JAKARTA, Panjimas – Bulan Shafar adalah bulan kedua setelah Muharram, pada kalender hijriyah. Namun, pada masa jahiliyah, bulan Shafar dianggap bulan yang mendatangkan, bencana, nahas/apes dan berbagai hal buruk lainnya.
Mungkin di negeri ini pun demikian, apabila seseorang memiliki hajat seperti menikah, khitan, memulai bisnis, bepergian jauh dan lain sebaginya, mereka tunda hingga usai bulan shafar.
Bahkan, ada pula yang meyakini khurafat tentang Rebo Wekasan, yakni hari Rabu terakhir di bulan Shafar yang dianggap waktu turunnya bala bencana, baik itu penyakit, musibah, malapetaka dan lain sebagainya.
Anggapan batil tersebut, sudah dinafikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘aliaihi wa Sallam, sebagaimana ditegaskan dalam hadits,
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ
Tidak ada ‘adwa (penularan penyakit dengan sendirinya), thiyarah (kesialan), hamah (anggapan sial dengan burung hantu), shafar (anggapan sial bulan shafar), dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa. (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits yang lain,
َدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُصَفَّى حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ قَالَ قُلْتُ لِمُحَمَّدٍ يَعْنِي ابْنَ رَاشِدٍ قَوْلُهُ هَامَ قَالَ كَانَتْ الْجَاهِلِيَّةُ تَقُولُ لَيْسَ أَحَدٌ يَمُوتُ فَيُدْفَنُ إِلَّا خَرَجَ مِنْ قَبْرِهِ هَامَةٌ قُلْتُ فَقَوْلُهُ صَفَرَ قَالَ سَمِعْتُ أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ يَسْتَشْئِمُونَ بِصَفَرٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَفَرَ قَالَ مُحَمَّدٌ وَقَدْ سَمِعْنَا مَنْ يَقُولُ هُوَ وَجَعٌ يَأْخُذُ فِي الْبَطْنِ فَكَانُوا يَقُولُونَ هُوَ يُعْدِي فَقَالَ لَا صَفَرَ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mushaffa telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ia berkata, “Aku tanyakan kepada Muhammad bin Rasyid, “Bagaimana dengan kata ‘haam’? Ia menjawab, “Orang-orang jahiliyah dulu mengatakan, ‘Tidaklah orang yang meninggal kemudian dikubur melainkan keluar serangga berbisa dari kuburnya’. Aku tanyakan lagi, “Bagaimana dengan kata, ‘Shafar’? Ia menjawab, “Aku pernah mendengar bahwa orang-orang jahiliyah menisbatkan kesialan kepada bulan Shafar.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada (kesialan) bulan shafar.” Muhammad berkata, “Aku mendengar orang yang mengatakan, ‘(shafar) Itu adalah suatu penyakit yang bertempat di dalam perut. Dahulu mereka mengatakan, ‘Penyakit tersebut menular’. Maka beliau bersabda: “Tidak ada (kesialan) bulan shafar.” (HR. Abu Daud).
Di sisi lain, menganggap Bulan Shafar sebagai bulan sial, maka itu menjadi bagian perbuatan dari mencela waktu. Hal ini amat dimurkai Allah Ta’ala, sebagaimana disebutkan di dalam hadits,
قالَ اللَّهُ عزَّ وجلَّ: يُؤْذِينِي ابنُ آدَمَ يقولُ: يا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فلا يَقُولَنَّ أحَدُكُمْ: يا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فإنِّي أنا الدَّهْرُ، أُقَلِّبُ لَيْلَهُ ونَهارَهُ، فإذا شِئْتُ قَبَضْتُهُما
“Allah ‘azza wa jalla berfirman: manusia telah mencelaku ketika mereka mengatakan: duh ini waktu yang sial! Maka janganlah kalian mengatakan: duh ini waktu yang sial! Karena Aku adalah ad dahr. Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang. Jika Aku ingin, maka Aku akan tahan keduanya” (HR. Muslim).
Oleh sebab itu, Bulan Shafar sama seperti bulan pada umumnya, silahkan beraktifitas secara wajar dan menggelar kegiatan sebagaimana mestinya. Tidak ada nahas/apes yang dikaitkan dengan bulan tersebut. Turunnya musibah atau bencana, justru berkaitan dengan perbuatan manusia itu sendiri.
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
Terakhir, bila memasuki bulan baru, para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa sebagai berikut,
اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيْمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ، وَجِوَارٍ مِنَ الشَّيطَانِ، وَرِضوَانٍ مِنَ الرَّحمَنِ
Ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan rasa aman, keimanan, keselamatan, dan Islam, juga lindungilah kami dari gangguan setan, dan agar kami mendapat rida Allah (Ar-Rahman). (HR. Al-Baghawi).
Semoga Allah memudahkan segala urusan kebaikan kaum Muslimin, memasuki bulan Shafar dengan rasa aman dan penuh keberkahan.