(PANJIMAS.COM) — Bidara (Ziziphus mauritiana), atau Bahasa Arabnya “sidr” adalah sejenis pohon buah yang dibicarakan dalam al-Qur’an dan hadits. Dalam tradisi pengobatan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam (Tibbun Nabawi), ia salah satu yang biasa digunakan. Tulisan ini akan memerkenalkan profil singkat pohon daerah panas tersebut.
Ayat-ayat al-Qur’an yang menyebut bidara di antaranya surat Saba’:16 dan al-Waqiah: 28. Sedangkan dalam hadits, di antaranya:
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Asma’ radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tentang cara mandi usai haid. Beliau menjelaskan, “Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrah (daun bidara), kemudian bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian menuangkan air ke kepalanya lalu menggosok-gosoknya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci dengannya.” (Hr. Muslim).
Tanaman bidara diperkirakan berasal dari kawasan Asia Tengah. Ia berkembang biak secara alami maupun dengan campur tangan manusia hingga kemudian bisa ditemukan di berbagai penjuru dunia, termasuk Malaysia, Indonesia, bahkan Australia. Sejumlah negara tercatat sebagai pembudidaya pohon ini dalam skala besar. Di antaranya adalah India dan China. Di Indonesia pun kini sudah ada yang membudidayakannya, namun masih sangat sedikit. Menurut praktisi, pembenihan bidara tidaklah mudah. Kegagalan sering terjadi pada tahap menjadi lembaga.
Bentuk fisik tanaman bidara adalah berupa pohon berakar tunggang yang dapat tumbuh hingga setinggi 15 m. Kulit kayunya berwarna cokelat kemerahan atau keabuan. Dan kayunya kemerahan, kuning kecokelatan, sampai cokelat gelap. Tekstur kayunya halus, bersifat keras dan tahan lama. Karena itu, di sejumlah daerah kayu bidara dijadikan bahan kerajinan, perabot rumah tangga, konstruksi bangunan, mebel, peti pengemas, dan kayu lapis.
Orang Bali biasa menjadikannya gagang kapak, pisau, pahat, dan perkakas pertukangan dan pertanian lainnya. Selain itu, ia termasuk berkualitas tinggi bila dijadikan kayu bakar dan arang. Di India, pohon bidara dijadikan media budidaya kutu lak (sejenis serangga). Ranting-ranting yang sudah terbungkus kotoran kutu lak dipanen untuk diolah menjadi sirlak. Sirlak adalah salah satu komponen peracikan politur (pewarna kayu dalam kerajinan mebel).
Daun bidara berwarna hijau, termasuk daun tunggal dan terletak berseling. Bentuknya bundar telur menjorong atau jorong lonjong, 2–9 cm x 1.5–5 cm; bertepi rata atau sedikit menginggit; gundul dan mengkilap di sisi atas, dan rapat berambut kempa keputihan di sisi bawahnya; dengan tiga tulang daun utama yang tampak jelas membujur sejajar; bertangkai pendek 8–15 mm (Lihat: Wikipedia). Daun ini bisa diambil manfaatnya oleh manusia. Yang muda bisa disayur dan yang tua untuk pakan ternak. Air rebusannya bermanfaat sebagai jamu. Uniknya, jika diremas-remas di dalam air, daun bidara menghasilkan busa seperti sabun. Dan biasanya dipakai untuk memandikan orang yang sakit demam (sebagai terapi) dan untuk memandikan jenazah. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Mandikanlah ia (jenazah, pen.) tiga kali, lima kali, atau lebih, dengan air dan daun bidara, dan pada yang terakhir campurlah dengan kapur barus. Maka apabila selesai, beritahukanlah kepadaku.” (Hr. Bukhari dan Muslim).
Bunga bidara berbentuk payung dan tumbuh di ketiak daun, dengan panjang 1–2 cm. Warnanya kekuningan dan berbau agak harum. Sedang buahnya berbentuk bulat hingga bulat telur, dengan ukuran hingga 6 cm × 4 cm. Kulit buahnya bermula hijau, kekuningan, lalu kemerahan, lalu kehitaman kala sudah masak. Daging buahnya putih, rasanya manis kala sudah masak.
Di dalam buah bidara terdapat biji berwarna krem beralur-alur tak teratur. Sebenarnya itu adalah tempurungnya. Inti bijinya terdapat di dalamnya, dan biasanya berjumlah dua (ada juga yang hanya satu). Untuk pengembangbiakkan, agar cepat tumbuh, biji yang akan disemai sebaiknya dipecah dulu agar inti bijinya tampak.
Kandungan nutrisi buah ini cukup banyak. Di antaranya, Gula, Serat, Protein, Vit. B1, A, dan C, Lemak, Karoten, Kalsium, Besi, juga Fosfor. Cara mengonsumsinya bermacam-macam. Bisa dimakan langsung, dijadikan minuman segar, dikeringkan, atau dijadikan manisan. Bila masih muda bisa dimakan dengan garam atau dirujak.
Pohon bidara memanglah kaya manfaat. Tak hanya daun, buah, dan kayunya. Kulit kayu dan akarnya pun bisa diambil manfaatnya. Kulit kayunya biasa untuk obat gangguan pencernaan dan obat luka. Kulit akarnya memiliki khasiat lain lagi, setelah dicampur pulasari dan bawang putih, bisa dijadikan obat kencing nyeri dan berdarah.
Penasaran dengan khasiat-khasiat bidara yang lain? Insya Allah akan kami akan ketengahkan di edisi mendatang. Wallahu a’lam. []