(Panjimas.com) – “Ya, saya katakan, ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia”_TAN MALAKA.
Inilah paham yang selalu menjadi bahan perbincangan karena kenyelenehannya yang anti Tuhan. Anti Tuhan bisa dalam makna sebenarnya, yang benar-benar menentang keberadaan Tuhan . Bisa juga anti Tuhan dalam ruang kamuflase, berbaju muslim namun hatinya amat benci dengan syari’at Islam.
Pemikiran menjijikkan ini dilahirkan tanggal 21 Februari 1848 oleh Karl Marx, seorang filsuf sekaligus pakar ekonomi dan politik. Paham Komunis memang selalu dikaitkan dengan Atheis. Hal ini didasarkan pada kritik Marx terhadap agama yakni agama adalah candu bagi masyarakat. Dan ini memang menjadi watak para komunis dimanapun dia berada. Mereka tidak pernah mau mengenal wilayah Tuhan dalam kehidupan.
Tidak jauh berbeda dengan Kapitalisme yang sama-sama berangkat dari pemikiran setan, para komunis melandaskan segala tujuan hidup dan cita-citanya berdasar tentang alam materi keduniaan. Paham komunisme mengingkari adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan segala yg gaib. Dikatakannya bahwa materi adalah asas segala-galanya.
Mereka memiliki slogan yaitu percaya kepada “tiga” yaitu Marx, Lenin dan Stalin; dan mengingkari “tiga” Tuhan, Agama dan hak milik pribadi. Ditafsirkannya sejarah umat manusia dengan pertarungan antara kaum borjuis dengan kaum proletar. Pertarungan itu menurut mereka harus berakhir dengan kediktatoran kaum proletar. Komunis memerangi agama dan dianggapnya sebagai candu masyarakat dan babunya kapitalis imperialis dan exploitasi.
Diyakininya bahwasanya tidak ada akhirat, siksa dan tidak ada pula balasan kecuali di dunia ini. Dipercayainya keazalian materi. Namun karena gayanya yang pro rakyat kecil, jelata, kaum tertindas, akhirnya banyak menghipnotis masyarakat bawah yang rindu akan kesejahteraan karena sering ditindas kaum kapitalis.Padahal sejatinya mereka akan digiring ke alam yang sama pula. Alam yang jauh dari iman dan agama.
Sikap anti Tuhan diwujudkannya dalam beberapa penolakan–penolakan terhadap aturan/undang-undang Islam, terkadang juga melalui protes-protes ditutupnya lokalisasi atau tempat maksiat dengan alasan menganggu stabilitas ekonomi mereka. Perjuangan para komunis untuk mendapatkan tempat di masyarakat tidak berhenti hanya sekedar ideologi, para penganut paham komunis selalu menjabarkan prinsipnya dengan praktek nyata.
Vladimir Ilich Ulyanov (Lenin). Dia yang telah memimpin revolusi berdarah Bolsheviks di Rusia tahun 1917 M. Ia seorang yang ditakuti karena berhati kejam, diktator dalam memaksakan pendapatnya dan dendam terhadap umat manusia. Ia lahir pada tahun 1870 M dan mati tahun 1924 M. Dia adalah adalah orang Yahudi yang juga pernah membawa nama Yahudi kemudian digantinya dengan nama Rusia yang dikenal sampai sekarang. Lenin telah berjasa bagi Komunisme khususnya dalam hal penjabaran praktik nyata.
Lenin berkata, “Hancurnya tiga perempat dunia tidak menjadi persoalan sebab yg penting ialah agar sisanya yang seperempat lagi menjadi komunis”. Rumus ini diterapkannya di Rusia pada masa revolusi. Sesudah itu diterapkan pula di China dan di negara-negara lain hingga berjuta-juta manusia dibantai. Intervensinya ke Afghanistan juga dilakukan setelah melakukan intervensi ke negara-negara Islam lainnya seperti Bukhara dan Samarkand. Jelas semuanya terangkum dalam rumusan yang ganas tersebut di atas.
