(Panjimas.com) – Masalah kesehatan, Islam adalah agama yang sangat memerhatikannya. Dalam Islam, kesehatan mencakup sehat jiwa dan raga. Kesehatan adalah karunia besar Allah ta’ala kepada hamba-hambaNya. Tak hanya yang beriman, orang kafir pun diberiNya kesehatan.
Karena kesehatan adalah karunia besar Allah ta’ala, kaum Mukmin wajib mensyukurinya. Wujud syukur yang paling utama adalah menjaga karunia tersebut dengan maksud agar dapat mengisi umur secara optimal untuk beraktivitas yang positif, yang mana aktivitas positif merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala.
Dalam menjaga dan merawat kesehatan, suri teladan terbaik, Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, telah memraktikkan. Sebagai umat beliau, sudah seharusnya kita mengikuti apa yang dicontohkan.
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan yang banyak mengingat Allah.” (al-Ahzab: 21).
Cara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menjaga dan merawat kesehatan tidak rumit, tidak muluk-muluk, tidak berbiaya mahal. Tidak perlu mengonsumsi obat atau jamu tertentu. Cukup dengan menerapkan gaya hidup sehat secara istiqamah, berkelanjutan, penuh kedisiplinan.
Sederhana memang. Pasti, karakter ajaran Islam memang memudahkan, tidak menyulitkan.
“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidak ada seorang pun yang hendak memersulit agama (Islam), kecuali ia akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah, berbahagialah, dan manfaatkanlah waktu pagi, sore, dan ketika sebagian malam tiba.” (Hr. Bukhari).
Gaya hidup sehat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sangat identik dengan kesederhanaan. Tak hanya makanan, perabot rumah tangga juga berpengaruh pada kesehatan. Dan perabot rumah tangga beliau sederhana.
Kata Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Sesungguhnya alas tidur Rasulullah adalah kulit binatang yang diisi sabut kurma.” (Hr. Tirmizi).
Riwayat lain menyebut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam tidur dengan alas yang terbuat dari pelepah kurma, yang teksturnya membekas pada kulit beliau yang mulia.
Di zaman itu, alas-alas tidur macam demikian termasuk barang sederhana, bukan barang mewah. Itulah gaya hidup Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Beliau yang seorang kepala negara sangat menikmati gaya hidup itu, sangat mensyukuri kesederhanaan itu. Secara psikologis, rasa qana’ah akan membuat hati tenteram. Hati yang tenteram berdampak baik bagi kesehatan jiwa dan badan.
Secara fisik, material perabot rumah tangga yang dipakai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam juga baik bagi kesehatan. Semuanya bahan alami, bukan produk industri. Bahan alami umumnya lebih baik bagi kesehatan, sedang produk industri bersifat kebalikan: berefek buruk bagi kesehatan.
Karpet misalnya. Pelapis lantai yang kini banyak digunakan di rumah, hotel, kantor, juga masjid itu, saat masih baru memancarkan 40 macam zat kimia (VOC) yang berdampak negatif bagi kesehatan. Namun kadarnya akan terus berkurang seiring berjalannya waktu. Ventilasi yang memadai membantu memercepat hilangnya zat yang merusak itu.
Berbeda dengan pelapis lantai dari anyaman bambu, juga tikar pandan dan mendong. Meski sederhana, tidak terkesan mewah, namun secara ilmiah terbukti jauh lebih aman bagi kesehatan.
Di atas hanyalah salah satu contoh saja. Masih banyak perabot-perabot rumah tangga modern yang identik dengan kemewahan, ternyata kurang baik bagi kesehatan. Kenyataan demikian tak seyogianya dianggap angin lalu oleh kaum Muslim.
Sejak dulu kita selalu ribut perkara sunah bid’ah dalam ritus ibadah, sementara produk-produk modern yang berefek buruk bagi kesehatan mengepung di sekeliling. Dan kita menganggap yang menjadi ancaman adalah saudara sesama Muslim yang berseberangan pendapat tentang sunah dan bid’ah itu, sementara kita merasa aman-aman saja dari produk-produk baru –secara bahasa disebut bid’ah– yang jelas-jelas mengancam kesehatan, mengancam masa depan. Wallahu a’lam. [IB]