JAKARTA (Panjimas.com) — Ahmad Yani, Penulis Buku Akhlak Pribadi Muslim, yang juga Sekretaris Bidang Dakwah Dewan Masjid Indonesia (DMI) bercerita tentang pengalamannya berkhutbah di masjid perkantoran.
“Setiap Jumat saya berkhutbah di masjid kampung, komplek perumahan, sekolah, kampus hingga kantor. Jumat kemarin saya berkhutbah di salah satu gedung tinggi di Jl. Sudirman. Di Gedung itu ada masjid di Basment Parkir, tapi saya berkhutbah dan shalat Jumat di lantai 9,” ujarnya kepada Panjimas.
Dimana pun ia berkhutbah ada saja jamaah yang baru datang ketika khutbah sudah mulai, bahkan ada yang datang saat khutbah selesai. Hal itulah yang membuat Ustadz Ahmad Yani prihatin, sehingga ia harus meningatkan jamaah yang telat datang dalam khutbahnya.
“Kemarin saya lebih prihatin lagi, karena ketika khutbah saya mulai, diantara jamaah yang masuk menggunakan kaos dan kemeja lengan panjang, tapi celananya jins yang robek bagian paha dan lutut. Terganggu juga konsentrasi saya karena ada jamaah dewasa masih tidak ngerti aturan aurat yang harus ditutup dalam shalat,” tukasnya.
Setelah turun dari mimbar, iqamat dan jamaah berbaris, Ustaz dari Khairu Ummah itu tidak bisa membiarkan ada jamaah yang demikian. “Sambil minta maaf pada jamaah saya datangi dia yang berdiri di shaf kelima. Saya pegang celananya yang robek, lalu saya tanyakan: “mengapa celana robek ini dipakai untuk shalat, ini tidak boleh, karena aurat harus ditutup.” Semua jamaah mendengar ini.
Jamaah lain ada yang mengatakan: “pakai sarung, ada dua tuh, disediakan.”
Lalu Ustadz Ahmad Yani kembali ke tempat imam untuk memulai shalat, sebelum shalat ia berkata lagi dengan menggunakan mic imam: “Saya ingatkan, miliki rasa malu, celana robek jangan dipakai untuk shalat,” kata pendakwah yang produktif menulis buku ini. (ass)