Dihancurkannya masjid-masjid dan disulapnya menjadi tempat-tempat hiburan dan pusat-pusat partai. Dilarangnya orang-orang Islam untuk menonjolkan slogan-slogan agamanya. Menyimpan Al Qur’an dianggapnya sebagai perbuatan kriminal berat dan hukumnya dipenjara 6 tahun. Expansi yang telah mereka lakukan banyak menelan korban umat Islam. Mereka telah menduduki negara-negara Islam membinasakan rakyatnya merampok harta bendanya dan menginjak-injak kehormatan agama dan kesucian umat Islam.
Komunis tidak segan-segan melakukan penipuan pengkhianatan dan pembunuhan untuk melenyapkan lawan-lawannya meskipun dari anggota partainya sendiri bahkan terhadap orang tua dan keluarganya sendiri yang menentang alirannya.
Banyak orang yang mengira komunisme ‘mati’ dengan bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991, yang diawali dengan keputusan Presiden Mikhail Gorbachev. Dan walaupun komunis sosialis hampir punah, partai komunis tetap ada di seluruh dunia dan tetap aktif memperjuangkan hak-hak buruh, pelajar dan anti-imperialisme. Komunisme secara politis dan ekonomi telah dilakukan dalam berbagai komunitas.
Seperti yang digambarkan Anthony Giddens, komunisme dan sosialisme sebenarnya belum mati. Ia akan menjadi hantu yang ingin melenyapkan kapitalisme selamanya. Saat ini di banyak negara, komunisme berubah menjadi bentuk yang baru. Baik itu Kiri Baru ataupun komunisme khas seperti di Kuba dan Vietnam. Di negara-negara lain, komunisme masih ada di dalam masyarakat, namun kebanyakan dari mereka membentuk oposisi terhadap pemerintah yang berkuasa, termasuk di Indonesia.
Kita bisa melihat pemikiran-pemikiran komunisme ini sudah menjangkiti masyarakat. Suara muslim yang menginginkan pemimpin yang menjalankan Kitabullah, sangat sedikit. Mayoritas mereka hanya menginginkan pemimpin yang memperjuangkan bagaimana rakyat kecil bisa sejahtera, bisa melakukan pembangunan besar-besaran, harga sembako murah. Secara pemikiran muslim indonesia ternyata kembali dijajah. Dijajah oleh kaum proletar yang ingin menguasai panggung kekuasaan.
Belajar dari sejarah sebelumnya, kapitalisme dan komunisme tetaplah musuh Islam. Tangan mereka berlumuran darah kaum muslimin. Pembantaian kaum muslimin dan pengekangan terhadap penerapan syar’iat Islam secara kaffah tidak boleh kembali terjadi. PKI tidak boleh kembali hidup.
Kita tidak lagi ingin mendengar, algojo PKI merentangkan tangga melintang sumur, lalu Bupati Magetan dibaringkan di atasnya. Ketika dalam posisi terlentang itu, maka algojo menggergaji badannya sampai putus menjadi dua bagian, dan langsung dijatuhkan ke dalam sumur.
Tidak pula ingin melihat, seperti kisah seorang ibu, Nyonya Sakidi yang mendengar suaminya dibantai PKI di Soco. Dia menyusul kesana, sambil menggendong 2 orang anaknya, umur 1 tahun dan 3 tahun. Dia nekad minta melihat jenazah suaminya. Repot melayaninya, PKI sekalian membantai perempuan malang itu, dimasukkan ke dalam sumur yang sama, sementara kedua anaknya melihat pembunuhan ibunya. Saking traumanya kedua anak tersebut selama berhari-hari hanya makan kembang, akhirnya adik Sakidi menyelamatkan kedua keponakannnya itu dan membawanya pergi keluar dari Magetan (Maksum, Sunyoto, Agus dan Zaenuddin), (Lubang-lubang Pembantaian Petualangan PKI di Madiun, Grafiti, 1990).
Kaum muslimin tidak boleh tertipu tergadai iman, aqidah, dan nyawanya hanya karena iming-iming sembako murah. Kesejahteraan sejati adalah ketika kaum muslimin dibawah naungan Khilafah ‘Ala Minhajil Nubuwwah, bukan dibawah pemuja Komunisme atau Nasionalisme. [Zdn/dbs]