JAKARTA, Panjimas.com – Untuk memperkuat posisi dakwah para da’i dituntut mempunyai kompetensi agar mampu menegakkan keadilan. Demikian salah satu materi ceramah KH Amirsyah Tambunan selaku Sekjen MUI dalam acara Standarisasi Da’i yang dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Menurut Buya Amirsyah, salah satu langkah penting memahami Ifrath dan tafrith.
Contoh pentingnya keseimbangan dalam soal makan dan minum, disebutkan dalam hadits.
يا بَني آدَمَ …….وَ كُلُوا وَ اشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفينَ
Kullu wasyrabu wala tusrifu
Hai anak Adam..Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan..
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
“Makna Ifrath dan Tafrith
Untuk mempermudah dalam memahami makna Ifrath dan tafrith kita telah melihat pada contoh dalam kasus mengkonsumi makanan atau minuman seperti dijelaskan diatas,” ujarnya kepada Panjimas, Selasa (28/9/2021).
Ifrath itu terlalu berlebihan makan atau minum, sebakiknya tafrith itu terlalu sedikit makan atau minum.
Dengan kata lain contoh ini baik terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi makanan atau minuman atau sebaliknya yaitu terlalu kurang dalam mengkonsumi makanan atau minuman keduanya berdampak buruk pada jasad manusia.
Tubuh manusia butuh pada keseimbangan, butuh pada kapasitas yang cukup, tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit jadi tidak ifrath maupun tafrith.
“Dalam kontek pemikiran bagaimana ? Ifrath dan Tafrith dalam pemikiran atau idiologi manusia menemui banyak label-label yang bertebaran bebas ditengah kehidupan,” tuturnya.
Menawarkan berbagai macam pemikiran seperti paham komunisme. Ada tawaran ekstrim kanan menyalahgunakan paham, takfiri, yang juga mengusung istilah Syi’ah..
Islam menekankan keseimbangan untuk keadilan (i’tidal) untuk mewujudkan kemaslahatan umat.
Pengenalan pada ifrath dan tafrith suatu kelompok pemikiran mempermudah anak-anak muda untuk membedakan, mana yang sebenarnya layak dijadikan panutan, mana yang benar-benar mencerminkan ajaran islam yang mulia. Sehingga tidak terjerumus kedalam kelompok-kelompok itu.
Ketika mengenal dan memahami Ifrath, manusia tidak akan berlebihan dalam menerima, memperlakukan atau dalam mengapresiasi suatu hal baik materi maupun non materi.
Jadi ketika ada kelompok pemikiran yang memiliki karakter ini bisa ditolak dan ditinggalkan. Pengenalan dan pemahaman makna ifrath dan tafrith bisa menjadi parameter untuk menilai validitas suatu pemikiran yang ada tanpa terpengaruh ektrim kiri dan kanan.
“Dalam menyikapi berbagai adat budaya banyak kita temui ajakan dari orang-orang besar dari suatu kaum untuk berbuat bijak agar mempunyai kearifan lokal,” Buya Amirsyah Tambunan
Ajakan yang tidak melulu berasal dari ajaran agama tertentu, ajakan yang muncul murni dari fitrah manusia itu sendiri. Ajakan untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk dan merugikan. Dalam bahasa jawa dapat kita temukan ajakan berbunyi Becik ketitik ala ketara, baik akan terlihat dampaknya, buruk juga akan nampak. Ini adalah gambaran bahwa manusia pada umumnya memiliki kecenderungan untuk senantiasa berbuat baik dalam keadilan.
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
143. Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang
Meluruskan pemahaman moderat.
Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin Moderatio, yang berarti kesedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian kata moderasi, yakni: pertama, pengurangan kekerasan, kedua, penghindaran keekstreman. Jika dikatakan, “orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.
Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (ratarata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi negara.
“Dalam Islam lebih menekankan wasathiyah yang pada dasarnya menekankan keadilan. Qs Al Baqarah 143 secara tegas memberikan pemahaman bahwa wasathiyah bernakna udulan yakni keadilan. Jadi sikap extrim kiri dan kanan dapat di hindari dengan ikhtiar menegakkan keadilan bagi semua pihak. Salah satu ruh Pancasila adalah keadilan sebagaimana disebutkan dalam sila ke 2 Kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalan sila ke 5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.