Oleh: Ustadz Muhammad Ihsan Tandjung (Pemerhati Fenomena Akhir Zaman)
(Panjimas.com) – Semenjak penguasa global dunia menggulirkan megaproyek War On Terror (WOT/Perang melawan terorisme), tidak sedikit aktivis da’wah Islam yang seperti menjadi salah tingkah dalam menjalankan kegiatan da’wah. Pasalnya, kian tahun kian jelas bahwa istilah War On Terror hanyalah sebuah istilah yang faktanya di lapangan berbicara lain.
Hampir semua kasus yang diberi label “aksi teror” selalu saja menjadikan umat Islam sebagai pihak tertuduh. Bila kegiatan yang serupa dilakukan oleh bukan Muslim, media Barat seperti seragam untuk tidak menyebutnya sebagai tindakan aksi teror.
Bila sebuah aksi jelas-jelas bermuatan teror, namun yang melakukan orang Barat dan bukan muslim, maka pasti ada penjelasannya menurut media Barat. Sebaliknya bila sebuah peristiwa masih bermotif multi interpretasi, maka dia segera dilabel sebagai aksi teror hanya karena pelakunya berasal dari kalangan Muslim.
Semua hal di atas akhirnya mengarah kepada suatu public opinion making (pembentukan opini umum) bahwa aksi teror identik dengan umat Islam dan bahkan ajaran Islam itu sendiri. Namun demikian penguasa global selalu membantah bahwa proyek WOT merupakan kegiatan memerangi umat Islam apalagi agama Islam.
Akhirnya mereka merumuskan menurut kemauan mereka sendiri apa yang merupakan ajaran Islam dan siapa yang merupakan umat Islam. Islam, kata mereka, adalah agama yang mengajarkan cinta damai dan pemeluknya alias umat Islam adalah mereka yang memahami jihad sebagai kegiatan melawan hawa nafsu. Sehingga bilamana ada orang mengaku Muslim namun melakukan tindak kekerasan atas nama jihad, berarti yang mereka lakukan itu bukanlah bagian dari ajaran Islam dan pelakunya bukanlah bagian dari umat Islam.
Karena hal ini berulang terus, maka lambat-laun terbentuklah suatu opini bahwa siapa saja yang mengaku Muslim dan terlibat dalam melakukan jihad dalam bentuk tindak kekerasan (baca: mengangkat senjata), berarti ia adalah teroris dan aksinya disebut terorisme. Malah siapa saja yang mengaku muslim dan setuju –walaupun tidak pernah terlibat dengan jihad dalam bentuk tindak kekerasan berarti ia adalah pendukung teroris dan pendukung aksi terorisme.
Dan sebaliknya, siapa saja yang mengaku Muslim dan tidak pernah terlibat dan tidak setuju dengan jihad dalam bentuk tindak kekerasan berarti ia bukanlah teroris dan bukan pendukung terorisme. Apalagi jika ia mempunyai pandangan bahwa jihad bermakna perjuangan melawan hawa nafsu berarti inilah Muslim yang sejati, Muslim yang moderat menurut kacamata dunia modern dan penguasa global.
Opini seperti di atas begitu kuat disebarkan oleh media barat dan pro-barat sehingga sebagian aktivis da’wah pun turut menyuarakannya laksana beo. Maka muncul-lah di tengah umat Islam para da’i yang menyerukan agar menjadi Muslim sebagaimana dikehendaki oleh penguasa global Barat dewasa ini.
Hendaknya umat Islam menjadi Muslim moderat yang cinta damai yang bila berbicara jihad berarti maknanya ialah melawan hawa nafsu. Jangan pernah anggap jihad mengangkat senjata sebagai bagian dari Islam moderat, bahkan bagian dari Islam sama sekali.
Mereka inilah yang barangkali dimaksudkan oleh Rasulullah sebagai telah mengekor kepada pihak ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) kemanapun mereka pergi bahkan sampai ke lubang biawak sekalipun.
ﺑِﺬِرَاعٍ وَذِرَاﻋًﺎ ٍ ﺑِﺸِﺒْﺮ ﺷِﺒْﺮًا ْ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢ ْ ﻣَﻦ َ ﺳَﻨَﻦ َّ ﻟَﺘَﺘﱠﺒِﻌُﻦ ﺳَﻠَﻜُﻮا ْ ﻟَﻮ ﺣَﺘﱠﻰ اﻟْﻴَﻬُﻮدَ ِ اﻟﻠﱠﻪ َ رَﺳُﻮل ﻳَﺎ ﻗُﻠْﻨَﺎ ﻟَﺴَﻠَﻜْﺘُﻤُﻮهُ ٍّ ﺿَﺐ َ ﺟُﺤْﺮ ﻓَﻤَﻦْ َ ﻗَﺎل وَاﻟﻨﱠﺼَﺎرَى
“Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya. “Para sahabat lantas bertanya, “Apakah yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nashrani, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?”. (HR. Bukhari)
Maka muncul-lah di tengah umat para aktivis da’wah yang menyeru kepada Islam menurut kemauan penguasa global. Mereka menjadi agen-agen pendukung WOT dalam pengertian memerangi Muslim mana saja yang memaknai Islam sebagai suatu ajaran jihad fie sabilillah dalam pengertian perlawanan terhadap Thoghut tiran dan penjajah.
