PANJIMAS.COM – Sebagaimana disebutkan dalam buku panduan MUI, “Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” secara umum, Rafidhah adalah kelompok Syiah yang berdusta mendukung Ahlulbait dan salah mempersepsikannya, dengan menolak Abu Bakar, Umar dan sebagian besar para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, disertai sikap mengkafirkan dan mencaci mereka karena diklaim bahwa para sahabat telah mengingkari dan menentang nash wasiat penunjukan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pasca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu al-Qasim al-Isfahani yang berjuluk Qiwamus Sunnah, ar-Razi, as-Syahrastani, dan Ibnu Taymiah menguatkan asal muasal istilah Rafidhah untuk Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariah adalah karena penolakan mereka terhadap Zaid bin Ali Zainal Abidin bin al-Husain radhiyallahu ‘anhu (79-122 H) yang tetap memuliakan Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhum pada saat pengikutnya meminta beliau untuk mencela dan menista keduanya, sehingga menyebabkan mereka berpaling meninggalkan beliau. Saat itu terlontarlah ucapan beliau kepada mereka, “Kalian telah menolakku (rofadhtumuni).”[1]. Karena ucapan Zaid bin Ali itulah lahir istilah populer ‘Rafidhah’ bagi kelompok Syiah yang menolak Abu Bakar dan Umar dan mencaci keduanya.
Adapun Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari berpendapat sebab Syiah Imamiyah dinamakan Rafidhah adalah karena penolakan mereka terhadap kepemimpinan (imamah) Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhum.[2] Pendapat ini selaras dengan jawaban Imam as-Syafi’i (w.204 H) ketika ditanya tentang hakikat Murji’ah, Rafidhah, dan Qadariyah oleh murid beliau yaitu Imam al-Buwaithi bahwa, “Siapa yang mengatakan iman cukup dengan perkataan maka dia Murji’ah, siapa yang mengatakan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Umar radhiyallahu ‘anhu bukan imam yang sah maka dia (Syiah) Rafidhah, dan siapa yang mengatakan perbuatan manusia bergantung pada kehendaknya semata maka dia adalah Qadariyah.[3]
Dari latar belakang sejarah itulah maka Ahlussunnah, Syiah Zaidiyyah dan Ibadhiyah menyematkan label ‘Rafidhah’ ini untuk Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah dan Syiah Isma’iliyah.[4]
Oleh sebab identifikasi Rafidhah dalam diri mereka ini, kaum Syiah Imamiyah enggan disebut dengan istilah itu dan lebih suka disebut Syiah saja. Hal itu bertujuan untuk mengelabui umat Islam bahwa mereka sama dengan Syiah Ali generasi awal. Bagi Syiah, seperti ditulis Muhsin Al-Amin, laqab Rafidhah adalah julukan buruk untuk orang yang mendahulukan Ali dalam soal khilafah dan kebanyakan digunakan untuk maksud mendiskreditkan dan membenci mereka.[5]
Demikian pemaparan MUI tentang asal-usul sebutan Rafidhah yang disematkan pada penganut aliran sesat Syiah.
Selain itu, para ulama salafus shalih telah menjelaskan sikap mereka terhadap Syiah Rafidhah, yang telah mencaci bahkan mengkafirkan sahabat.
- ‘Alqamah bin Qais An-Nakha’iy rahimahullah (kibaarut-taabi’iin, w. 62 H).
عَنْ عَلْقَمَةَ، قَالَ: ” لَقَدْ غَلَتْ هَذِهِ الشِّيعَةُ فِي عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمَا غَلَتِ النَّصَارَى فِي عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ “
Dari ‘Alqamah, ia berkata : “Sungguh Syi’ah ini telah berlebih-lebihan terhadap ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu sebagaimana berlebih-lebuhannya Nashara terhadap ‘Iisaa bin Maryam” [Diriwayatkan ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalam As-Sunnah no. 1115 dan Al-Harbiy dalam Ghariibul-Hadiits 2/581; shahih].
- Az-Zuhriy rahimahullah.
وَأَنْبَأَنَاهُ أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى الْحُلْوَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يُونُسَ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: ” مَا رَأَيْتُ قَوْمًا أَشْبَهَ بِالنَّصَارَى مِنَ السَّبَائِيَّةِ “، قَالَ أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ: هُمُ الرَّافِضَةُ
Telah memberitakan kepada kami Ahmad bin Yahyaa Al-Hulwaaniy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdillah bin Yuunus, dari Ibnu Abi Dzi’b, dari Az-Zuhriy, ia berkata : “Aku tidak pernah melihat satu kaum yang lebih menyerupai Nashara daripada kelompok Sabaa’iyyah”. Ahmad bin Yuunus berkata : “Mereka itu adalah Rafidhah” [Diriwayatkan oleh Al-Aajurriy dalam Asy-Syaari’ah, 3/567 no. 2083; shahih].
- Maalik bin Anas rahimahullah.
أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ الْمَرُّوذِيُّ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ: عَنْ مَنْ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعَائِشَةَ؟ قَالَ: مَا أُرَآهُ عَلَى الإِسْلامِ، قَالَ: وَسَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: قَالَ مَالِكٌ: الَّذِي يَشْتِمُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ لَهُ سَهْمٌ، أَوْ قَالَ: نَصِيبٌ فِي الإِسْلامِ
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr Al-Marwadziy, ia berkata : Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah tentang orang yang mencaci-maki Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aaisyah ?. Maka ia menjawab : “Aku tidak berpendapat ia di atas agama Islam”. Al-Marwadziy berkata : Dan aku juga mendengar Abu ‘Abdillah berkata : Telah berkata Maalik (bin Anas) : “Orang yang mencaci-maki para shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka ia tidak mempunyai bagian (dalam Islam)” – atau ia berkata : “bagian dalam Islam” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 783; shahih sampai Ahmad bin Hanbal].
- Asy-Syaafi’iy rahimahullah.
أنا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ الرَّحْمَنِ، ثنا أَبِي، قَالَ: أَخْبَرَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ، يَقُولُ: لَمْ أَرَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ الأَهْوَاءِ، أَشْهَدُ بِالزُّورِ مِنَ الرَّافِضَةِ
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Muhammad ‘Abdurrahmaan : Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Harmalah bin Yahyaa, ia berkata : Aku mendengar Asy-Syaafi’iy berkata : “Aku tidak pernah melihat seorang pun dari pengikut hawa nafsu yang aku saksikan kedustaannya daripada Rafidhah” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dalam Aadaabusy-Syaafi’iy, hal. 144; hasan]
عن البويطي يقول: سألت الشافعي: أصلي خلف الرافضي ؟ قال: لا تصل خلف الرافضي، ولا القدري، ولا المرجئ….
Dari Al-Buwaithiy ia berkata : “Aku bertanya kepada Asy-Syafi’iy : ‘Apakah aku boleh shalat di belakang seorang Rafidhiy ?”. Beliau menjawab : “Janganlah engkau shalat di belakang seorang Rafidhiy, Qadariy, dan Murji’” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 10/31].
- Ahmad bin Hanbal rahimahullah.
وَأَخْبَرَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: ” مَنْ شَتَمَ أَخَافُ عَلَيْهِ الْكُفْرَ مِثْلَ الرَّوَافِضِ، ثُمَّ قَالَ: مَنْ شَتَمَ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا نَأْمَنُ أَنْ يَكُونَ قَدْ مَرَقَ عَنِ الدِّينِ “
Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Abdul-Malik bin ‘Abdil-Hamiid ia berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdillah berkata: “Barangsiapa yang mencaci-maki, aku khawatir ia akan tertimpa kekafiran seperti Rafidhah”. Kemudian ia melanjutkan : “Barangsiapa yang mencaci-maki para shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka kami tidak percaya ia aman dari bahaya kemurtadan” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 784; shahih].
أَخْبَرَنِي يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، أَنَّ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ سُئِلَ، وَأَخْبَرَنِي عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ، قَالَ: ” سَأَلْتُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ، عَنْ جَارٍ لَنَا رَافِضِيٍّ يُسَلِّمُ عَلَيَّ، أَرُدُّ عَلَيْهِ؟ قَالَ: لا “
Telah mengkhabarkan kepadaku Yuusuf bin Muusaa : Bahwasannya Abu ‘Abdillah pernah ditanya. Dan telah mengkhabarkan kepadaku ‘Aliy bin ‘Abdish-Shamad, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal tentang tetanggaku Rafidhiy yang mengucapkan salam kepadaku, apakah perlu aku jawab ?”. Ia menjawab : “Tidak” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 787; hasan].
- Al-Bukhaariy rahimahullah berkata :
مَا أُبَالِي صَلَّيْتُ خَلْفَ الْجَهْمِيِّ، وَالرَّافِضِيِّ أَمْ صَلَّيْتُ خَلْفَ الْيَهُودِ، وَالنَّصَارَى، وَلا يُسَلَّمُ عَلَيْهِمْ، وَلا يُعَادُونَ، وَلا يُنَاكَحُونَ، وَلا يَشْهَدُونَ، وَلا تُؤْكَلُ ذَبَائِحُهُمْ
“Sama saja bagiku shalat di belakang Jahmiy dan Rafidhiy, atau aku shalat di belakang Yahudi dan Nashrani. Jangan memberikan salam kepada mereka, jangan dijenguk (apabila mereka sakit), jangan dinikahi, jangan disaksikan (jenazah mereka), dan jangan dimakan sembelihan mereka” [Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, 1/39-40].
- Al-Qaadliy ‘Iyaadl rahimahullahu berkata :
وَكَذَلِك نقطع بتكفير غلاة الرافضة فِي قولهم إنّ الْأَئِمَّة أفضل مِن الْأَنْبِيَاء
“Dan begitu pula kami memastikan kafirnya ghullat Rafidhah tentang perkataan mereka bahwasannya para imam lebih utama dari para Nabi” [Asy-Syifaa bi-Ahwaalil-Mushthafaa, 2/174].
