PANJIMAS.COM – Musim Ramadhan, ajaran pemurtadan berkedok puasa (shaum, shiyam) gentayangan di dunia maya. Salah satu artikel puasa yang bertebaran di mailis, instagram, twitter, facebook dan sebagainya itu berjudul “Tiga Kunci Puasa Berhasil.”
Penulis sendiri mendapatkan surat elektronik tersebut dari pengirim yang mengaku bernama Saodah dari Komunitas Isa dan Islam.
Pengantarnya mengecoh seolah-oleh sedang memaparkan artikel Islam tentang fiqhus shiyam: “Setiap agama besar berpuasa. Bagi Muslim, puasa sangat penting. Karena puasa salah satu dari Lima Rukun Islam.”
Ternyata “Tiga Kunci Agar Puasa Berhasil” yang dimaksud dalam kupasannya adalah puasa menurut Yesus Kristus dalam Alkitab (Bibel). Tiga kunci puasa yang dimaksud misionaris Saodah adalah: puasa mengalahkan godaan iblis; tidak puasa untuk mencari perhatian orang; dan bahwa amalan puasa tidak menjamin hidup kekal di surga.
Bila dikaji secara seksama, ternyata tiga kunci puasa sukses menurut ajaran Isa Al-Masih itu sama sekali tidak bisa dipenuhi oleh orang Kristen.
Bid’ah Puasa dalam Kekristenan
Penginjil Kristen mengajak umat Islam untuk berpuasa meneladani Nasi Isa AS untuk membebaskan diri dari belenggu godaan iblis:
“Dalam puasa mengalahkan godaan iblis. Salah satu tujuan puasa menurut Islam adalah untuk menahan diri dari berbagai godaan…. Isa Al-Masih pernah berpuasa 40 hari (Injil Lukas 4:1-13). Bagaimana Ia berhasil mengalahkan godaan Iblis? Ketika Isa berpuasa, Iblis menggodanya agar membuat batu menjadi roti. Isa menunjukkan kontrol pada diri sendiri dengan menolak tawaran Iblis” (Taurat, Kitab Ulangan 8:3).”
Para penginjil Kristen tidak perlu menggurui umat Islam mengenai syariat puasa. Dengan bahasa yang indah, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa esensi puasa bukan hanya sekedar menahan makan dan minum, tapi juga harus bisa mengendalikan hawa nafsu. Umat Islam tidak hanya puasa jasmani saja, tapi juga puasa rohani, karena juga dituntut untuk meninggalkan omongan kotor dan perbuatan dosa:
“Barang siapa yang tidak bisa meninggalkan omongan kotor atau perbuatan dosa, maka di hadapan Allah tidak ada gunanya ia meninggalkan lapar dan dahaga.” (HR Bukhari dan Muslim).
Jika menilik ayat-ayat Injil dalam Bibel, justru orang Kristen yang tidak bisa memenuhi kriteria puasa Yesus yang disebutkan dengan jelas bahwa dia berpuasa dengan cara tidak makan, tidak minum dan menghadapi ujian (Lukas 4:2, Matius 4:2).
Umat Kristen tidak bisa menjadi pengikut Yesus karena melakukan puasa dengan cara yang berbeda dengan teladan Yesus, karena mengikuti aturan gereja-gereja.
Katolik berpuasa dengan cara tidak makan sampai kenyang tapi masih boleh minum, sesuai aturan resmi gereja: “Puasa menurut paham Katolik berarti: makan kenyang satu kali dalam waktu 24 jam dan dua kali sedikit. Minum air tidak termasuk soal puasa. Hari puasa adalah hanya puasa Rabu Abu dan puasa Jum’at Suci, wajib puasa semua yang telah berumur 21 tahun sampai dengan 59 tahun lengkap” (Ensiklopedi Populer tentang Gereja, hlm. 228).
Ada pula denominasi gereja yang berpuasa dengan menahan hal-hal yang disenanginya, misalnya: berpuasa merokok, berpuasa tidak makan nasi dan daging, berpuasa tidak nonton televisi dan lain sebagainya. Semuanya dijalankan dalam kurun waktu tertentu, bisa 40 hari seperti yang Yesus Kristus pernah lakukan, bisa genap sebulan, ada pula yang melakukan bersamaan waktu puasa kaum Muslim.
Syariat puasa versi Kristen yang tak jelas pijakannya dalam Bibel adalah bid’ah (penyimpangan) dari teladan maupun petunjuk dari Yesus.
Penginjil Harus Belajar Puasa kepada Umat Islam
Penginjil yang mengaku bernama Saodah itu menggurui umat Islam agar tidak berpuasa demi popularitas duniawi maupun mencari perhatian pujian orang:
“Jangan mencari perhatian karena puasa. Iblis juga menggodai supaya orang yang kuat berpuasa menjadi angkuh. Bagaimana nasihat Isa Al-Masih tentang masalah tersebut? Orang yang berpuasa tidak boleh kelihatan muram mukanya, mengubah air mukanya, supaya orang tahu sedang berpuasa. Umat Kristen dianjurkan berpuasa, tetapi tidak terang-terangan. Orang lain tidak perlu mengetahuinya. “…apabila engkau berpuasa… jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa…” (Injil, Rasul Besar Matius 6:16-18).”
Penginjil Kristen itu tak perlu sok tahu mengajari umat Islam tentang motivasi ibadah. Ajaran Islam jauh melampaui Bibel dalam hal keikhlasan beribadah.
