(Panjimas.com) – Saat semua penduduk sudah sembunyi, aku dan anak buahku berhasil menculik Abu Umar, Mr. Iskandar, dr. Susanto, Gunandar, dan Oetoro. Dari Blora, kubawa mereka ke dusun Pohrendeng dengan menggunakan mobil.
Dua dari lima orang yang kutangkap, adalah pejabat daerah. Pertama adalah Mr. Iskandar yang merupakan Presiden Landraad pada Pengadilan Negeri Blora sejak penjajahan Belanda dan Jepang. Saat Indonesia merdeka, ia menjadi bupati Bloraia. Ia harus segera kusembelih agar aku segera bisa menjadi Bupati.
Target kedua yang harus meregang nyawa adalah Oetoro, seorang camat di Margorojo. Ia memang harus mati karena punya pengaruh besar kepada masyarakat untuk menolak komunisme.
Kelima tahanan ini kusekap selama lima hari di Pohrendeng. Lalu, para tahanan kubawa ke sebuah sumur yang terletak di dekat rel kereta api. Dengan tertangkapnya mereka, kekuasaan sudah ada dalam genggamanku.
Setelah sampai di sumur tersebut, aku memerintahkan empat orang sebagai algojo yang sudah kulatih. Mereka adalah Sukiyo, Tarip, Suroto, dan Sambong. Mr. Iskandar dr. Susanto, Gunandar, dan Oetoro kusembeli satu per satu. Setelah kepala lepas dari tubuh, mayatnya kumasukkan ke dalam sumur.
Sumber: Ayat-ayat yang Disembelih
Baca juga:
[PKI I: Jamban adalah Kuburan Kalian!]
[PKI III: Susah Disembelih, Abu Umar Dimasukkan Langsung ke dalam Sumur]
[PKI IV: Jasad-jasad Polisi Dimasukkan ke dalam Jamban]