JAKARTA, (Panjimas.com) – Adanya dugaan bahwa di lokasi korban bencana Lombok, NTB terjadi kegiatan Pemurtadan (Kristenisasi) berkedok kegiatan bantuan korban bencana akhirnya terjawab saat diadakan acara Seminar Nasional “Mengungkap Fakta Upaya Pemurtadan Pasca Bencana dan Solusinya” yang diadakan di Kantor Pusat MUI, Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat pada hari Senin, (19/11).
Adalah Komite Dakwah Khusus (KDK) dibawah struktur kepengurusan MUI Pusat yang menyelenggarakan kegiatan Seminar Nasional tersebut yang di hadiri oleh para perwakilan ormas ormas Islam dan para peserta undangan lainnya itu.
“Adapun kegiatan Seminar ini awalnya adalah atas inisiatif dari Sekjen MUI yakni Buya Anwar Abbas (Sekjen MUI Pusat) kepada kami di KDK. Kemudian kami datang ke Lombok dan menyelidiki kasus dugaan permutadan yang ada di Lombok, pasca bencana,” tutur Noval Dungio selaku Ketua Panitia Seminar Nasional itu yang juga adalah salah seorang anggota dari KDK MUI Pusat
Menurut Nauval yang memicu adanya dugaan pemurtadan disana adalah dengan adanya video pemurtadan yang beredar di sosial media. Kemudian yang terjadi adalah orang yang merekam video itu dijadikan tersangka oleh pihak kepolisian sedangkan pelaku pemurtadan di video itu malah tidak diperiksa
“Selama beberapa hari kami berada di Lombok dan melakukan investigasi dengan mengumpulkan beberapa data dan fakta yang ada dilapangan. Termasuk juga kami menemukan beberapa barang bukti adanya dugaan praktek penurtadan yang ada di lombok paska terjadi gempa,” tandas Noval.
Acara Seminar Nasional Gerakan Anti Pemurtadan itu sendiri menghadirkan dua orang pembicara. Yakni ketua KDK MUI, Ustadz Abu Deedat dan Ustadz Adian Husaini. Sekitar kurang lebih 150 peserta hadir dalam acara ini. Kebanyakn yang hadir memang dari perwakilan Ormas Islam yang diundang MUI. [ES]