(Panjimas.com) – Bila disebut kata “dapur”, terbersit di benak kita kata “memasak”. Benar, dapur adalah bagian dari bangunan rumah yang fungsi utamanya sebagai tempat memasak. Setiap hari manusia butuh makan, sementara tidak semua bahan pangan layak dikonsumsi mentahan. Bahkan dalam budaya sekarang, kebanyakan makanan yang kita makan sehari-hari melalui proses pemasakan. Demikian pun minuman, air sumur lebih aman diminum setelah dididihkan.
Memasak bahan pangan bertujuan untuk membunuh kuman penyakit, meningkatkan citarasa, memudahkan proses cerna, meningkatkan nilai gizi, serta memperpanjang masa simpan. Tapi, pemasakan bahan pangan juga bisa berakibat sebaliknya. Proses pemasakan yang sembarangan akan mengakibatkan kerugian. Bisa rasanya tidak enak, cepat basi, kandungan nutrisinya hilang, sulit dicerna, atau bahkan menjadi sumber penyakit. Nah, artinya, urusan dapur bukanlah urusan sepele yang tidak membutuhkan cukup ilmu.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah ditanya, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (Hr. an-Nasa’i dan Ahmad).
Hadits ini sangat luas kandungannya. Salah satunya adalah pesan bahwa menjaga kesehatan keluarga dengan cara membangun budaya dapur yang baik merupakan agenda rumah tangga yang vital. Pangan merupakan salah satu bentuk harta yang dalam hadits tersebut diingatkan agar tidak diselisihi penggunaannya. Pemasakan bahan pangan yang mengakibatkan lebih banyak madharat daripada manfaatnya, khususnya bagi kesehatan keluarga, tentu merupakan kesalahan yang harus diperbaiki. Dari dapur, bisa tumbuh generasi yang kuat ruh dan jasadnya. Tapi sebaliknya, dari dapur pula ada kemungkinan tumbuh generasi rapuh ruh dan jasadnya.
Seorang teman yang guru sekolah dasar pernah bercerita bahwa salah satu muridnya baru saja menjalani operasi sambung usus. Dan ternyata yang menjadi sebab kerusakan ususnya adalah seringnya ia makan mi instan. Ini salah satu bukti bahwa urusan makanan tidak bisa disepelekan. Ia sangat mempengaruhi baik buruknya kesehatan. Dan artinya, urusan dapur benar-benar vital karena memiliki pengaruh besar terhadap masa depan umat.
“Wahai orang-orang yang bariman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (al-Hasyr: 18).
Allah subhanahu wa ta’ala Mahateliti. Dia menilai sekecil apa pun aktivitas dapur kita, bahan pangan apa yang kita pilih, bagaimana memasaknya, dan masakan apa yang kita hidangkan untuk keluarga? Dia juga mengingatkan kita agar memperhitungkan semua aktivitas itu dengan kemaslahatan masa depan. Sungguh sayang bila masakan kita hanya mementingkan kelezatan tapi mengancam kualitas generasi mendatang!
Wallahu a’lam. [IB]