Syiah = Total Berbahaya
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
PANJIMAS.COM – Telah terbukti, Tajul Muluk Pentolan Syiah Sampang Madura divonis penjara 4 tahun karena menodai agama Islam (menganggap Al-Qur’an tidak murni lagi), melanggar pasal 156A KUHP.
Syiah jelas-jelas sesat dan menodai agama (Islam) itu sudah tidak kurang data dan fakta. Di antaranya sebagai berikut.
Fatwa Sesatnya Syiah
- Fatwa MUI Jawa Timur tentang sesatnya Syiah lihat di sini Fatwa MUI Jawa Timurtentang Kesesatan Ajaran Syi’ah.
MEMUTUSKAN
Mengukuhkan dan menetapkan keputusan MUI-MUI daerah yang menyatakan bahwa ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah SESAT DAN MENYESATKAN.
Surabaya 27 Shofar 1433 H
21 Januari 2012 M
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
PROPINSI JAWA TIMUR
Ketua Umum Sekretaris Umum
Abdusshomad Buchori Drs. H Imam Tabroni, MM
- Fatwa MUI Jatim tentang Sesatnya Syiah, Menang Mutlak di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Selasa (13/11/2013.)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wilayah Jawa Timur menang mutlak atas gugatan yang Teguh Sugiharto, yang sejak beberapa waktu lalu menyusun konstruksi gugatan dengan pengajuan prodeo terhadap Presiden SBY, MUI Pusat, MUI Jatim dan Gubernur Jawa Timur.
Sidang putusan dengan kemenangan mutlak untuk MUI Jawa Timur itu diputuskan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Selasa (13/11/2013.)
“Karena yang punya kewenangan menguji Pergub atau undang-undang adalah Mahkamah Agung, jadi gugatan tidak diterima,” kata pengacara MUI Jawa Timur H. Ma’ruf Syah kepadahidayatullah.com, Rabu (13/11/2013).
- MUI Pusat menilai fatwa MUI Jawa Timur itu sah. Lihat ini MUI Pusat mensahkan dan mendukung Fatwa MUI Jatimtentang kesesatan syiah.Dalam tulisannya di Harian Republika pada hari ini (8/11/2012), Ketua MUI Pusat, KH. Ma’ruf Amin mengatakan, “Setelah melakukan serangkaian penelitian dan berkonsultasi dengan MUI Pusat, MUI Jatim mengukuhkan fatwa serupa. Mencermati hal itu, penulis menyimpulkan, bahwa Fatwa MUI Jawa Timur tentang Syiah sudah pada tempatnya dan sesuai aturan.”
Bukti Syiah Menodai Agama dan bukan hanya syiah Sampang Madura saja yang sesat itu
- Tajul Muluk pentolan syiah dari Sampang telah divonis 4 tahun penjara karena terbukti melanggar pasal 156a tentang penodan agama, karena Tajul Muluk menganggap Al-Qur’an tidak murni lagi. Vonis Pengadilan itu sampai diketok palu oleh tiga jenis pengadilan yakni Pengadilan Negeri Sampang dengan Nomor 69/Pid.B/2012/PN.SPG pada Juli 2012 lalu memvonis Tajul Muluk hukuman penjara 2 tahun karena menodai agama, melanggar pasal 156a. Lalu Tajul Muluk naik banding ke pengadilan Tinggi Surabaya, divonis 4 tahun penjara karena terbukti menodai agama. Putusan PT Surabaya yang tertuang dalam surat bernomor 481/Pid/2012/PT.Sby pada 21 September 2012 itu memutuskan terdakwa Tajul Muluk alias Ali Murtadha terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana perbuatan yang bersifat penodaan agama. Kemudian ia mengajukan kasasi dan putusannya, kasasi ditolak MA, maka tetap Tajul Muluk wajib menjalani hukuman 4 tahun penjara. Keputusan itu tertuang dalam petikan putusan MA dengan Nomor 1787 K/ Pid/2012 yang dikirim oleh MA ke Pengadilan Negeri (PN) Sampang tertanggal 9 Januari 2013. Hal itu diungkapkan oleh Humas PN Sampang Shihabuddin saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Madura terkait kasasi Tajul Muluk ke MA, kemarin (16/1 2013). Jadi jelas-jelas syiah telah terbukti sesat bahkan menodai agama (Islam). Lihat ini https://www.nahimunkar.com/kejahatan-syiah-dari-mazdak-hingga-tajul-muluk-sampang
- Apabila masih ada yang berkilah bahwa itu hanya Tajul Muluk saja, sedang syiah yang lainnya di Indonesia ini tidak begitu, maka coba lihat bagaimana Jalaluddin Rakhmat dengan konco-konconya dari Ijabi bahkan didukung pula oleh penghalal homseks Musdah Mulia membela syiah sampang dengan “menyerang” MUI dalam dialog di tv kompas Senin malam (16/9 2013).