- Ibnu Hazm Al-Andaaluusiy rahimahullah berkata :
وأما قولهم ( يعني النصارى ) في دعوى الروافض تبديل القرآن فإن الروافض ليسوا من المسلمين ، إنما هي فرقة حدث أولها بعد موت رسول الله صلى الله عليه وسلم بخمس وعشرين سنة .. وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر
“Adapun perkataan mereka (yaitu Nasharaa) atas klaim Rafidhah tentang perubahan Al-Qur’an (maka ini tidak teranggap), karena Rafidhah bukan termasuk kaum muslimin. Ia hanyalah kelompok yang muncul pertama kali 25 tahun setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam…. Rafidhah adalah kelompok berjalan mengikuti jalan orang Yahudi dan Nashara dalam dusta dan kekufuran.” [Al-Fishal fil-Milal wan-Nihal, 2/213].
Bangsa Jin pun Membenci Syiah Rafidhah
Penganut aliran sesat Syiah, ternyata bukan hanya dari kalangan manusia saja, ternyata dari golongan jin pun ada penganut Syiah Rafidhah.
Sebagaimana manusia, golongan jin Muslim yang beriman kepada Allah Ta’ala juga membenci kelompok jin penganut Syiah Rafihah. Hal ini diungkap oleh Al-Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat Al-Jinn.
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shaleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS. Al-Jinn: 11).
يقول مخبرا عن الجن: أنهم قالوا مخبرين عن أنفسهم: { وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ } أي: غير ذلك، { كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا } أي: طرائق متعددة مختلفة وآراء متفرقة
قال ابن عباس، ومجاهد وغير واحد: { كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا } أي: منا المؤمن ومنا الكافر
Allah Ta’ala mengabarkan tentang jin, bahwa mereka menceritakan tentang diri mereka sendiri yang disebutkan dalam FirmanNya (Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang shalih dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya), yakni tidak shalih. (Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda), maksudnya, berbeda-beda pendapat dan jalannya serta berpecah belah.
Ibnu Abbas dan Mujahid serta yang lainnya mengatakan, sehubungan dengan makna firmanNya: (Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda) yaitu di antara kami ada yang beriman dan ada pula yang kafir.
وقال أحمد بن سليمان النجاد في أماليه، حدثنا أسلم بن سهل بحشل، حدثنا علي بن الحسن بن سليمان -هو أبو الشعثاء الحضرمي، شيخ مسلم-حدثنا أبو معاوية (1) قال: سمعتُ الأعمش يقول: تروح إلينا جني، فقلت له: ما أحب الطعام إليكم؟ فقال الأرز. قال: فأتيناهم به، فجعلت أرى اللقم ترفع ولا أرى أحدا. فقلت: فيكم من هذه الأهواء التي فينا؟ قال: نعم. قلت: فما الرافضة فيكم (2) ؟ قال (3) شرنا. عرضت هذا الإسناد على شيخنا الحافظ أبي الحجاج المِزِّي فقال: هذا إسناد صحيح إلى الأعمش.
Ahmad ibnu Sulaiman An-Najjad di dalam kitab Amalinya, mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Aslam ibnu Sahl Bahasyal, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sulaiman alias Abu Sya’sa Al-Hadrami, guru Imam Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah yang mengatakan, ia berkata, aku mendengar Al-A’masy berkata:
“Jin pernah datang menemuiku, lalu kutanya: ‘Makanan apa yang kalian sukai?’
Dia menjawab: ‘Nasi.’
Maka kubawakan nasi untuknya, dan aku melihat sesuap nasi diangkat sedang aku tidak melihat siapa-siapa.
Kemudian aku bertanya: ‘Adakah di tengah-tengah kalian para pengikut hawa nafsu seperti yang ada di tengah-tengah kami?’
Dia menjawab: ‘Ya.’
‘Bagaimana keadaan golongan Rafidhah yang ada di tengah kalian?” tanyaku. Dia menjawab: ‘Merekalah yang paling jelek diantara kami’.”
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Aku perlihatkan sanad riwayat ini pada guru kami, Al-Hafizh Abul Hajjaj Al-Mizzi, dan beliau mengatakan: ‘Sanad riwayat ini shahih sampai Al-A’masy’.” (Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 8/242). Wallahu a’lam. [AW]
_______________________
[1] Lihat al-Hujjah fi Bayani al-Mahajjah, vol.2/478, I’tiqadat Firaq al-Muslimim wa al-Musyrikin, hal.52, al-Milal wa an-Nihal, vol.1/155, Minhaju as-Sunnah, vol.1/8 dan Majmu’ al-Fatawa, vol.13/36
[2] Lihat Maqalat al-Islamiyyin, vol.1/89
[3] Lihat al-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, vol.10/31
[4] Lihat Minhaju as-Sunnah, vol.1, hal.35, lihat juga Khawarij dan Syiah dalam Timbangan Ahlussunnah wal Jamaah, hal.146-147.
[5] Lihat A’yanu as-Syiah, vol.1/20