(Panjimas.com) – Dalam menjalankan aksinya, sebuah kelompok yang menamakan dirinya komunitas sosial “Selamatkan Indonesia” ternyata memanfaatkan momen Car Free Day (CFD) di Jakarta pada Ahad pagi 2 November 2014 lalu untuk melakukan misi Kristenisasi.
Dalam rekaman video yang dipublish ke Youtube dengan berjudul “Kristenisasi Terselubung di Car Free Day Jakarta” pada Senin 3 November 2014 oleh sebuah Acoount Youtube bernama rtkChannel HD itu, terlihat jelas para anggota komunitas tersebut membagi-bagikan kalung dengan simbol “Burung Merpati” dan sebuah biskuit bertuliskan “Sudah Genap”.
Lalu, benarkah simbol burung merpati dan tulisan sudah genap merupakan bagian dari misi Krsitenisasi?? Untuk mengetahui hal itu lebih mendalam, redaksi situs berita online Panjimas.com mencoba menelusuri melalui Google, dan berikut ini hasilnya.
MAKSUD UNGKAPAN “SUDAH GENAP”
Pada waktu pukul 9 dimana matahari mulai naik, la meminta pengampunan bagi manusia (Luk. 23:34). Pada waktu jam 12, di mana matahari bersinar paling terik, Dia mengalami kegelapan yang terbesar dan berteriak: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mrk. 15:34).
Pada waktu pukul 3 sore di mana matahari mulai turun, Dia mengatakan: “Sudah genap!”[1][3] (Yoh. 19:30). Saudaraku, apakah saat ini Anda sedang dalam masalah dan menurut anda itu paling kelaman dan menakutkan. Aku katakan kepadamu pada hari ini, bahwa, jangan takut, itu sudah selesai. Jangan engkau ditipu oleh kelamnya masalahmu, beratnya tekanan dalam hidupmu, Yesus sudah selesaikan.
Umat Tuhan yang terkasih, harus kita mengerti bahwa ketika Yesus meneriakan perkataan “eloi eloi lama sabakhtani“, Yesus hendak menunjukkan kepada dunia bahwa “ketika manusia masuk dalam dimensi dosa, maka sesungguhnya Allah dalam dimensi-Nya yang kudus, merasa jijik, atau enggan memalingkan wajah-Nya yang mulia kepada manusia yang berlumuran dosa dan bahkan enggan bersahabat” alias meninggalkan manusia”. Dalam dimensi itulah, Yesus mati, darah-Nya tercurah agar membasuh manusia sehingga manusia, kudus dan tak bercacat cela. Dengan demikian, Allah akan menjadi sahabat manusia kini dan selamanya.
Kembali pada ungkapan yang keenam “sudah selesai”. Dalam ungkapan ini, juga terkandung makna tujuan kedatangan-Nya ke dunia untuk “misi penyelamatan atau penebusan” dan itu telah selesai. Cawan murka yang seharusnya tertumpah di atas kepala manusia telah ditumpahkan diatas kepala Yesus, yang juga termaktub dalam ungkapan “sudah selesai”, yakni “cawan murka itu telah atau sudah selesai ditumpahkan diatas kepala-Ku” atau “murka yang ke atas kamu dicurahkan telah atau sudah dicurahkan ke atas-Ku”, Aku telah menanggung penderitaanmu.
Albert Barnes dalam Note on the Bible berkata “the meaning sayings Jesus is the work long contemplated, long promised, long expected by prophets and saints, is done … the declaration of the Saviour reach every heart and affect every soul!– Ungkapan Yesus “sudah selesai” mengandung makna sebagai suatu proklamasi keselamatan untuk mengangkat setiap dan dan memberi pengaruh bagi setiap jiwa.