- Pendukung syiah bela syiah sampang dan jualan kemusyrikan: # Penyanyi Haddad Alwi Ternyata Syiah#
Ia adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoyibah, diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib secara berlebihan.
Dalam kunjungannya ke pengungsian Syiah di Sampang, 29/9/2012, ia (Haddad Alwi) mengatakan, “Nggak ada orang mau masuk surga tidak diuji, Rasulullah tidak jauh dari kita, dan jangan ragu Rasullulah tidak sayang sama kita. Penderitaan Rasullulah lebih berat ujiannya daripada ujian kita.”
Mengenai nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar) itu juga nyanyian, hanya berbahasa Arab. Kalau nyanyian berbahasa Indonesia, Inggeris atau lainnya yang biasanya berkisar tentang cinta, pacaran dan sebagainya, misalnya dinyanyikan di masjid, orang sudah langsung faham bahwa itu tidak boleh.
Nyanyian cinta-pacaran seperti itu justru kesalahannya jelas. Orang langsung tahu. Sebaliknya, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, kalau itu mengandung kesalahan (dan memang demikian), justru orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, dan menyebut nama sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyebut Al-Quran dan sebagainya.
Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar):
Ya ‘Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib.
Artinya: “Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat).”
Dalam video klip Ya Thayibah Haddad Alwi di Youtubehttps://www.youtube.com/watch?v=mJM1D_LNdDk pada menit ke 1.49, seorang anak kecil sujud shalat di atas turbah Husainiyah (tanah Karbala).
Bagaimanapun, ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari ‘Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebihan alias ghuluw.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ
Artinya: “Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw –berlebih-lebihan– dalam agama.” (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih).
Ali ra sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba’, pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: “Engkau lah Allah”. Maka ‘Ali bermaksud membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu ‘Abbas. Kemudian ‘Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam riwayat lain, ‘Abdullah bin Saba’ disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh ‘Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6). https://www.nahimunkar.com/26-penyebab-merajalelanya-kesesatan-di-indonesia-3-36/
- Haidar Bagir dan Tuduhan Tahrif Al Qur’an
- Berisi tuduhan seputar adanya TAHRIF Al Qur’an (perubahan teks dari aslinya).
bahwa mulanya Surat Al Ahzab itu dibaca 200 ayat. Namun kemudian hanya tersisa hanya 73 ayat saja (atau hilang sekitar 127 ayat).tulisan opini di Republika, edisi 27 Januari 2012, Dr. Haidar Bagir menulis artikel berjudul, “Sekali Lagi, Syiah dan Kerukunan Umat
Lalu bagaimana menjawab pendapat seperti di atas?
Adanya satu atau dua riwayat yang mengatakan ini dan itu, di luar pemahaman mainstream para ulama, tidak boleh langsung diterima begitu saja. Harus dilakukan tash-hih (penshahihan) dulu, apakah riwayat tersebut shahih atau tidak. Riwayat-riwayat yang mengatakan telah terjadi perubahan pada Al Qur’an, rata-rata tidak diterima. Karena alasannya: (a) Bertentangan dengan Surat Al Hijr ayat 9, bahwa Allah yang menurunkan Al Qur’an dan Dia pula yang menjaganya; (b) Bertentangan dengan riwayat-riwayat yang lebih kuat, bahwa Al Qur’an itu sempurna, tidak mengalami perubahan; (c) Bertentangan dengan Ijma’ kaum Muslimin sejak masa Rasulullah dan para Shahabat, sampai hari ini. Dengan alasan itu, maka dari sisi telaah Dirayah (substansi hadits), hadits-hadits yang menjelaskan adanya Tahrif itu tertolak. Dalam ilmu hadits, sebuah hadits yang bertentangan secara pasti dengan riwayat-riwayat yang lebih kuat, ia tertolak.“.[Abahnya Aisyah, Fathimah, Khadijah].
Syiah Mengusung Kemusyrikan
نور الدين الجزائري المالكي
https://www.alrad.net/hiwar/imam/3.htm
Ayat yang maknanya diselewengkan syiah itu bunyinya sebagai berikut:
{وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأعراف: 180]
- Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan
[Al A’raf180]
Dalam kitab syiah:
عن أبي عبد الله (ع) في قول الله عز وجل: “ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها” قال: نحن والله الأسماء الحسنى التي لا يقبل الله من العباد عملا إلا بمعرفتنا. (كتاب الكافي الجزء 1 صفحة 143 باب النوادر)
Dalam hal firman Alah ‘Azza wa Jalla: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu Abu Abdillah as berkata: Kami (imam-imam syiah) wallahi adalah nama-nama indah Allah yang Allah tidak menerima amal hamba-hamba kecuali berdasarkan pengetahuan kami. (Kitab Al-Kafi juz 1 hlmn 143).
Dalam rujukan Sunni dapat dibaca: Ibnu Juraij menuturkan dari Mujahid tentang firmanNya: dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya; ia mengatakan, mereka menjadikan nama Laata dari lafal “Allah”, dan Uzza dari lafal al-‘Aziz. (Tafsir At-Thabari 13/283).
Ternyata syiah justru asmaaul husna seluruhnya yang hanya milik Allah Ta’ala itu diambil alih dimaksudkan maknanya adalah imam-imam syiah, bahkan dengan sumpah, dan diri para imam itu jadi syarat direrimanya amal para hamba.
Tapi di kitab syiah:
نحن والله الأسماء الحسنى التي لا يقبل الله من العباد عملا إلا بمعرفتنا. (كتاب الكافي الجزء 1 صفحة 143 باب النوادر)
Kami (imam-imam syiah) wallahi adalah nama-nama indah Allah yang Allah tidak menerima amal hamba-hamba kecuali berdasarkan pengetahuan kami. (Kitab Al-Kafi juz 1 hlmn 143).
Dengan demikian, orang musyrikin jahiliyah menyelewengkan Asmaaul Husna dengan menyematkan untuk nama berhala dengan diubah sedikit ucapannya, sedang syiah langsung mengambil keseluruhan Asmaaul Husna diklaim maknanya adalah imam-imam syiah. Padahal nama-nama indah itu hanya milik Allah, menunjukkan sifat kesempurnaanNya, indah tanpa cela tanpa kekurangan. Sehingga ketika berdo’a agar disebutkan. Misalnya
فيقول الداعي مثلا اللهم اغفر لي وارحمني، إنك أنت الغفور الرحيم، وتب عَلَيَّ يا تواب، وارزقني يا رزاق، والطف بي يا لطيف ونحو ذلك. تفسير السعدي = تيسير الكريم الرحمن (ص: 310)
Orang yang berdoa berkata, misalnya: Ya Allah ampunilah aku dan sayangilah aku, sesungguhnya Engka Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan terimalah taubatku wahai Yang Maha menerima taubat, dan berilah aku rizqi wahai Dzat Yang Maha Memberi rizqi, dan lemah lembutilah aku wahai Dzat yang Maha Lemah Lembut. (Tafsir As-Sa’di, penjelasan ayat 180 Suart Al-A’raf).
Asmaaul Husna milik Allah diambil imam-imam syiah, lalu Allah disifati Bada’
Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi (Ushulul Kaafi, hal. 40).
Menurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi’ah), Bahwa Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi’ah Allah bersifat bada’ (Ushulul Kaafi, hal. 232).
Dzat yang Maha menerima taubat, Maha Memberi rizqi dan sebagainya itu apakah maknanya imam-imam syiah? Ketika asmaaul husna yang hanya milik Allah Ta’ala itu diklaim maknanya adalah imam-imam syiah, dan itu tertulis jelas di kitab-kitab induk syiah, maka menambah bukti bahwa benarlah sabda Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits, orang syiah itu musyrik
حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ أَبِي الْجَحَّافِ دَاوُدَ بْنِ أَبِي عَوْفٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو الْهَاشِمِيِّ، عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ عَلِيٍّ، عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ مُحَمَّدٍ، قَالَتْ: نَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عَلِيٍّ فَقَالَ: «هَذَا فِي الْجَنَّةِ، وَإِنَّ مِنْ شِيعَتِهِ قَوْمًا يَعْلَمُونَ الْإِسْلَامَ، ثُمَّ يَرْفُضُونَهُ، لَهُمْ نَبَزٌ يُسَمَّوْنَ الرَّافِضَةَ مَنْ لَقِيَهُمْ فَلْيَقْتُلْهُمْ فَإِنَّهُمْ مُشْرِكُونَ» مسند أبي يعلى الموصلي (12 / 116): 6749 – [حكم حسين سليم أسد] : إسناده صحيح
Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- melihat kepada Ali -Radiallahuanhu- lalu berkata: “Ini (maksudnya adalah Ali) ada di surga, dan diantara syiahnya ada satu kaum yang mengerti Islam kemudian menolaknya, mereka memiliki tanda disebut rafidhah, barang siapa bertemu mereka maka bunuhlah (di riwayat lain perangilah) sesungguhnya mereka itu musyrik.” مسند أبي يعلى الموصلي
Husain Salim Asad menghukuminya: sanadnya shahih.
Abu Ya’la, Bazzar, Thabrani meriwayatkan sabda Nabi -Shalallahu alaihi wa salam-:
كُنْتُ عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم وعندَه عليٌّ فقال النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يا عليُّ سيكونُ في أمَّتي قومٌ ينتَحِلونَ حبَّ أهلِ البيتِ لهم نَبْزٌ يُسمَّونَ الرَّافضةَ قاتِلُوهم فإنَّهم مشرِكونَ
الراوي: عبدالله بن عباس المحدث: الهيثمي – المصدر: مجمع الزوائد – الصفحة أو الرقم:10/25
خلاصة حكم المحدث: إسناده حسن (Dorar.net/hadith)
Aku (Abdullah bin Abbas) dulu di sisi Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam dan di sisinya ada Ali, maka beliau berkata: “Wahai Ali akan ada dalam umatku kaum yang madzhabnya adalah “cinta ahlul bait” mereka memiliki tanda (gelar) mereka disebut Rafidhah, perangilah mereka karena mereka musyrik.” (al-Haitsami berkata: Thabrani berkata: dan sanadnya hasan. Al-Sunnah karya ibnu Abi Ashim dicetak bersama Zhilal al-Jannah, takhrij Syaikh al-Albani, 2/476)
Abdullah bin Imam Ahmad berkata: saya Tanya ayah saya: siapakah Rafidhah?: beliau berkata: yaitu orang-orang yang mencela atau mencaci Abu Bakar dan Umar.” (al-Sunnah, Abdullah bin Ahmad, 1273)
Ini bukti kemusyrikan syiah pula
Syiah: Wajah Allah=Ali
وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ٢٧ [سورة الـرحـمـن,٢٧]
- Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan[Ar Rahman27]
وَجۡهُ رَبِّكَ diartikan قال الصادق نحن وجه الله, para imam syiah itu wajah Allah. (بحار الأنوار للمجلسي (1111 هـ) الجزء39 صفحة88 في الشواذ
وَلِلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ فَأَيۡنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ ١١٥ [سورة البقرة,١١٥]
- Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui
[Al Baqarah115] وَجۡهُ ٱللَّهِۚ diartikan Ali.
أبو المضا عن الرضا ع قال في قوله : ” أينما تولوا فثم وجه الله” قال : علي .
بحار الأنوار للمجلسي (1111 هـ) الجزء39 صفحة88 في الشواذ
kata ar-Ridha as mengenai firmanNya: maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah., itu adalah Ali. (Biharul Anwar oleh Al-Majlisi, (w1111H) juz 39 halaman 88)
Mensyiahkan Sunni Berarti Memusyrikkan
Karena aqidah syiah itu jelas kemusyrikan, maka mensyiahkan Umat Islam berarti memusyrikkan. Mengembalikan dari keyakinan tauhid ke kemusyrikan. Itu lebih kejam dibanding pembunuhan fisik. Padahal membunuh satu orang mukmin saja balasannya masuk neraka jahannam selama-lamanya (abadi). (lihat QS An-Nisaa’/4: 93).
Sedangkan pemusyrikan itu menurut Al-Qur’an adalah lebih dahsyat bahayanya dibanding pembunuhan fisik. Karena kalau seseorang itu yang dibunuh badannya, sedang hatinya masih beriman (bertauhid), maka insya Allah masuk surga. Tetapi kalau yang dibunuh itu imannya, dari Tauhid diganti dengan kemusyrikan atau kekafiran, maka masuk kubur sudah kosong iman tauhidnya berganti dengan kemusyrikan/ kekafiran; maka masuk neraka selama lamanya.
Hingga ditegaskan dalam Al-Qur’an:
وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ [البقرة/191]
dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan. (QS Al-Baqarah: 191)
وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ [البقرة/217]
Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. (QS Al-Baqarah: 217).
Arti fitnah dalam ayat ini adalah pemusyrikan, yaitu mengembalikan orang mu’min kepada kemusyrikan. Itu dijelaskan oleh Imam At-Thabari dalam tafsirnya:
عن مجاهد في قول الله:”والفتنة أشدُّ من القتل” قال: ارتداد المؤمن إلى الوَثن أشدُّ عليه من القتل. –تفسير الطبري – (ج 3 / ص 565)
Dari Mujahid mengenai firman Allah وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ia berkata: mengembalikan (memurtadkan) orang mu’min kepada berhala itu lebih besar bahayanya atasnya daripada pembunuhan. (Tafsir At-Thabari juz 3 halaman 565).
Itulah betapa dahsyatnya pemusyrikan yang kini justru digalakkan secara intensip dan sistematis, masih pula ditemani secara mesra oleh mereka yang tidak menyayangi iman Umat Islam. Relakah generasi Muslim yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia bahkan merupakan penduduk yang jumlah Muslimnya terbesar di dunia ini dibunuhi imannya secara sistematis?
Dari kenyataan isi ajaran syiah itu sesat, menodai agama, dan bahkan mengusung kemusyrikan, maka sudah sangat membahayakan bagi aqidah Islam. Apalagi ternyata ancaman dan konflik bahkan bentrokan antara Umat Islam dengan orang syiah telah berkali-kali terjadi dan memakan korban. Bahkan di luar negeri telah terjadi peperangan di berbagai negara dengan korban Umat Islam dibantai syiah di antaranya di Suriah, sudah 200 ribu lebih Umat Islam yang dibunuh oleh rezim Assad yang syiah. Oleh karena itu, sejatinya syiah adalah bahaya total, menyerang fisik dan bahkan memporak porandakan aqidah, dari Tauhid diseret ke syirik. Itulah sebenar-benarnya penghancuran yang sangat mengancam bagi Umat Islam.