(Panjimas.com) – Era Mulkan Jabariyan dapat dikatakan sebagai era yang paling kelam dalam sejarah peradaban Islam. Tak heran ketika menyikapi hal ini, pemerhati hadits-hadits tentang akhir zaman, ustadz Ihsan Tanjung juga menyebut era ini sebagai babak di mana kaum Muslimin babak belur. Betapa tidak, dari segala penjuru kaum Muslimin dihajar habis-habisan.
Perbedaan masa ini dengan masa dahulu adalah masa ini perkembangan terjadi diberbagai sektor, terlebih media. Dulu, media penyiaran hanya berupa surat-menyurat, mulut ke mulut atau juga melalui pengumuman yang sifatnya serba terbatas. Tapi hari ini kita dapat merasakan betapa pemanfaatan peran media sungguh dimaksimalkan oleh kaum kuffar untuk memerangi Islam. Merusak Islam dari dalam hati kaum Muslimin ternyata mendapatkan angin segar daripada melakukan serangan secara frontal.
Dunia perfilman, khususnya perfilman barat yang begitu tendensius merupakan salah satu media tepat untuk membuat makar. Silih berganti film tersebut menunjukkan perlawanan terhadap Islam secara halus. Film terbaru yang akhir-akhir ini cukup menyita perhatian adalah Robocop 2014.
Hampir sama dengan film-film superhero lain, United Syaithon of Amerika berlagak seolah-olah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa. Lahir dengan pencitraan bahwa mereka penyelamat pembawa perdamaian. Perdamaian dengan sebuah pengorbanan yang menguras kekayaan umat Islam. Damai versi Amerika adalah menghabisi Islam dari kehidupan. Mulai dari sistem demokrasi, sekuler, liberal dan lain sebagainya hingga berbagai macam aroma penistaan agama dalam bentuk apa pun.
Dalam film Robocop 2014, simbol-simbol Islam begitu kentara. Mulai dari peci, jilbab hingga bahkan ucapan takbir “Allahu Akbar”. Dalam pembukaan film kontroversial Robocop 2014 tersebut, pasukan Amerika dengan leluasanya melakukan Apelecehan terhadap perempuan yang dihias dengan jilbab yang secara jelas mereka melecehkan model jilbab syar’i dengan model kerudung gaul. Ternyata model kerudung gaul adalah hasil budaya barat yang dipelopori oleh Kafir Amerika.
Dalam film tersebut jelas sekali bahwa jilbab menurut mereka adalah sebagaimana yang kita lihat dikenakan oleh para perempuan di Indonesia. Dalam menit-menit awal film tersebut, wanita yang dihias dengan gaya jilbab gaul itu dilakukan tindakan screening untuk melihat apakah ia membawa senjata ataukah tidak. Setelah itu, ada juga beberapa sosok tak dikenal yang akan melakukan tindakan bom bunuh diri.
Begitu santernya musuh-musuh Islam melakukan propaganda. Dalam rangka mengebiri jihad, mereka membuat skenario bom bunuh diri. Saat perencanaan bom bunuh diri tersebut, ada dialog yang cukup menggelitik. Ketua pelaksana bom bunuh diri tersebut mengatakan kepada anggotanya bahwasanya tujuan mereka melakukan bom bunuh diri itu adalah agar direkam oleh kamera dan dipandang sebagai pejuang.
Alangkah malangnya Amerika hingga membuat skenario seburuk itu. Syari’at jihad pun dicitrakan sebagai tindakan yang hanya mencari popularitas belaka. Mirisnya, skenario ini terasa cukup berhasil menggiring opini masyarakat kaum Muslimin yang belum paham hakikat jihad dengan menganggap bom bunuh diri di medan jihad termasuk terorisme. Benar sekali bahwasanya Amerika adalah teroris.
Lebih jauh daripada itu, masih dalam serangkaian pelecehan terhadap Islam, ada sosok pemuda dalam film tersebut yang meneriakkan takbir sambil melakukan penyerangan terhadap para robot buatan Kafir Amerika itu. Begitulah Islam selalu menjadi objek pelecehan yang terselipkan dalam berbagai film-film buatan barat.
Hendaknya kaum Muslimin mulai terbuka untuk lebih peka terhadap makar yang dilakukan oleh musuh Allah. Tulisan ini adalah job review ketiga dari Komunitas Blogger Muslim dan Muslimah. [GA/SuPer]