Umat Allah yang terkasih, kemuliaan dan kemenangan Allah di dalam Kristus, bukan dinyatakan sesudah Kristus bangkit, tetapi sudah dinyatakan sebelum Kristus menghembuskan nafas yang terakhir, yakni dalam ungkapan “sudah selesai”. Jikalau Kristus mati di dalam kegagalan dan setelah itu baru ada cerita tentang kebangkitan, maka kita boleh ragu-ragu akan kebangkitan dalam Kristus. Tetapi kebangkitan orang percaya dalam Kristus merupakan satu hal yang pasti terjadi, karena sebelum mati Kristus sudah mengatakan: “Sudah genap!” (Sumber: https://nohboiliu.blogspot.com/search?q=sudah+genap)
MERPATI ADALAH SIMBOL ROH KUDUS
Dengan dalih mengusung perdamaian, ada sebagian masyarakat muslim memakai lambang burung merpati putih sebagai simbol perdamaian. Tidak jarang dalam acara deklarasi perdamaian, burung merpati putih sengaja diterbangkan sebagai bagian dari simbolisasi perdamaian. Padahal simbol merpati putih sangat terkait dengan konsep ajaran agama Kristen.
Dalam tulisannya, Penuntun Simbol-simbol Ibadah Kristen: Sebuah Ensiklopedi Dasar, Markus Hildebrandt menyatakan bahwa simbol Burung merpati dalam tradisi Kristen dipahami sebagai simbol kehadiran Roh Kudus yang mengingatkan kita pada peristiwa baptisan Yesus oleh Yohanis Pembaptis (Mat 3:16 bdk Mrk, Luk dan Yoh)
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya. (Matius 3: 16)
Seekor burung merpati dengan sebuah ranting zaitun juga telah menjadi simbol universal untuk perdamaian dan mengingatkan pada kisah Nuh (Kej 8:11), di mana sehelai daun zaitun menjadi tanda bahwa air bah telah surut dan simbol untuk perjanjian Allah dengan umat manusia dan segala ciptaan-nya.
“Menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi.” (Kejadian 8: 11)
Tidak hanya itu saja, orang Kristen dan Katolik saat menikah di gereja pun menggunakan simbol merpati putih. Hal itu dimaksudkan agar kebersamaan pasangan tersebut dapat terjalin langgeng dan awet selamanya seperti sepasang burung merpati. Mereka juga menggunakan simbol merpati putih karena burung merpati adalah burung yang selalu setia dan tidak pernah ingkar janji terhadap pasangannya.
Lagi-lagi opini ini berkembang ketika Tuhan Yesus diurapi oleh Roh Kudus di sungai Yordan, maka Roh Kudus datang seperti burung merpati. Roh Kudus kemudian mengurapi Yesus, ia datang sebagai burung merpati yang menandakan bahwa dalam diri Yesus tidak ada satupun yang perlu dibakar atau disucikan, sebab Yesus sebagai Anak Allah kudus tanpa cela.
Sifat-sifat merpati yang tulus, penuh kasih, lemah-lembut, tidak membalas, tidak menyakiti, selalu berdamai, inilah yang kemudian dinisbatkan pada Yesus Kristus. Karena itu, Roh Kudus dilambangkan sebagai burung merpati.’
Theolog protestan, Paul Tillich, misalnya yang menjadi peletak dasar kajian Simbol mengatakan bahwa simbol adalah konsep yang tersirat dalam sebuah perspektif keagamaan. Seperti dikutip F.W. Dillistone, dalam bukunya Daya Kekuatan Simbol (Yogyakarta: Kanisius 2002), Tillich mendefinisikan: “Simbol keagamaan dibedakan dari simbol-simbol yang lain oleh kenyataan bahwa simbol keagamaan merupakan representasi dari sesuatu yang sama sekali ada di luar bidang konseptual; simbol keagamaan menunjuk kepada realitas tertinggi yang tersirat dalam tindak keagamaan, kepada apa yang menyangkut diri kita pada akhirnya”.
Dari paparan diatas bisa disimpulkan bahwa simbol burung merpati dan tulisan sudah genap merupakan bagian dari misi Krsitenisasi. Oleh karenanya, kita sebagai umat Islam harus lebih berhati-hati dalam memakai sebuah simbol, terlebih jika simbol atau ungkapan tersebut mengarah kepada misi Kristenisasi. Sebab, simbol dalam padanan iman Kristen, bukan sekedar gambaran dan hiasan, tapi juga sebuah keniscayaan teologis.
Maka dari itu, kita sebagai umat muslim harus senantiasa menghindari sebuah sikap penyepelean terhadap masalah simbol-simbol kaum Kafir yang terkait dengan keimanan. Sebab kita diharamkan untuk mengikuti konsep dan millah mereka dalam mengambil sebuah sudut pandang dari sisi manapun. [GA/dbs]
BERITA TERKAIT: