(Panjimas.com) – Di Indonesia, banyak orang menanam Lidah Buaya. Tanaman berdaun tebal berduri tersebut lazim menghiasi taman dan teras rumah. Selain berfungsi sebagai hiasan, tanaman ini juga berkhasiat untuk mengatasi gangguan kesehatan, menjaga kesehatan, dan memelihara kecantikan.
Tanaman bernama Latin Aloevera ini sebenarnya sudah dikenal sejak zaman kuno. Terdapat keterangan bahwa ia berasal dari Pulau Socotra, Yunani, dan di sana sudah dikenal sejak abad ke-4 SM. Peradaban Mesir Kuno mengenal khasiat Lidah Buaya sejak 1.500 SM. Konon di zaman Cleopatra, ia dijadikan bahan baku kosmetik. Tanaman ini sampai ke wilayah Indonesia ditengarai dibawa oleh Bangsa China pada abad ke-17 M.
Istimewanya, tanaman tak berbatang yang cocok dengan iklim sedang dan panas ini, sejak lama pula telah dikenal di Jazirah Arab. Di masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, ia sudah dikenal khasiatnya dan diambil manfaatnya. Bangsa Arab menyebutnya Shabir atau Uluwwah. Rupanya penyebutan Uluwwah didasarkan pada wujud fisiknya, yang artinya zat pahit yang mengkilap. Dari kata ini pula Bangsa Barat menamakannya Aloevera.
Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam juga mengenal Lidah Buaya. Tak hanya mengetahui khasiatnya, beliau pun merekomendasikan para shahabat untuk menggunakannya. Artinya, Lidah Buaya juga digunakan dalam Tibbun Nabawi (pengobatan cara Nabi).
“Dua obat yang pahit ini sangat baik, yaitu Shabir (Lidah Buaya) dan Seledri Air.” (Hr. Abu Dawud),
“Shabir mencerahkan (memutihkan) wajah. Jangan menggunakannya (pada wajah) selama siang hari. Jangan gunakan Shabir kecuali di malam hari.” (Hr. Abu Dawud).
Bahkan beliau mengabarkan bahwa Lidah Buaya juga menjadi komponen kenikmatan surga.
“Di dalam pemanas mereka (yang tinggal di surga), Shabir akan dibakar, sehingga akan tercium aroma yang harum.” (Hr. Bukhari).
Bagian yang dapat diambil manfaatnya untuk kesehatan dan kecantikan dari tanaman Lidah Buaya adalah bunga, daun, dan akarnya. Artinya, semua bagian tanaman ini memiliki khasiat obat. Ia dapat diterapkan sebagai obat luar dan dalam. Kandungan kimia tanaman ini adalah: aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe emodin, aloenin, dan aloesin. Sedangkan sifat kimiawinya adalah: pahit, dingin, anti radang, pencahar, parasitiside; masuk ke meridian jantung, hati, dan pankreas.
Dengan kandungan dan kemampuan tersebut, cukup banyak gangguan kesehatan yang dapat dibantu penyelesaiannya dengan Lidah Buaya. Penelitian pada 1930 menemukan manfaat daging (bagian dalam daun) Lidah Buaya untuk obat luka bakar, koreng, dan borok. Selain itu, ia juga terkenal sebagai obat penyubur rambut. Berikut ini kami sajikan beberapa contoh cara pemakaian Lidah Buaya sebagai obat luar dan dalam.
1. Penyubur Rambut
Gosokkan pada kulit kepala saat mandi sore, tutup dengan kain, lalu cuci (keramas) pada paginya.
2. Luka Bakar
Ambil dagingnya, lalu tempel pada luka bakar.
3. Bisul
Haluskan seluruh bagian daunnya (kulit dan dagingnya), tambahkan sedikit garam, lalu tempelkan pada bisul.
4. Kencing Manis
Sebatang daun Lidah Buaya ukuran sedang dipotong-potong, rebus dengan tiga gelas air sampai tinggal setengahnya, lalu minum tiga kali sehari setelah makan (setengah gelas sekali minum).
5. Wasir/Ambaien
Setengah batang daun ukuran sedang diparut, ditambah setengah cangkir air matang dan dua sendok makan madu murni. Aduk rata lalu saring. Minum 3 kali sehari.
Masih banyak lagi manfaat lain dari Lidah Buaya untuk kesehatan dan kecantikan. Maka itu, betapa baiknya bila setiap kita menanam tanaman hias ini di sekitar hunian masing-masing. Selain sebagai hiasan dan penghasil oksigen, ia menjadi persediaan bila suatu saat diri, keluarga, atau tetangga kita membutuhkan. Wallahu a’lam. [IB]