Ikhlas adalah salah satu makna dari syahadat lailaha illallah, bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah SWT, dengan menjadikan ibadah itu murni hanya ditujukan kepada Allah semata. Ikhlas adalah syarat utama diterimanya amal ibadah (Qs. Al-Bayyinah 5, Az-Zumar 2).
Amal ibadah yang dikerjakan tanpa memurnikan keikhlasan akan tertolak semua, sesuai sabda Rasulullah Saw: “Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang murni dan hanya mengharap ridha Allah” (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
Lawan daripada ikhlas adalah syirik, perbuatan yang dilarang keras dalam Islam. Syirik adalah menjadikan bagi Allah tandingan/sekutu di dalam beribadah, atau beribadah kepada Allah tetapi juga kepada selain-Nya. Syirik diharamkan Allah dengan ancaman keras: Dosa besar (kaba’ir) yang tak terampuni (An Nisa’ 48, 116); kezaliman yang paling hebat (Al-Hadid 25, Luqman 13); penghapus semua amal shalih (Al-An’am 88, Az-Zumar 65); penghuni neraka yang kekal (Al-Bayyinah 6); dll.
Al-Qur’an Al-Ma’idah 72 mengancam pelaku kemusyrikan dengan kemustahilan masuk surga, karena Allah mengharamkan orang musyrik masuk surga. Ayat ini diawali dengan penegasan Allah SWT tentang kekafiran orang yang mempertuhankan Yesus Kristus.
Dengan demikian, keikhlasan beribadah hanya bisa dipenuhi oleh umat Islam yang bertauhid. Para penginjil dan orang Kristen tidak bisa memenuhi kriteria keikhlasan, dan seluruh ibadahnya akan ditolak karena mempersekutukan Allah dengan Yesus.
Kristen Binasa Karena Menentang Puasa
Penginjil Saodah mengajarkan bahwa kunci puasa sukses menurut ajaran Isa Al-Masih yang ketiga adalah meyakini bahwa puasa tidak menjamin keselamatan surgawi. Karena keselamatan mutlak hanya ada dalam doktrin penyaliban Yesus
“Amal puasa tidak menjamin hidup kekal. Al-Quran mencatat, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa…” (Qs Al-Baqarah 183). Namun ajaran agama Islam tidak menjamin seorang masuk sorga karena berpuasa… Puasa maupun amal apapun tidak menyelamatkan seseorang dari api neraka. Satu-satunya jalan keluar dari api kekal ialah menerima pemberian Allah. Pada salib Isa menunjukkan kontrol pada diri sendiri yang orang Islam idamkan pada bulan puasa.”
Ajaran penginjil yang mencatut nama Yesus dan menyelewengkan ayat Al-Qur’an ini sama sekali tidak bisa dibenarkan. Keliru besar jika syariat puasa tidak diperlukan karena tidak bisa menjadi tiket ke surga karena tiket ke surga sudah ditebus dengan kematian Yesus di tiang salib.
Puasa adalah ibadah yang utama untuk meraih tiket ke surga, karena esensi puasa adalah membentuk umat bertakwa (Al-Baqarah 183). Sedangkan takwa adalah modal berharga untuk meraih tiket ke surga (Qs Al-Qamar 54-55).
Bahkan Allah menyediakan surga Ar-Royyan khusus bagi orang yang berpuasa: “Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang dinamakan Ar-Royyan, ahli puasa akan memasukinya melalui pintu itu pada hari kiamat, tidak seorang pun selain mereka memasuki melalui pintu itu” (HR Al-Bukhari).
Pintu surga Ar-Royyan tertutup rapat bagi para penginjil dan umat Kristen karena tidak mengamalkan syariat puasa. Mereka tidak meneladani puasa Yesus yang dilakukan dengan menahan lapar, dahaga, syahwat dan hawa nafsu.
Selain tertolak di surga, para penginjil Kristen juga tidak mendapat benteng dari api neraka, karena puasa adalah perisai dari api neraka, sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Puasa adalah perisai. Seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka” (HR Ahmad).
Umat Kristen tidak punya kesempatan masuk surga dan siap disambut pintu neraka karena tidak berpuasa. Siksa akhirat ini tentu lebih berat bagi para penginjil yang mendiskreditkan syariat puasa dengan mencatut nama Yesus.
Padahal Yesus berpuasa 40 hari 40 malam (Matius 4:2), sesuai teladan Musa yang berpuasa jasmani dan rohani selama 40 hari 40 malam nonstop pada saat menerima Sepuluh Firman/Dasatitah (Keluaran 34:28).
Semua nabi beribadah puasa, karena kitab Taurat dalam Bibel menggariskan bahwa syariat puasa adalah ketetapan yang berlaku selama-lamanya sepanjang masa (Imamat 16:29-31, Bilangan 29:7). Bila dilanggar, sanksinya dilenyapkan dan dihukum mati:
“Karena setiap orang yang pada hari itu tidak merendahkan diri dengan berpuasa, haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. Setiap orang yang melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasakan dari tengah-tengah bangsanya” (Imamat 23:29-30).
Para penginjil Kristen berani melanggar kewajiban puasa itu sudah tidak takut terhadap ancaman Tuhan: dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya dan dibinasakan dari tengah-tengah bangsanya! [AW/SI]
Diasuh oleh:
A. Ahmad Hizbullah MAG
www.ahmad-hizbullah.com
SMS/Whatsapp: 08533.1050000
BBM: 54B134C5