SUKOHARJO, (Panjimas.com) – Kajian rutin Ahad pagi masjid An Nur, Madegondo, Grogol, Sukoharjo, menghadirkan mantan aktivis gereja wanita, ustadzah Dra. Dewi Purnamawati. MPI, Ahad (14/8/2016). Tema kali ini membahas materi Kepemimpinan dalam Kristenisasi yang digunakan misionaris untuk mencapai tujuan mengkristenkan Indonesia.
Tahun 2020, dikutip dari Blessindonesia.org, menjadi target Gereja Mampu Menggarami Indonesia. Poin yang ingin dicapai menurut ustadzah Dewi, adalah persatuan dan kesatuan Gereja yang pelayanannya mengalir ke masyarakat, eksistensi Gereja dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Ustadzah Dewi menceritakan pengalamannya ketika mengikuti kebaktian tahunan di Institud Injil Indonesia, Batu, Malang. Kebaktian tersebut dalam rangka kaderisasi dan kepemimpinan, dirinya waktu itu masih bersekolah tingkat SMP (1977). Namun dirasa upaya Kristenisasi Indonesia mulai berkembang setelah tahun tersebut.
“Saya ketika mengikuti kebaktian itu, Imamat yang Rajani ini sudah jadi tema. Waktu saya masih kristen, kenapa anak-anak itu temanya sudah Imamat yang Rajani atau temanya kepemimpinan? Bukan tema pergaulan remaja, saya teringat waktu masih SMP, berarti mereka (misionaris) sudah sedemikian rupa. Sekarang baru tahu” katanya.
Menurutnya, pihak Gereja tidak main-main dalam mencapai tujuannya, terbukti pada waktu itu, yang hadir ribuan orang dari berbagai usia. Sedang maksud dari Imamat yang Rajani ialah setiap orang Kristen harus menjadi Raja. Terbukti saat ini Solo pemimpinnya orang Kristen Katolik dan Gubernur Jakarta juga demikian, artinya mereka berusaha mencapai tujuan tersebut.
“Imamat yang Rajani, berarti dimana ada orang Kristen dia harus merajai. Dan hasilnya selama 2 minggu dalam acara itu apa, saya harus lebih berprestasi disekolah dari orang Islam, dalam olahraga saya harus menang, artinya ada perubahan sikap. Lha kita orang Islam menghadapi Syiah, kajian Syiah cuma 2 jam, menghadapi Kristenisasi materi kistologi cuma 1 jam, gimana akan ada perubahan” ujarnya.
Ustadzah Dewi memiliki cita-cita ingin mengadakan kelas Kristologi guna mencetak kader yang bisa menyampaikan haram memilih pemimpin Kafir. Tujuannya disetiap pemilihan baik hanya tingkat RT maupun sampai Presiden, tidak akan pernah memiliki pemimpin Kafir.
“Mohon do’anya, sudah ada dalam angan-angan, saya akan membentuk kelas Kristologi. Bagi yang betul-betul berminat, karena saya cuman satu tidak ada kloningnya, umur sudah 54 tahun. Saya butuh kader-kader yang bisa menyampaikan ini, mempersiapkan dari kalangan masyarakat bawah, anak-anak muda, Rohis, pengajian ibu-ibu, bisa menyampaikan haramnya memilih pemimpin non muslim” pungkasnya. [SY]