JAKARTA (Panjimas.com) – Beberapa media sudah banyak yang mengungkap pengakuan Pengurus Lembaga Bahtsul Masail (LBM PBNU), KH Dr Cholil Nafis yang masih saudara Ketua Aswaja NU Center KH. Abdurrahman Nafis. KH. Cholil Nafis mengungkapkan bahwa Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (SAS) membuat nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas al Musthafa al-’Alamiyah, Qom, Iran.
Belakangan ini SAS melalui beberapa media juga berusaha menampik fakta tersebut yang menurut sebagian pengikut fanatiknya menyebut hal tersebut hanyalah isu. NU Garis Lurus juga sudah mengungkap penjelasan dari KH. Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab) dari PCNU Jember tentang hubungan SAS dengan Syiah.
Yang disesalkan Kiai Cholil, dokumen kerjasama di bidang pendidikan, riset dan kebudayaan itu dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan Rais Am Syuriah PBNU yang saat itu dijabat KH A Sahal Mahfudz. Dokumen bertanggal 27 Oktober 2011 itu dibuat dalam dua bahasa, Persia dan Indonesia.
“Saya kopi yang berbahasa Indonesia karena saya gak begitu paham bahasa Persia,” kata Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah ini sebagaimana dikutip RMOL.co, Selasa (4/8).
Kiai Cholil berharap Kiai Said tak mengelak perihal adanya kerja sama itu. Sebab, dokumen resminya kini sudah berada di tangannya.
“Di PBNU ada, di Universitas al Mustafa juga ada. Saya ke sana mewakili UI dalam urusan akademik,” tegas dosen Universitas Indonesia (UI) itu.
Menurut dia, kerjasama itu berlaku selama 4 tahun. “Kalau tak ada pembatalan, kerjasama itu akan terus dan diperpanjang dengan sendirinya,” katanya.
MoU PBNU dengan Universitas al- Musthafa al-Alamiyah ini sempat heboh karena Rais Am PBNU yang saat itu dijabat KH A Sahal Mahfudz tak mengatahui MoU tersebut. [AW/NU Garis Lurus]