(Panjimas.com) – Perang Uhud adalah peristiwa yang sangat memilukan dalam sejarah Peradaban Islam. Perang besar yang pecah pada 7 Syawal 3 H itu memakan banyak korban dari pihak Muslim. Tercatat 75 pasukan gugur di medan tempur. Ketika itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pun tak luput dari cedera. Topi baja beliau pecah, wajahnya terluka, dan ada giginya yang pecah. Putri tercinta beliau, Fathimah radhiyallahu ‘anha, dengan sigap melakukan tindakan. Dibantu Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, suaminya, disapunya darah yang keluar. Melihatnya terus mengucur, dengan cepat ia pergi mengambil sesobek tikar lalu dibakar. Lalu, abu tikar itu ditaburkan pada luka ayahnya. Dan mampatlah darah itu.
Dari Abu Hazm radhiyallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Sahl bin Sa’d as-Sa’di radhiyallahu ‘anhu ditanya tentang obat yang digunakan untuk mengobati luka Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam sewaktu Perang Uhud. Ia berkisah, “Wajah beliau terluka, gigi serinya pecah dan topi bajanya pun pecah. Fathimah az-Zahra membersihkan darahnya, dan Ali bin Abi Thalib menuangkan padanya air dengan perisai. Ketika Fathimah melihat bahwa air tidak menahan darah kecuali semakin banyak, ia mengambil sepotong tikar, lalu membakarnya hingga menjadi abu, lalu melekatkannya pada luka itu, maka berhentilah darah yang mengalir.” (Hr. Bukhari dan Muslim).
Menurut sebuah keterangan, tikar tersebut terbuat dari tumbuhan papirus. Papirus (Cyperus papyrus) adalah sejenis tanaman air yang lazim dibuat kertas tulis dalam peradaban kuno. Ia banyak dijumpai di tepi dan lembah Sungai Nil, Mesir kala itu. Sekitar tahun 3500 SM, bangsa Mesir Kuno sudah mengolahnya menjadi lembaran-lembaran serupa kertas. Di Jazirah Arab, tanaman ini lazim dibuat kertas untuk menulis al-Qur’an, dibuat tikar, serta untuk pengobatan.
Sebagai obat luka, masyarakat tradisional menggunakan papirus dengan cara dibakar lalu abunya ditaburkan pada luka. Darah yang mengalir akan mampat olehnya. Tanaman ini mengandung banyak garam mineral yang akan mengabu bila dibakar. Partikel abu ini dapat mencapai ukuran tepung perekat yang mampu menahan pendarahan berkelanjutan. Papirus yang dibakar akan menghasilkan abu yang steril yang selain berkhasiat menghentikan pendarahan, juga membantu membersihkan luka dan membentuk pembalut yang mencegah masuknya mikroba yang berdampak negatif bagi luka.
Selain sebagai obat luka, abu papirus juga berkhasiat memampatkan darah mimisan. Caranya dengan meniupkannya ke hidung yang mimisan bersama atau tanpa cuka. Menurut Ibnu Sina, papirus bersifat dingin-kering. Selain sebagai obat luka, abunya juga bisa digunakan untuk mengobati kanker mulut dan mencegah perambatan kanker ganas.
Di Indonesia, tumbuhan papirus lazim dijadikan tanaman hias yang biasanya ditempatkan di kolam taman. Bila ingin mencoba mengoleksi tanaman ini untuk persediaan obat alami, coba saja mencari bibitnya di kios tanaman hias terdekat. Wallahu a’lam. [IB]