(Panjimas.com) – Pendengaran, dalam al-Qur’an selalu disebut pertama kali sebelum penglihatan. Mengapa demikian? Salah satu sebabnya adalah, bahwa organ pendengaran (telinga) merupakan panca indera yang pertama kali berfungsi sejak bayi dilahirkan. Itulah sebab sebagian ulama berpendapat disunahkannya mengumandangkan azan di telinga kanan bayi yang baru lahir, agar suara yang ia dengar pertama kali di alam fana adalah lafadz-lafadz illahiyah.
Salah satu ayat yang menyebut pendengaran ialah,
“… Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (al-Isra’: 36).
Dari ayat ini, satu dari sekian hikmah yang dapat kita petik ialah menjaga keadaan telinga agar tetap mampu menjalankan fungsinya dengan sempurna, dengan baik, hingga tutup usia.
Penjagaan dan perawatan telinga di dalam Islam tak hanya secara fisik semata. Secara ruhiyah pun menjadi bagian yang tak boleh dinomorduakan, bahkan harus diutamakan. Imam al-Ghazali bernasihat,
“Hendaknya engkau menjaga telinga. Jangan dengarkan perkara bid’ah (fitnah), pembahasan hal ikhwal orang lain yang negatif, kata-kata jelek, perbincangan batil, atau bahasan tentang kejelekan-kejelekan orang lain.”
Sebagaimana mata, telinga merupakan organ tubuh yang amat vital. Ilmu dan kabar dapat kita peroleh dengan mudah bila telinga normal. Maka hendaklah bagi siapa saja yang Allah swt mengaruniainya, ia bersyukur sesuai kemampuannya. Pelaksanaan adab-adab seperti dinasihatkan al-Ghazali di atas merupakan ekspresi syukur yang nyata, yang sekaligus sebagai wujud penjagaan dan perawatan telinga.
Di samping penjagaan dan perawatan secara ruhiyah, cara-cara penjagaan dan perawatan telinga secara fisik akan kita sertakan di bawah ini.
1. Hindari Kebisingan
Bagi kita yang dapat beraktivitas tanpa bersinggungan dengan suasana bising, hendaklah menghindari kebisingan. Kebisingan dalam tingkatan biasa, seperti jalanan kota, masih bisa dikatakan relatif aman untuk telinga. Namun kebisingan yang lebih dari itu, misal di bengkel, pabrik, arena olahraga otomotif, atau permainan musik dan yang lain, yang tak dapat lepas dari suara keras yang terus-menerus, apalagi menghentak-hentak, dapat menyebabkan melemahnya daya dengar (kepekaan) telinga. Oleh karenanya, bagi kita yang aktivitas kesehariannya harus berada dalam situasi demikian, hendaklah melakukan upaya penjagaan yang lebih ekstra, misal dengan memakai peredam suara berupa kain atau sejenisnya, yang dapat mengurangi volume suara yang masuk ke telinga.
Sebagai usaha preventif secara luas, bagaimana agar situasi-situasi bising dapat diminimalisir adanya, adalah dengan pembangunan budaya atau gaya hidup tanpa polusi suara. Polusi suara di sini artinya, suara-suara yang berlebihan, yang sebenarnya tak diperlukan. Budaya bermusik yang berlebihan dan gaya berkendara dengan suara knalpot yang keras, juga pawai motor simpatisan parpol maupun supporter sepakbola hendaknya ditinjau kembali. Sebagai hamba Allah swt yang beriman, memerhitungkan manfaat dan madharat dari setiap aktivitas adalah keharusan. Allah swt menegaskan bahwa salah satu ciri mukmin adalah menghindarkan diri dari perkata tak berfaedah.
“Sungguh beruntung orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (al-Mu’minun: 1-3).
2. Hindari Earphone
Earphone adalah spiker yang pemakaiannya ditempelkan di permukaan lubang telinga. Di era menjamurnya ponsel canggih seperti sekarang, earphone (sering disebut headset) laris manis di pasar aksesories ponsel. Sambil berkendara, joging, bahkan tidur, banyak orang memakainya.
Keberlebihan menggunakan perangkat elektronika secara umum dapat menimbulkan masalah kesehatan manusia. Baik kesehatan fisik maupun mental. Termasuk kebiasaan menggunakan earphone, bila berlebihan akan membuat kepekaan organ pendengaran menurun, di samping paparan gelombang listrik yang dapat merusak organ tubuh lebih menyeluruh. Menerima telepon dengan handphone pun sebaiknya diaktifkan loudspeakernya, sehingga tak perlu ditempelkan ke telinga.
3. Membersihkan Telinga dengan Hati-hati
Membersihkan telinga dengan cutton bud atau korek kuping harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan melakukannya di keramaian atau di dekat anak kecil yang sedang asyik bermain, atau sambil bercanda dengan orang lain. Penghindaran tersebut agar tidak terjadi kecelakaan yang melukai organ dalam telinga. Membersihkan telinga di keramaian, selain kurang aman juga tidak sopan. Sebaiknya kita mencari waktu dan tempat yang tenang ketika hendak membersihkannya.
4. Pilih Makanan
Untuk menjaga kesehatan telinga, kita dianjurkan makan makanan yang mengandung asam folat dan seng. De samping itu, merokok juga harus dihindari, karena salah satu organ tubuh yang bisa rusak karena racun rokok adalah telinga. Sedang makanan dan minuman yang perlu dikurangi antara lain, yang mengandung kafein, garam yang berlebih, pemanis sintetis, dan zat-zat kimia sebagai pengawet maupun pewarna.
5. Pilih Obat Alami
Sebaik-baiknya kita merawat telinga, tetap tak tertutup kemungkinan terjadi gangguan padanya. Mungkin saja Allah swt menguji kita dengan faktor eksternal, misal kecelakaan, kemasukan benda asing, atau serangga. Apabila terjadi hal demikian, sebaiknya kita jangan panik dan terburu-buru mengatasinya secara medis. Sebaiknya tetap tenang, sembari berdoa kita mendahulukan pengobatan alami. Misal saja dengan terapi pijat, bekam, dan obat herbal, baik tetes telinga maupun obat telan.
Sudah kita maklumi bersama bahwa obat-obatan kimia yang ada di pasaran maupun di rumah sakit pada dasarnya adalah racun. Bahkan di. Antaranya ada yang mengandung babi, juga bagian tubuh manusia. Padahal selama ada yang halal, mengonsumsi obat yang mengandung zat yang sudah jelas haram adalah dilarang (haram).
Sekali lagi, yang sangat utama bagi kita, Muslim, dalam menjaga dan merawat organ pendengaran adalah, menggunakan anugerah Allah swt tersebut untuk menangkap suara-suara yang baik, yang dapat mendekatkan kita kepada Allah swt. Bukan sebaliknya, yang melalaikan dari ketaatan kepadaNya. Misal saja musik dan nyanyi-nyanyian yang berlebihan dan liriknya memancing tindak kemaksiatan. Pawai motor dengan menlepas filter knalpot, juga bermain petasan.
Sebagai hiburan, saat ini sangat mudah kita jumpai lagu-lagu yang liriknya mengandung pesan-pesan kebaikan, mengandung bacaan shalawat, kritik sosial, dan sebagainya. Mendengarnya, selain menenteramkan dan mengingatkan untuk berbuat baik dalam iman, insya Allah juga menjadi terapi kesehatan bagi organ pendengaran kita. Wallahu a’lam. []