BEKASI (Panjimas.com) – Masjid Muhammad Ramadhan kembali memanas setelah beberapa hari ini beredar selebaran berisi ancaman perang yang dilontarkan oleh pria bernama Abdul Hadi yang mengaku warga asli Pekayon, Bekasi.
Dalam selebaran berjudul “Oh.. Pekayon… Kampung yang Diacak-acak Wahabi” Abdul Hadi menuding kelompok salafi wahabi telah membuat resah. Ia pun menyampaikan perihal pengambilalihan Masjid Muhammad Ramadhan oleh pemerintah, meski fakta di lapangan dilakukan oleh massa Forum Betawi Rempug (FBR).
“Asal ente tahu aja, Pekayon ini kampung gua, gua lahir di sini dan bakal mati juga di sini. Wajar dong kalo kelompok Salafi Wahabi. Saya dan para tokoh menyerahkan pada pemerintah, karena tanahnya tanah Fasos-Fasum milik pemerintah. Nah, sekarang pemerintah ngambil alih, wajar! Karena mereka meresahkan. Yang nantinya diserahkan lagi pada warga dengan pengurus DKM yang baru, gitu… jangan terbalik ente. Mereka ini tertutup dari jamaah yang beda mazhab dengan mereka. Mereka ini bikin resah. Ente tau.. Pemerintah, Aparat Negara, Kepolisian dikafir-kafirkan, Thoghut kata mereka. Belum lagi banyak para ustadz di sini enggak bisa gunain masjid ini. Bahkan ketua Yayasan pak Marikar digotong usai sholat, samber gledek! Mereka itu orang dari mana-mana,” kata Abdul Hadi dalam rilis sebuah kelompok yang mengatasnamakan Majelis Perjuangan Islam Pekayon, yang ditemukan redaksi panjimas.com, Selasa (6/5/2014).
Abdul Hadi juga balik menuduh bahwa Salafi Wahabi telah merebut Masjid Muhammad Ramadhan (MMR), seraya menafikan bahwa mereka tak pernah berinfaq untuk membangun masjid tersebut.
“Dulu di zaman engkong saya, sandal sering ilang di masjid. Eh sekarang… masjid hilang! Kelompok mereka ini engga bangun masjid tapi rebut masjid orang. Diundang dah jamaah dari mana-mana. Bedah buku, dagang buku, mengkafir-kafirkan orang. Nyesatin orang, Maulid Bid’ah, Tahlil Sesat masuk neraka. Kaya sorga milik bapak moyangnya. Masjid ini dibangun dari infaq warga bukan duit dia itu pada,” ungkapnya emosi.
Dalam paragraf terakhir, Abdul Hadi memberikan pernyataan dengan nada mengutuk sekaligus menantang perang. Hal ini terkait upaya para aktivis dari Gerakan Pemakmuran Masjid Muhammad Ramadhan (GP-MMR) pada Jum’at 26 April 2014 yang lalu, ketika ingin melakukan aksi solidaritas membela masjid Muhammad Ramadhan.
“Samber gledek tuh Salafi Wahabi. Ehh belah ini mah musti marah.. kalo perlu kita perangi ajah.. coba ente bayangkan.. waktu khotib Jum’at naik mimbar mengucapkan salam.. itu udah masuk rukun.. eehh si Salafi Wahabi dengan 40 orang demo. Berdiri dalam masjid yang lain merebut mic dan meneriaki pak Camat, polisi sebagai kafir, thoghut.. inilah bukti bahwa mereka Salafi Wahabi itu pengacau, perusak aqidah. Harus diperangi.. tak ada lagi tasyamu, yang ada ta’usirr!!” tegasnya. [AW]