JAKARTA (Panjimas.com) – Wakil Presiden Boediono yang pernah tersandung soal pengaturan suara adzan, kali ini berbicara soal penyusupan kelompok takfiri di tengah-tengah bangsa Indonesia. Ia menuding bahwa takfiri merupakan korban dari pendidikan agama salah dan memiliki orientasi keliru dari negara lain.
“Khusus kepada Muslimat Nahdlatul Ulama sebagai bagian dari Ahlussunnah Waljamaah yang terkenal kebesaran jiwa dan tasamuhnya agar waspada kemungkinan penyusupan kelompok-kelompok takfiri,” kata Boediono saat membuka Rakenas dan Mukernas Muslimat Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Rabu (28/5/2014) seperti dikutip Antara.
Namun demikian, Wapres yang namanya disebut-sebut dalam kasus korupsi Bank Century ini tidak mengungkap secara detail, apa yang dimaksud takfiri dan siapa kelompok takfiri tersebut.
Hadir dalam acara itu Wakil Menteri Agama Agama Nazaruddin Umar, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Ketua PBNU KH. Said Aqil Siradj dan Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa. Rakernas dihadiri oleh ratusan jajaran Muslimat NU dari kantor pusat, wilayah dan cabang serta para penanggungjawab dan penggiat perangkat Muslimat NU dari seluruh Indonesia.
Untuk diketahui, beberapa tahun lalu Wapres Boediono sempat menuai kecaman lantaran pidatonya yang mengungkapkan bahwa dirinya merasa terganggu dengan suara adzan dan meminta Dewan Masjid Indonesia agar mengatur suara adzan di masjid.
“Dewan Masjid Indonesia kiranya juga dapat mulai membahas, umpamanya, tentang pengaturan penggunaan pengeras suara di masjid-masjid. Kita semua sangat memahami bahwa adzan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban sholatnya. Namun demikian,apa yang saya rasakan barangkali juga dirasakan oleh orang lain, yaitu bahwa suara adzan yang terdengar sayup-sayup dari jauh terasa lebih merasuk ke sanubari kita dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga kita,” kata Boediono dalam Muktamar ke-6 Dewan Masjid Indonesia (DMI), pada Jum’at (27/4/2012).
Jika menyikapi persoalan adzan saja Wapres Boediono menuai polemik, lantas bagaimana dengan masalah takfir yang begitu rumit?
Bukankah dalam Al-Qur’an ada surat Al-kafirun yang isinya menyebut orang-orang musyrik Quraisy sebagai orang kafir, takfirikah? [AW]