(Panjimas.com) – “Pada Habbatussauda’ ada obat bagi segala jenis penyakit kecuali as-sam, yaitu maut.” (Hr. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Ahmad).
Saat ini, masyarakat Indonesia mengenal habbatussauda’ sebagai satu jenis obat herbal berbentuk kapsul atau minyak. Ia banyak dijual di toko-toko herbal. Seperti apa wujud aslinya sebelum diolah, kebanyakan kita belum mengetahuinya.
Hal ini wajar, karena hasil bumi yang satu ini tidak dibudidayakan di Indonesia. Nah, tulisan ini mencoba memberi gambaran lebih lengkap tentang habbatussauda’. Semoga dengan semakin mengenalnya, kita akan lebih mensyukuri ciptaan Allah swt ini.
Tanaman habbatussauda’ banyak tumbuh di wilayah Mediterania dan daerah padang pasir. Sebenarnya ia bisa tumbuh di berbagai letak geografis di bumi, termasuk Indonesia. Namun di negeri ini misalnya, ia tidak dapat hidup dan tumbuh secara maksimal.
Tempat yang paling cocok untuk tanaman ini adalah daerah beriklim panas dan kering. Iklim tak hanya berpengaruh pada pertumbuhan dan daya tahan hidupnya, kandungan nutrisi habbatussauda’ pun dipengaruhi olehnya.
Di setiap belahan dunia, habbatussauda’ memiliki sebutan berbeda-beda. Nama habbatussauda’ sendiri merupakan sebutan di Jazirah Arab. Nama ini mengacu pada wujud fisiknya, biji kecil berwarna hitam. Di Mesir, orang menyebutnya habbah barakah, nama yang mengacu pada manfaatnya yang begitu besar, dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan menjadi obat untuk segala penyakit.
Di Eropa, habbatussauda’ dinamakan black seed atau black cumin, artinya biji hitam. Sedang di Malaysia dan Indonesia disebut jintan hitam. Tapi banyak juga yang menyebutnya dengan nama Arab, habbatussauda’. Lalu apa nama ilmiah biji hitam kaya manfaat ini? Adalah Nigella Sativa.
Secara anatomis, biji habbatussauda berukuran 1-2 mm, berbentuk segi tiga, berwarna hitam, beraroma menyengat, dan rasanya pahit bercampur pedas hangat. Pohonnya memiliki tinggi 35-50 cm, bercabang, berbulu, bunganya berwarna putih kebiruan. Daun di bagian bawah lebih kecil dan pendek, sedangkan ang tumbuh di bagian atas lebih panjang, yakni berkisar 6-10 cm. Biji habbatussauda’ dapat mereproduksi diri secara mandiri. Dalam pertumbuhannya, ia mengalami metamorfosis dari biji berwarna putih menjadi hitam.
Habbatussauda’ sudah dikenal dan diambil manfaatnya oleh manusia sejak lebih dari 3000 tahun silam. Pendapat ini mengacu pada ditemukannya minyak habbatussauda’ di pemakaman Tuthankhamen (makam raja-raja Mesir Kuno).
Pada zaman peradaban kuno, habbatussauda’ hanya boleh digunakan oleh keluarganya kerajaan. Selain Mesir, raja-raja Yunani Kuno juga menggunakannya. Di Asia, terutama Timur Tengah, dan Eropa Timur, habatussauda’ digunakan sebagai suplemen kesehatan dan obat berbagai penyakit ringan dan berat.
Demikian deskripsi fisik dan sifat biologis tanaman habatussauda’. Insya Allah manfaat dan ulasan selanjutnya akan disampaikan di edisi-edisi mendatang. Wallahu a’lam. []