(Panjimas.com) – Salah satu makar para para misionaris Kristen untuk memurtadkan umat Islam adalah meruntuhkan keyakinan terhadap kesucian Al-Qur’anul Karim. Bila keyakinan terhadap Al-Qur’an sudah luntur, maka rontoklah aqidah umat Islam.
Dalam website www.#####ing-islam.org, para misionaris getol merekayasa tuduhan-tuduhan terhadap invaliditas, inkonsistensi dan kontradiksi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Salah satu jurus andalan misionaris adalah tuduhan bahwa nubuat (sinyalemen/ramalan) Al-Qur’an surat Ar-Rum 1-4 tentang kekalahan bangsa Romawi (Kekaisaran Byzantium) di tangan Persia.
Dalam artikel hujatan berjudul “Penyebab Kami Meninggalkan Islam” mereka menuduh ayat itu bukan nubuat, melainkan fakta sejarah yang dilihat dan dicatat sendiri oleh Nabi Muhammad, karena peristiwa itu terjadi di masa hidup Nabi Muhammad. Bahkan dengan lancangnya, mereka menghina Allah sebagai Tuhan yang buta sejarah dan meleset bernubuat. Berikut kutipannya:
“Allah Buta Sejarah Dan Meleset Bernubuat. Dalam Surat 30 Ar-Rum 1-4, dinubuatkan oleh Allah lewat mulut Nabi Muhammad bahwa kerajaan Romawi yang pada waktu itu telah dikalahkan oleh Kerajaan Persia, nanti sesudah wafatnya Nabi Muhammad, jadi sesudah tahun 629, akan membalas dan mengalahkan kembali bangsa Persia. Lagi–lagi Allah yang Maha Tahu itu menjadi buta sejarah, karena apa yang disebut “nubuat” itu bukanlah nubuat lagi melainkan hanya pencatatan sejarah saja oleh Nabi Muhammad, sebab dikalahkannya Bangsa Romawi oleh Bangsa Persia dan dikalahkannya kembali Persia oleh Bangsa Romawi semuanya terjadi dalam kurun waktu Nabi Muhammad masih hidup.
Sejarah mencatat: Tahun 614 M Bangsa Romawi dikalahkan oleh bangsa Persia. Tahun 629 M Bangsa Romawi membalas kembali dengan mengalahkan Bangsa Persia seperti semula awal. Tahun 632 M Nabi Muhammad meninggal dunia di Medinah.”
Memang, di antara bukti kebenaran Al-Qur’an wahyu Allah adalah ayat-ayat yang mengabarkan suatu peristiwa yang belum terjadi atau yang akan terjadi. Lalu di kemudian hari, ayat-ayat yang disebut nubuat, bisyarah, sasmita, ramalan atau sinyalemen tersebut terbukti benar-benar terjadi. Para mufassir menyebut bahwa salah satu nubuat Al-Qur’an yang sudah terbukti kebenarannya adalah surat Ar-Rum 1-4.
Kala itu, dua negara adidaya Rumawi (Romawi) dan Persia saling berperang. Rumawi adalah bangsa mayoritas Nasrani dan mempunyai Kitab Suci, sedangkan Persia beragama Majusi yang menyembah api dan berhala (musyrik). Ketika tersiar berita bangsa Rumawi dikalahkan oleh bangsa Persia, maka kaum musyrikin Mekkah menyambutnya dengan gembira-ria, karena sebagai sesama bangsa musyrikin mereka berpihak kepada musyrikin Persia. Sebaliknya, kaum muslimin berduka yang mendalam. Kemudian turunlah firman Allah Ta’ala:
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah…”(Qs Ar-Rum 1-5).
Ayat-ayat ini yang menubuatkan bahwa bangsa Rumawi yang sudah hancur-lebur kalah perang itu akan mendapat kemenangan dalam beberapa tahun lagi (fii bid’i sinin). Selain itu, Al-Qur’an juga menubuatkan bahwa pada saat yang bersamaan, kaum Mukminin bergembira atas kemenangan berkat pertolongan Allah.
Kaum musyrikin yang sudah merasa menang telak, kini makin gembira mendengar ayat-ayat di atas. Mereka memiliki bahan ejekan kepada kaum Muslimin. Ayat ini dianggap sebagai khayalan yang tidak masuk akal sama sekali. Jangankan bangkit merebut kemenangan kembali, untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun nampak mustahil. Bagaimana mungkin bangsa Rumawi akan menang melawan Persia, karena mereka telah diserbu, dihancurkan dan diluluhlantahkan oleh Persia?
Mereka mengejek kaum Muslimin, bahkan ada yang menantang kaum Muslimin untuk bertaruh. Sampai-sampai Abu Bakar As-Shiddiq ditantang taruhan oleh Ubay, tokoh musyrikin. Pada saat itu taruhan belum diharamkan. Dan mereka akhirnya sepakat untuk bertaruh 100 ekor unta.
Beberapa tahun sesudah turunnya ayat itu, akhirnya “kemenangan bangsa Romawi” yang dinubuatkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, secara ajaib menjadi kenyataan. Menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. Pada saat yang sama kaum Muslimin sukses memporakporandakan tentara Quraisy pada perang Badar. Dua nubuat terpenuhi dengan tepat sekaligus. Nyatalah kebenaran Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul dan kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah.
