(Panjimas.com) – “Katakanlah (Muhammad), ‘siapakah yang memberi rejeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan…'” (Yunus: 31).
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (al-Isra’: 36).
Dua ayat di atas menjadi penanda bahwa penglihatan (mata) adalah organ tubuh yang amat vital bagi manusia. Dengan mata, manusia dapat memelajari, mengenali, lalu mengelola ciptaan Allah swt yang dihamparkanNya di sekujur langit dan bumi. Dengan mengenali keagungan ciptaanNya, keyakinan akan Kemahakuasaan Allah swt dapat menghunjam kokoh di hati, iman jadi mantab, dan ibadah sebagai ekspresi natural keimanan akan tunai dengan kualitas yang tinggi. Dan, keistiqamahan insya Allah ‘hidup sehat’ sepanjang hayat.
Oleh sebab sedemikian pentingnya arti penglihatan dalam kehidupan manusia, maka menjaga kesehatan dan keutuhannya pun menjadi perkara yang penting. Islam, sebagai agama yang ilmiah, sesuai fitrah dan sains, mengajarkan bagaimana merawat mata, di samping adab dalam memanfaatkannya.
Sejatinya, menggunakan penglihatan sesuai adab dan akhlaq Islam, secara natural sudah menjadi wujud perawatan mata. Adab melihat, memandang, menatap, dalam Islam digambarkan salah satunya dalam ayat,
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya…’” (an-Nuur: 30-31).
Islam mengatur sedemikian rupa objek-objek apa saja yang boleh ditampakkan dan dipandang, dan sebaliknya. Hal ini sebagai langkah pemberadaban kehidupan. Karena manusia berbeda dengan binatang, manusia dicipta sebagai makhluk terbaik dalam bentuk, pada mulanya. Selanjutnya mereka dibebaskan memilih jalan. Jika memilih iman berikut segala konskuensinya, maka ia tetap menjadi yang terbaik. Namun jika sebaliknya, ia akan dialihposisikan sebagai yang tercela, hina dina.
“Sungguh, Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan…” (at-Tiin: 4-6).
Menggunakan penglihatan untuk kebajikan, sesuai adab-adab Islam, berarti bertindak yang mengundang keberkahan. Sebaliknya, bila penggunaannya keluar dari tatanan itu, artinya, si manusia bertindak zalim. Padahal tak ada keberkahan hadir dari tindak kezaliman. Kezaliman hanya berbuah kerugian. Berbuat kezaliman menggunakan penglihatan, berarti tidak merawat mata, malah sebaliknya merusaknya, dan rugilah si empunya.
Adapun langkah merawat mata secara khusus, secara fisik, diajarkan pula oleh Islam. Nabi Muhammad saw melakukannya seperti disebut dalam hadits,
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw punya celak mata, dan mengolesi mata beliau tiga kali dengan celak tersebut. (Hr. Ibnu Majah)
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw jika mencelaki mata, beliau mengawali yang kanan tiga kali, lalu yang kiri dua kali. (Hr. Tirmidzi)
Di samping menggunakan, Rasulullah saw pun membagikan ilmu perihal manfaat celak mata, seperti berikut,
“Sebaik-baik hiasan (mata) adalah batu celak mata. Ia dapat membeningkan penglihatan dan menumbuhkan bulu mata.” (Hr. Tirmidzi).
Meski di negeri kita saat ini mencelak mata dengan batu celak alami tidak mentradisi, namun bukan berarti tak ada yang menjual benda tersebut. Di toko maupun lapak herbal dan tibbun nabawi biasanya tersedia. Memakainya, bila dimaksudkan sebagai mengikuti kebiasaan Nabi saw di samping sebagai bentuk perawatan mata, insya Allah ada nilai lebihnya, ada pahalanya tersendiri.
Gaya hidup zaman Nabi saw dengan saat ini terdapat perbedaan. Sekarang, setiap hari kebanyakan manusia dihadapkan dengan layar monitor, entah komputer, tivi, maupun handphone. Konskuensinya, upaya perawatan mata perlu ditingkatkan. Di antaranya dengan melakukan pembiasaan seperti di bawah ini:
1. Menjaga Jarak Pandang
Jarak pandang mata dengan layar monitor, apabila terlampau dekat, akan berdampak buruk bagi mata, misalnya menyebabkan mata minus. Demikian pun buku. Membacanya, bila jarak mata kurang dari 30 cm, lambat laun akan membuat mata menjadi minus.
2. Istirahat
Selain jarak pandang, durasi waktu pun mesti dibatasi. Ambil jeda untuk mengistirahatkan mata, jangan memforsir mata untuk membaca dan menonton. Pandanglah kejauhan, syukur pemandangan berupa tanaman dan pepohonan. Pandang dengat rileks sambil berzikir.
3. Senam Mata
Senam mata baik dilakukan setiap hari. Caranya gampang, namun sering kali kita malas melakukan dan sulit merutinkan. Ada beberapa macam senam, di antaranya:
– melihat jarak dekat dan jauh secara bergantian, dilakukan berulang-ulang;
– menggerakkan pandangan dengan arah membentuk angka delapan tidur, lalukan puluhan kali;
– melihat ke arah bawah mentok, atas mentok, kiri mentok, kanan mentok, kanan atas mentok, kiri bawah mentok, kiri atas mentok, dan kanan bawah mentok, setiap mentok ditahan sejenak.
4. Pola Makan
Pola makan sehat, yakni yang alami (bukan kimiawi) dan seimbang (tidak menyebabkan naiknya kolesterol dan gula darah, serta ketidaknormalan tekanan darah), baik bagi kesehatan mata. Makanan yang kaya vitamin A juga bagus untuk mata.
5. Bernafas Dalam
Bernafas dalam/panjang membuat aliran darah ke mata lebih optimal, sehingga kesehatan, daya kerja, dan daya tahannya menjadi lebih berkualitas.
6. Hindari Rokok, Miras, dan Narkoba
Ketiga barang itu terbukti secara ilmiah merusak tubuh, termasuk mata.
Demikian beberapa cara menjaga kesehatan organ penglihatan (mata). sebenarnya sederhana dan sepertinya sepele, namun untuk bisa melaksanakannya dengan istiqamah, ternyata penulis sendiri merasa tidak mudah. Maka itu, mari bersama-sama kita usahakan untuk bisa. Ilmu dicari dan dibagi untuk diamalkan, bukan hanya diwacanakan. Mudah-mudahan pertolongan Allah swt dilimpahkan kepada kita, sehingga semakin hari kita semakin mampu melakukan upaya perawatan organ penglihatan dengan baik. Pun menggunakannya sesuai adab Islam, untuk berbuat kebajikan, aamiin. Wallahu a’lam. [IB]