(Panjimas.com) – Beberapa waktu terakhir, pembicaraan soal LGBT menghangat lagi. Tulisan ini pun akan turut andil dalam pembicaraan ini dengan meninjaunya dari aspek kesehatan. Akan disampaikan secara singkat di sini tentang bahaya kesehatan homoseksual.
Hubungan sesama jenis atau disebut homoseksual adalah rasa ketertarikan secara emosional, seksual, personal, atau gabungan dari ketiganya. Bila pelakunya laki-laki disebut gay, dan bila perempuan disebut lesbian.
Menurut informasi yang penulis terima, sampai saat ini belum ada kesepakatan pasti tentang faktor penyebab munculnya orientasi seksual sesama jenis pada manusia. Namun begitu, para peneliti memercayai bahwa orientasi seksual manusia ditentukan oleh kombinasi dari sejumlah faktor, yang di antaranya adalah: lingkungan, budaya, emosional, hormonal, dan biologis. Perilaku homoseksual antara pelaku satu dengan yang lain sangat mungkin dilatarbelakangi oleh faktor penyebab yang berbeda-beda. Tapi, faktor sosial: pengaruh lingkungan dan budaya, ditengarai menjadi faktor terbesar yang membentuk perilaku homoseksual dewasa ini.
Bila kita tengok sejarah, perbuatan homoseksual yang pertama kali di dunia dilakukan oleh penduduk Sodom, sebuah kota yang terletak di wilayah (sekarang) Yordania. Catatan sejarah ini sangat valid karena bersumber dari wahyu Allah subhanahu wa ta’ala (Lihat: Qs. Hud: 76-83).
Dalam al-Qur’an, perbuatan homoseksual digolongkan sebagai perbuatan keji, sangat tercela. Ia membawa akibat buruk bagi banyak hal, salah satunya kesehatan. Maka wajar bila penduduk Sodom waktu itu dibinasakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan penjungkirbalikan wilayah yang mereka huni.
Sejumlah penyakit berbahaya yang rentan menjangkiti pelaku perbuatan menyimpang ini salah satunya adalah HIV/AIDS. Penularan HIV adalah risiko pertama hubungan seks sesama jenis. Di Indonesia, separoh pengidap HIV adalah pelaku homoseksual.
Penyakit kedua adalah sipilis. Hasil survei menunjukkan bahwa pada 2013, 11,3% penderita penyakit kelamin ini adalah pelaku homoseksual. Mereka rentan terkena lantaran aktivitas anal seks. Anal seks sering memicu luka karena dubur tak menghasilkan pelumas. Luka tersebut menjadi pintu masuk bakteri, khususnya terponema pallidum yang adalah penyebab penyakit sifilis.
Penyakit kelamin lainnya adalah gonore alias kencing nanah. Penyakit ini bila berlarut dapat memicu infeksi testis dan menyebabkan masalah kesuburan.
Ada juga penyakit non kelamin yang rentan menyebar di kalangan pelaku homoseksual, yakni Hepatitis B. Sebabnya adalah, virus mematikan ini bisa menular melalui cairan seksual.
Dari sisi kesehatan saja –belum ditinjau dari sisi lainnya, bahaya homoseksual sudah begitu besar. Oleh karenanya, orang yang memiliki orientasi seksual menyimpang ini hendaknya segera berkonsultasi ke dokter, psikiater, dan/atau psikolog, guna mendapatkan petunjuk dan solusi musibah besar tersebut sedini mungkin. Dan yang pasti, langkah spiritual harus dijadikan hal pertama dan utama yang harus ditempuh. Dalam Islam, perbuatan itu sudah jelas diharamkan. Apabila pelaku sudah meyakini demikian, tentu dorongan batin untuk bertobat dan kembali normal akan kuat. Dan tentu saja, peran kita semua, kaum Muslim, harus ada. Paling tidak mendoakan, atau kalau bisa menasihati dengan lembut dan memberi pendampingan berkelanjutan. Bukan mencaci, menghina, yang akan membuat mereka semakin menjauh dari kebenaran dan terjerumus ke dalam kesesatan. Na’uzubillah.
Wallahu a’lam. [IB]