Pada saat kemenangan ini Ubay telah terbunuh, sehingga keluarganya yang harus membayar hutang 100 ekor unta kepada Abu Bakar.
Para ahli tarikh sepakat bahwa kemenangan Rumawi ini terjadi kurang dari 9 tahun sejak kekalahannya. Karena dalam surat Ar-Rum itu terdapat kalimat: “Dalam beberapa tahun lagi” (fii bid’i sinin), yang kurs angkanya berkisar antara tiga sampai sembilan tahun.
Peristiwa turunnya Al-Qur’an dalam surat Ar-Rum dan peperangan Romawi melawan Persia yang sama-sama terjadi pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, tidak bisa diterima oleh nalar para misionaris Kristen. Logika dangkal mereka menginginkan agar nubuat semasa hidup Rasulullah itu terjadi setelah Rasulullah wafat.
Logika misionaris ini salah fatal, karena suatu Nubuat Ilahi tidak harus terjadi setelah nabi yang menyampaikan nubuat itu meninggal dunia.
Untuk mempermudah kronologisnya, catat baik-baik data yang diungkapkan oleh Harun Yahya dalam bukunya Miracles of the Qur’an, yang mengutip buku A History of the Byzantine State and Society ini:
1. Nabi Muhammad lahir tahun 571 M.
2. Tahun 614 M Bangsa Romawi dikalahkan oleh bangsa Persia (ketika Nabi Muhammad berusia 43 tahun).
3. Tahun 620 M (saat Nabi Muhammad berusia 49 tahun), awal surat Ar-Rum diturunkan.
4. Tahun 629 M (ketika Nabi Muhammad berusia 58 tahun), Bangsa Rumawi sukses mengalahkan bangsa Persia.
5. Tahun 632 M Nabi Muhammad wafat dalam usia 61 tahun.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, nyatalah bahwa surat Ar-Rum 1-4 adalah mukjizat Al-Qur’an dari sisi nubuat. Kemenangan bangsa Rumawi (Byzantium Kristen) atas bangsa Persia terjadi kira-kira 9 tahun setelah turunnya ayat.Tak ada satu huruf pun dalam Al-Qur’an yang salah dan meleset. Umpatan sarkasme misionaris Kristen bahwa “Allah buta sejarah” itu hanya mempermalukan dirinya sendiri, justru memamerkan buta sejarah, miskin wawasan dan meleset tuduhan karena banyak berkhayal.
Ramalan Bibel Meleset Tak Pernah Terjadi
Tuduhan para misionaris Kristen bahwa Al-Qur’an salah nubuat adalah tidak berdasar sama sekali dan sangat memalukan. Bila memahami konsep nubuat dalam kitab sucinya sendiri, mestinya mereka malu mencari-cari kesalahan nubuat kitab suci Al-Qur’an.
Kitab Perjanjian Lama menggariskan bahwa kriteria firman Tuhan adalah nubuat yang disampaikan pasti terbukti, terjadi atau sampai. Jika meleset, jelas itu bukan firman Tuhan:
“Apabila seorang nabi berkata demi nama Tuhan dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan Tuhan” (Ulangan 18:-22).
Mari kita terapkan prinsip tersebut untuk meneropong dan menguji keaslian Bibel:
Nubuat Pertama. Dalam kitab Kejadian, dinubuatkan bahwa yang disebut keturunan Abraham hanyalah Ishak: “Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak” (Kejadian 21:12)
Nubuat ini ternyata meleset jauh sekali. Sebab dalam kitab Tawarikh, ternyata Nabi Ismael juga disebut sebagai anak keturunan Abraham: “Anak-anak Abraham ialah Ishak dan Ismael” (I Tawarikh 1:28).
Nubuat Kedua. Masih dalam kitab Kejadian, Tuhan bernubuat bahwa nama “Yakub” sudah tidak akan dipakai lagi, karena sudah diganti dengan nama baru “Israel.”
“Firman Allah kepadanya: “Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu.” Maka Allah menamai dia Israel” (Kejadian 35:10).
“Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang” (Kejadian 32:28).
Ternyata nubuat ini meleset, karena setelah merilis nubuat tersebut Tuhan masih memanggil nama “Yakub.”
“Berfirmanlah Allah kepada Israel dalam penglihatan waktu malam: “Yakub, Yakub!” Sahutnya: “Ya, Tuhan” (Kejadian 46:2).
Ayat-ayat nubuat tersebut jelas meleset tak terjadi. Menilai nubuat ayat-ayat tersebut sangat mudah, tidak perlu menggunakan ensiklopedi dan buku sejarah. Masih banyak lagi daftar nubuat Bibel yang meleset tak terjadi. Dengan banyaknya nubuat Bibel yang meleset, maka sesuai dengan petunjuk Bibel sendiri, ayat-ayat yang memakai
Nama Tuhan yang tidak terjadi dan tidak sampai, maka itu bisa dipastikan bukan firman Tuhan. Maka janganlah gentar menolaknya!!! [GA/SI/MAG]
Konsultasi seputar Kristologi dapat menghubungi:
A. Ahmad Hizbullah MAG
www.ahmad-hizbullah.com
SMS/WA: 08533.1050000
BBM: 54B134C5