Namun oleh para aktivis da’wah mereka itu dilabel sebagai “kaum radikalis dan teroris”. Para aktivis da’wah ini tidak menyadari bahwa mereka telah masuk ke dalam perangkap agenda penguasa global yang sejatinya memusuhi Islam dan kaum Muslimin.
Para aktivis da’wah ini telah salah menanggapi pernyataan George W Bush yang pernah dilontarkan beberapa tahun yang lalu yang berkata: ”It’s either you are with us (the international community) or with them (the terrorists)…!” (Kalian bersama kami -dunia internasional- atau bersama mereka -kaum teroris-).
Maka dengan naif dan konyolnya para aktivis da’wah tersebut memilih bersama penguasa global. Jangan-jangan mereka telah memposisikan diri menjadi seperti yang Nabi Muhammad SAW sinyalir di hadapan sahabat Hudzaifah, yaitu menjadi: ﺟَﻬَﻨﱠﻢَ ِ أَﺑْﻮَاب إِﻟَﻰ ٌ دُﻋَﺎة
“Dai-dai yang mengajak ke pintu Jahanam”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun alhamdulillah, di dalam tubuh umat Islam masih saja Allah pastikan hadirnya para da’i sejati yang di tengah zaman penuh fitnah ini tetap memelihara identitas dan da’wah Islamiyyah yang otentik sebagaimana dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Mereka adalah para aktivis da’wah yang di satu sisi faham bahwa Islam memang ajaran yang cinta damai. Dan pemahaman mereka tidak ada kaitan dengan opini yang ingin dibangun oleh penguasa global.
Para da’i ini faham bahwa Islam cinta damai karena memang demikianlah Allah ajarkan dan Rasulullah contohkan. Namun pada saat yang sama, para da’i sejati ini juga tetap menjelaskan tanpa keraguan bahwa Islam adalah ajaran yang mengharuskan pemeliharaan izzul Islam wal muslimin (ketinggian ajaran Islam dan kehormatan ummat). Sehingga para da’i murni ini tetap mengajarkan makna sebenarnya dari segenap ajaran Islam, termasuk al-jihad fie sabilillah.
Di satu sisi Nabi menyuruh kita agar senantiasa berharap kepada Allah keselamatan, ketentraman dan kedamaian. Namun pada sisi lain, Rasulullah juga menyuruh kita bersabar ketika musuh sudah berada di hadapan kita. Jangan lari. Sebab surga berada di bawah kilatan pedang.
اﻟﻠﱠﻪَ وَﺳَﻠُﻮا ِّ اﻟْﻌَﺪُو َ ﻟِﻘَﺎء ﺗَﺘَﻤَﻨﱠﻮْا ﻻَ ُ اﻟﻨﱠﺎس أَﻳﱡﻬَﺎ ﻓَﺈِذَا َ اﻟْﻌَﺎﻓِﻴَﺔ ﺗَﺤْﺖَ َ اﻟْﺠَﻨﱠﺔ َّ أَن وَاﻋْﻠَﻤُﻮا ﻓَﺎﺻْﺒِﺮُوا ْ ﻟَﻘِﻴﺘُﻤُﻮﻫُﻢ اﻟﺴﱡﻴُﻮفِ ِ ﻇِﻼَل
“Hai manusia, janganlah berangan-angan ingin segera bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah keselamatan. Namun jika kalian telah berhadapan dengan musuh, maka bersabarlah. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya surga di bawah naungan/kilatan pedang…”. (HR. Bukhari)
Berdasarkan hadits di atas jelas terlihat bagaimana Nabi menganjurkan seorang Muslim untuk mengutamakan keselamatan dan kedamaian. Namun pada hadits di atas pula Nabi peringatkan agar kita jangan lengah dan pasif bila sudah berhadapan dengan musuh. Bahkan di penghujung hadits jelas sekali bahwa Nabi menginginkan agar setiap Muslim senantiasa berada dalam keadaan siaga. Suatu kesiagaan yang boleh jadi hingga membutuhkan pengerahan senjata berperang di jalan Allah demi memelihara izzul Islam wal muslimin.
Berarti jelaslah saudaraku. Pilihan hanya ada dua: menjadi seorang muslim lemah lembut sambil sadar bahwa kapanpun kewajiban jihad telah muncul, maka ia harus bersegera menyambutnya. Atau menjadi seperti para dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Yaitu mereka yang membeo kepada pihak penguasa global Kafir dari kalangan ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani). Mereka ikut menyuarakan apa saja yang disuarakan penguasa global sehingga jika disuruh masuk ke lubang biawak sekalipun, maka para da’i palsu inipun ikut saja. Na’udzubillahi min dzaalika.. [edt; GA]