(Panjimas.com) – Seperti disampaikan pada edisi lalu, kali ini kita akan bertafakur perihal kebersihan makanan-minuman. Kebersihan makanan-minuman sangat perlu kita fahami dengan benar karena berpengaruh besar bagi kesehatan. Ia tak cukup ditinjau hanya dari satu sisi. Sebagaimana telah disinggung di edisi lalu, kebersihan makanan-minuman tak hanya berarti terbebasnya ia dari debu dan semacamnya yang tak disengaja mengenai atau tercampur dengannya. Pun tidak hanya terbebasnya ia dari bakteri merugikan yang menyebabkan penyakit. Termasuk pula kebersihan makanan-minuman adalah terbebasnya ia dari zat-zat yang bersifat destruktif terhadap tubuh, yang sengaja dibubuhkan padanya. Pewarna, perisa, dan pengawet sintetis adalah beberapa contohnya.
Artinya, bicara kebersihan makanan-minuman tidak saja membahas soal bagaimana mewadahi, menghidangkan, dan memegangnya saat makan dan minum. Guna memeroleh makanan-minuman yang bersih luar dalam, bahan mentahnya harus bersih, pengolahan/pemasakannya harus bersih, pengemasan dan pewadahannya harus bersih, cara mengasupnya juga harus bersih.
Bahan
Bersih dan kotornya makanan-minuman sudah terbentuk sejak di lahan pertanian (bila hasil bumi), di lahan peternakan (bila hasil ternak), dan di alam bebas (bila hasil buruan). Hasil bumi yang bersih tercipta melalui proses alami/organik, tanpa peberian pupuk dan pestisida kimia. Hasil ternak yang bersih terlahir dari metode pemeliharaan alami, dengan asupan makanan-minuman alami tanpa obat-obatan sintetis. Hasil buruan (misalnya ikan) yang bersih diperoleh dengan cara penangkapan yang baik, bukan dengan racun sintetis.
Pengolahan
Agar menjadi makanan-minuman yang bersih, bahan makanan-minuman yang bersih di atas diolah tanpa penambahan zat-zat sintetis, seperti pewarna, perisa, penguat rasa, pengawet, dll.
Kemasan dan Wadah
Kemasan dan wadah pada dasarnya sama. Kemasan lebih diartikan tempat saat pendistribusian dan penyimpanan, sedang wadah adalah tempat untuk menyajikan/menghidangkan. Seperti dicontohkan di edisi silam, makanan yang dikemas dan disajikan dengan styrofoam menjadi tidak bersih, karena material itu tersusun oleh zat karsinogen (penyebab kanker) yang dapat menempel pada makanan-minuman dan ikut masuk ke tubuh.
Pengasupan
Makanan-minuman yang bersih semestinya dimakan dan diminum dengan cara yang bersih. Bila harus dipegang, sebaiknya tangan dalam kondisi bersih. Lokasi makan-minumnya pun sebaiknya bersih dan tidak berpolusi tinggi. Maka itu, menjaga kebersihan lingkungan, baik perairan, daratan, maupun udara, tak bisa dialpakan dari penciptaan makanan-minuman yang bersih.
Itulah faktor-faktor kebersihan makanan-minuman yang sebaiknya kita fahami dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya sederhana, tapi dalam iklim budaya makan-minum masyarakat kita saat ini, mewujudkan itu secara sempurna tidaklah mudah. Butuh waktu dan kerja keras untuk mencapainya. Dan yang pasti, kaum Muslim harus jadi yang terdepan dalam perjuangan ini. Karena di samping halal, Allah ta’ala memerintah kita mengonsumsi makanan-minuman yang tayib.
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah: 168).
Dalam mewujudkan makanan-minuman yang bersih, Muslim harus menjadi teladan bagi masyarakat luas. Sadar untuk memulai sendiri, bukan menunggu orang lain yang memulai. Begitulah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menyeru dengan bahasa motivatifnya.
“Barangsiapa mengajak kepada kebenaran, ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa menguranginya sedikit pun ….” (Hr. Muslim).
Kelahiran pertanian-pertanian organik di negeri ini harus kita beri dukungan. Kreativitas para mengusaha kuliner yang menghidupkan kembali kearifan leluhur dalam penggunaan kemasan alami harus kita beri dukungan. Riset dan pengembangan kemasan-kemasan alami juga harus kita beri dukungan. Wallahu a’lam. [IB]