PANJIMAS.COM – Penulis mendapat kiriman buku putih dari seorang pembaca di Jakarta Utara. Sekilas, dari sampul depannya, buku putih 73 halaman ini nampak seperti buku bacaan Islam.
Dengan judul “Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits” yang dibubuhi kaligrafi khat Arab di bagian atas, siapapun akan mengira buku ini sebagai bacaan Islam. Apalagi kaligrafi khat Arab itu diambil dari nas Al-Qur’an surat Az-Zukhruf 61, “wattabi’uuni haadzaa shiraatun mustaqiim” (ikutilah aku, inilah jalan yang lurus).
Tapi bila dibaca secara detil, seluruh uraiannya sarat penyelewengan ayat untuk menggoyang akidah umat Islam. Seluruh kutipan ayat Al-Qur’an dan hadits dicocok-cocokkan untuk mendukung doktrin Kristen tentang ketuhanan Yesus. Jelas sekali bahwa buku ini adalah murni alat misi kristenisasi berkedok Islam.
Buku yang didedikasikan penginjil untuk memuliakan nama Yesus ini akan gagal total karena ketidakjelasan. Buku gelap ini tidak mencantumkan nama dan alamat penerbit. Abd Yadi, nama penulis yang dicantumkan pun nama samaran yang tidak populer dan tidak lazim. Karena nama yang indah dan syar’i dalam Islam adalah kata “Abdu” dirangkai dengan nama Allah (Asmaul Husna). Dalam daftar Asmaul Husna itu tidak terdapat nama “Yadi.”
Seharusnya, jika dia meyakini kebenaran tulisannya secara ilmiah, dia harus bersikap ksatria, jangan main lempar batu sembunyi tangan. Misi musang berbulu domba yang dipraktikkan oleh para penginjil ini tidak akan berhasil. Umat Islam manapun tidak akan percaya dengan tipuan Kristen ini, dan akan memvonisnya sebagai misi pengecut yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Teologi Serampangan
Pada halaman 4-19 mencomot 21 ayat Al-Qur’an dan tiga hadits Nabi yang dirakit secara tidak wajar. Dengan serampangan, ayat-ayat itu disusun sedemikian rupa untuk merekayasa teologi bahwa Allah dalam Al-Qur’an dan hadits bermetamorfosa menjadi manusia Yesus dalam tiga tahapan. Tahap pertama, Nabi Isa dilahirkan dengan proses yang ajaib. Tahap kedua, Nabi Isa memiliki kuasa dan mukjizat yang ajaib. Dan tahap ketiga, kematian dan kebangkitan Nabi Isa yang ajaib.
Kamuflase penginjil sepanjang 16 halaman ini tidak ditanggapi secara detil karena bisa dibantah secara singkat dan logis. Dengan logika akal sehat, justru ketiga tahap itu semakin menegaskan bahwa Yesus bukan Tuhan, dan Tuhan tidak pernah menjelma menjadi Yesus. Pertama, betapapun ajaib proses kelahiran Yesus, tidak dapat dijadikan dalih bahwa Yesus adalah Tuhan. Karena Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Qs Al-Ikhlas 3). Kedua, meskipun Yesus bisa menunjukkan jutaan mukjizat, semuanya tidak bisa diklaim sebagai bukti ketuhanan Yesus. Karena mukjizat itu adalah bukti kenabian karunia Allah Swt yang dalam nas Al-Qur’an disebut “bi idznillah” (Qs Ali Imran 49). Ketiga, kematian Yesus yang ajaib juga bukan bukti ketuhanan Yesus, justru membuktikan bahwa Yesus bukan Tuhan. Karena Tuhan memiliki sifat Maha Hidup (Al-Hayyu) yang kekal abadi dan tidak akan mati (Qs Al-Mukmin 65, Al-Furqan 58).
Teologi Main Comot Ayat
Pada halaman 19-20 Penginjil Abd. Yadi mencomot lima ayat Al-Qur’an yang dianggap sebagai andalan untuk membuktikan bahwa Isa Almasih (Yesus Kristus) adalah Tuhan yang harus ditaati oleh semua manusia.
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia” (Qs An-Naas 1-3).
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Qs Al-Hadid 3).
“Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku” (Qs Az-Zukhruf 63).
Kelima ayat tersebut dikomentari secara culas: “Jadi, siapa yang dimaksud dengan Tuhan manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, Yang Awal dan Yang Akhir, yang membawa terang kepada manusia dan yang harus ditaati? Jawabannya tiada lain hanyalah Almasih Isa putra Maryam itu sendiri sebagai Firman Allah yang hidup, yang telah turun ke dunia (nuzul) dan menjelma menjadi seorang manusia” (hlm. 20).
Itulah teologi buatan Penginjil Yadi yang sesat dan menyesatkan (dholla wa adholl).
