
Selain ancaman penjara, pelaku juga akan didenda sebesar US$ 714 atau sekitar Rp 8,4 juta. (habibi/arabiya)