(Panjimas.com) – “Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sungguh azabKu sangat pedih.'” (Ibrahim: 7).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala di atas bila ditadaburi melalui tinjauan kesehatan, akan menyuguhkan resep sehat yang tak boleh dianggap ringan. Semua bentuk syukur yang dilakukan seseorang, apabila caranya benar, pasti berfaedah bagi kesehatan jiwa dan raganya.
Syukur dimaknai oleh ulama sebagai berterima kasih atas nikmat-nikmat Allah subhanahu wa ta’ala. Kata ‘syukur’ dan yang seakar dengannya disebutkan dalam jumlah yang sama dengan kata ‘bala” (balak/bencana) di dalam al-Qur’an. Sebagian mufasir memaknai kesamaan jumlah ini sebagai petunjuk bahwa adanya balak adalah akibat kurangnya syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka bisa dikatakan bahwa syukur adalah tolak balak.
Syukur bisa dilakukan oleh hati, lisan, dan tindakan. Imam Raghib al-Isfahani rahimahullah membagi syukur menjadi tiga: syukr al-qalb (syukur hati), syukr al-lisan (syukur lisan), syukr sairi al-jawarih (syukur semua anggota badan).
Syukur hati adalah rasa mengakui, menyadari, dan ingat akan kenikmatan yang Allah ta’ala karuniakan. Syukur lisan adalah memuji Dzat Yang Maha Pemberi nikmat dengan cara melafalkan bacaan hamdallah. Dan syukur anggota badan yaitu menggunakan nikmatNya yang berupa segala kemampuan yang ia miliki untuk berbuat yang diridhaiNya.
al-Maraghi rahimahullah mengatakan bahwa syukur hati melahirkan ketulusan dan cinta kita kepada Allah ta’ala (annashu wal mahabbah). Sikap hati yang penuh kesyukuran secara psikologis membuat kondisi badan lebih prima.
Syukur lidah dengan wujud membaca hamdallah dengan penghayatan yang khusyuk akan membuat hati menjadi tenang, sehingga meningkatkan kualitas kesehatan. Bacaan-bacaan zikir yang lain pun menjadi penenteram jiwa.
“… Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (ar-Ra’d: 28).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, apabila kalian mengucapkan alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, maka kalian telah bersyukur kepada Allah, dan Dia akan menambah nikmatNya.” (Hr. Hakim).
Dan salah satu nikmat terbesar dalam hidup manusia adalah kesehatan.
Syukur anggota badan diwujudkan dengan menunaikan ibadah mahdhah maupun amal ibadah umum. Melakukannya dengan niat ikhlas dan tata cara yang dituntunkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Ibnu al-Mundzir rahimahullah mengatakan bahwa shalat adalah syukur, puasa juga syukur, dan seluruh kebajikan yang dilakukan karena Allah ta’ala adalah syukur.
Berbagai bentuk peribadahan Islam, seperti shalat (beserta ritual thaharahnya), puasa, haji, dan sebagainya, secara biologis maupun psikologis memberi pengaruh baik bagi kesehatan. Makan yang halal dan tayib; dengan porsi, waktu, dan posisi tubuh yang sesuai sunah pun berpengaruh positif bagi kesehatan. Demikian pula olahraga, kegiatan yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Semua kegiatan positif itu merupakan wujud syukur anggota badan. Jadi bisa dikatakan bahwa syukur adalah pangkal sehat. Wallahu a’lam. [IB]