Pertama, Al-Qur’an surat An-Nas 1-3, sangat jauh melenceng dan sama sekali tidak mengena bila diartikan bahwa Yesus adalah Rabinnaas (Rabbnya manusia), Malikinnaas (Rajanya Manusia) dan Ilaahinnaas (Sesembahannya manusia). Dalam ayat tersebut, tidak ada satu dhamir (kata ganti, pronomina) pun yang bisa diartikan sebagai Isa Almasih.
Teologi buatan penginjil tersebut bertolak belakang dengan ajaran Nabi Isa AS. Dengan tegas beliau membantah doktrin yang menjadikan dirinya sebagai Tuhan, bahkan beliau sendiri bertuhan kepada Allah Swt. Hanya Allah Rabb yang menciptakan, memelihara, memberi rezeki, mengelola dan mengatur alam semesta dan manusia, termasuk Nabi Isa As.
“Sesungguhnya Allah Dialah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus” (Qs Az-Zukhruf 64).
“…Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu…” (Qs Al-Ma’idah 117).
Bahkan dalam Alkitab (Bibel) pun Yesus mengajak bertuhan kepada Allah:
“Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Injil Lukas 4:8).
“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Injil Markus 12:29).
Kedua, Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 3 tentang asma Allah “Al-Awwalu” (Yang Awal) dan “Al-Aakhiru” (Yang Akhir). Maksud “Yang Awal” adalah telah ada sebelum segala sesuatu ada, sedangkan maksud “Yang Akhir” yaitu tetap ada setelah segala sesuatu musnah. Kedua nama ini adalah milik Allah, mengacu pada ayat 1 sebelumnya yang secara eksplisit menyebutkan kata “Allah.”
Ngawur besar nama ini disematkan kepada manusia manapun, termasuk Nabi Isa AS (Yesus Kristus). Nabi Isa tidak bisa disebut “Al-Awwalu” (Yang Awal), karena fakta-fakta bahwa Nabi Isa dilahirkan melalui rahim Maryam (Qs Maryam 29-30). Alkitab (Bibel) mendukung pernyataan ini dalam Injil Matius 1:18-25.
Nabi Isa juga tidak pantas disebut “Al-Aakhiru” (Yang Akhir), karena beliau sendiri mengakui mengalami kematian di tangan Allah Swt.
Allah berfirman bahwa Dia akan mewafatkan Nabi Isa: “(Ingatlah), ketika Allah berfirman: Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu…” (Qs Ali Imran 55).
Nabi Isa juga mengakui bahwa Allah akan mewafatkan beliau: “Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu” (Qs Al-Ma’idah 117).
Alkitab (Bibel) pun tidak menolak fakta kematian Yesus, malah mendukung dengan fakta yang sadis. Disebutkan bahwa Yesus mati jam tiga sore setelah minum anggur asam di atas gantungan tiang salib, usai disiksa dan ditelanjangi penguasa zalim di depan khalayak (Matius 27:46-50; bandingkan: Markus 15:34-37; Lukas 23:44-46; Yohanes 19:30).
Akal sehat manapun meyakini Tuhan sebagai Yang Maha Hidup. Hanya penginjil korslet selevel Abd. Yadi saja yang mampu meyakini manusia mati sebagai Tuhan.
YESUS HARUS DIPERTUANKAN, BUKAN DIPERTUHANKAN
Penginjil Abd. Yadi mengutip Al-Qur’an surat Az-Zukhruf 63 untuk mengajak pembaca agar mentaati Yesus sebagai Sesembahan dan Tuhan yang menjelma menjadi manusia.
Memang benar, bahwa Nabi Isa membawa keterangan, hikmat dan mengajarkan agar manusia bertakwa kepada Allah dan mentaati beliau. Tapi sama sekali tidak benar dan tidak dibenarkan jika diklaim hanya Nabi Isa saja yang harus dipertuhankan dan ditaati manusia sepanjang zaman.
Pertama, risalah Nabi Isa terbatas hanya untuk Bani Israel saja (Qs Az-Zukhruf 59). Bibel pun mengatakan bahwa misi Yesus hanya terbatas untuk bani Israel saja (Injil Matius 10:5-6).
Kedua, setelah Nabi Isa tidak ada di dunia, maka estafeta risalah kenabiannya dilanjutkan oleh nabi pamungkas sesudah beliau yang dinubuatkan dengan nama Ahmad alias Muhammad (Qs Ash-Shaff 6).
Ketiga, dalam Al-Qur’an, nabi yang harus ditaati (diikuti) itu bukan hanya Isa Almasih saja, karena semua nabi juga mengajarkan demikian kepada umatnya. Ketika Nabi Isa sudah tidak ada di dunia, maka yang harus ditaati adalah nabi sesudah beliau, yakni Nabi Muhammad Saw.
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, taatilah (ikutilah) aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs Ali ‘Imraan 31).
Yesus harus ditaati dan dipertuankan sebagai nabi yang mengajarkan tauhid, satu corp dengan para nabi utusan Allah yang lainnya. Haram hukumnya, dan neraka adalah balasan bagi orang yang salah kaprah mempertuhankan Yesus. [Ahmad Hizbullah MAG/SI]