(Panjimas.com) – Pada edisi lalu telah kita renungi bersama bahwa nikmat sehat harus disyukuri dengan cara menggunakannya untuk beramal shalih. Salah satu wujudnya adalah menjaga kesehatan itu sendiri. Di sini diperjelas: yang perlu dijaga tak hanya kesehatan diri sendiri, tetapi juga kesehatan umat!
Dunia ibarat ruang kelas. Di dalamnya, manusia harus mengerjakan soal-soal ujian di samping belajar tentang berbagai aspek kehidupan. Ujian bagi manusia ada dua macam, menyenangkan dan menyusahkan. Nikmat adalah soal ujian, musibah pun demikian. Sehat itu ujian, sakit pun demikian.
Nabi Ayub alaihissalam seorang yang sangat shalih juga diuji dengan sakit menahun. Ia mengerjakan soal itu dengan baik, menjawabnya dengan: ikhtiar, tawakal, sabar. Akhirnya Allah mengarunianya kesembuhan.
Kita, walau ikhtiar menjaga kesehatan telah ditunaikan, tetap saja peluang mengalami sakit itu ada. Walau diri sendiri sudah sehat, tapi keluarga, tetangga, sanak saudara, ada yang sakit juga. Tak mengapa, ini wajar karena sakit adalah soal ujian yang mesti kita kerjakan. Yang pasti, tiada amal yang sia-sia bila dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Islam, serta berlandaskan iman. Tiada ikhtiar menjaga kesehatan yang sia-sia bila dilakukan dengan ikhlas, sesuai tuntunan Islam, serta berlandaskan iman. Apa pun hasilnya, Insya Allah ikhtiar itu sudah mendapat balasan pahala dari Allah ta’ala. Dan penyakit yang ternyata mampu menembus benteng ikhtiar tersebut adalah peluang baru memeroleh tambahan pahala. Soal ujian berupa sakit, bila kita kerjakan dengan baik akan menjadi penggugur dosa dan peningkat derajat. Sakit juga merupakan ruang evaluasi atas gerak langkah kita selama ini. Bisikan-bisikan kesombongan akan sirna saat sakit menimpa. Kita akan berendah hati di hadapan sesama dan di hadapan Allah ta’ala. Sakit akan membentuk kita menjadi pribadi yang arif dan bijaksana.
Jawaban atas soal ujian sakit adalah ikhtiar menggapai kesembuhan. Tugas kita kala mendapati kenyataan bahwa umat banyak yang sakit adalah berikhtiar mencari sebab dan penyelesaian.
“Berobatlah wahai hamba Allah, karena Allah tidak menimpakan suatu penyakit kecuali Dia pula menyediakan obat baginya. Kecuali satu peyakit, yaitu kematian.” (Hr. Bukhari).
Allah Maha Agung dan Bijaksana. DihamparkanNya di alam semesta obat untuk setiap penyakit yang ada. Tugas kitalah mengeksplorasinya. Salah satu ikhtiar mengatasi masalah kesehatan umat adalah menggali manfaat keaneragaman hayati yang hidup di bumi. Di negeri ini, banyak sekali tumbuhan liar yang ternyata memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan. Banyak juga tanaman hias yang ternyata berkhasiat sebagai obat. Hanya saja, banyak dari kita belum mengetahuinya.
Eksplorasi obat alami (herbal) adalah amal shalih yang sangat besar manfaatnya. Ia akan menjadi amal sangat mulia bila dilakukan sebagai panggilan iman, termotivasi oleh semangat menebar manfaat, bukan demi keuntungan materi.
Dunia butuh sosok mukhlisin yang membaktikan diri untuk menggali obat-obatan alami yang terhampar di muka bumi.
Saat ini, obat-obatan herbal sudah banyak yang menjual. Tapi sayang, banderol yang dipasang belum bisa dijangkau semua kalangan. Bila memang para herbalis benar-benar sedang berikhtiar menyehatkan umat, tentunya kepentingan bisnis harus dinomorduakan. Menomorsatu atau menomorduakan kepentingan bisnis di ranah kasehatan pun merupakan soal ujian. Dan Allah Maha Adil dalam menilai setiap jawaban! Wallahu a’lam. [IB]