JAKARTA, Panjimas – Fenomena childfree, menghebohkan masyarakat di Indonesia. Pasalnya, sikap childfree tersebut dilakukan oleh public figure dan disiarkan di berbagai media.
Childfree adalah sebuah keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat.
Ideolog childfree ini adalah St. Augustine, seorang teolog Kristen yang sebelumnya penganut Maniisme. Ia percaya bahwa membuat anak adalah suatu sikap tidak bermoral, dan dengan demikian (sesuai sistem kepercayaannya) menjebak jiwa-jiwa dalam tubuh yang tidak kekal. Demikian seperti dikutip situs enseklopedia online, Wikipedia.
Dalam Islam menjaga keturunan merupakan bagian dari maqashid syari’ah. Memiliki keturunan juga merupakan tujuan pernikahan yang sesuai fitrah manusia, sebagaimana diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عن أنس بن مالك قال كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُ بِالبَاءَةِ وَيَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيْدًا وَيَقُوْلُ تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ الْأَنْبِيَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban. Lihat Al-Irwa’ no. 1784).
Memilih sikap childfree tanpa alasan kedaruratan, menganggapnya sebagai sikap mulia dan ikut mengampanyekan gerakan tersebut, ditengarai sebagai bagian dari konspirasi Zionis Yahudi. Karena bertentangan dengan ajaran Islam dan fitrah manusia. Hal ini disampaikan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, sebagaimana dikutip situs resmi Nahdlatul Ulama (NU Online).
وَالَّذِي نَرَى وَنَتَدَيَّنُ بِهِ اللهَ تَعَالَى أَنَّ فِكْرَةَ تَحْدِيدِ النَّسْلِ كَمَبْدَإٍ، فِكْرَةٌ إِلْحَادِيَّةٌ خَبِيثَةٌ وَمَكِيدَةٌ صَهْيُونِيَّةٌ ظَاهِرَةٌ سَافِرَةٌ، اِغْتَرَّ بِهَا بَعْضُ الْمَفْتُونِينَ مِنَ الْمَحْسُوبِينَ عَلَى الدِّينِ. فَنَفَخُوا فِيهَا وَرَاحُوا يَدْعُونَ إِلَيْهَا بِدَعْوَ الْغَيْرَةِ عَلَى الاقْتِصَادِ الْعَرَبِيِّ وَالْإِسْلَامِيِّ وَحِمَايَةِ الْمُجْتَمَعِ مِنَ الْفَقْرِ وَالْجَهْلِ وَالْمَرَضِ الَّذِي زَادَ بِزِيَادَةِ الْأَفْرَادِ
“Prinsip yang saya anut dan saya gunakan sebagai sikap beragama kepada Allah Ta’ala adalah sungguh pemikiran pembatasan keturunan sebagai prinsip hidup merupakan pemikiran ateisme yang keji, tipu daya zionis yang sangat nyata dan mencolok. Pemikiran itu meracuni sebagian orang-orang yang terkena fitnah dari kalangan tokoh-tokoh beragama. Lalu mereka mengampanyekan pemikiran tersebut dan semangat mengajak orang untuk mengikutinya dengan dalih prihatin terhadap kondisi ekonomi bangsa Arab dan umat Islam, serta dengan dalih melindungi masyarakat dari kemiskinan, kebodohan, dan penyakit yang semakin bermunculan seiring bertambahnya populasi manusia.” (Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, Adabul Islâm fî Nizhâmil Usrah, [Surabaya, Haiatush Shafwah al-Mâlikiyyah], halaman 160).
Oleh sebab itu, seyogyanya masyarakat tidak mengikuti tren negatif childfree, dan menutup celah kampanye bagi siapa saja yang mengusungnya. Semoga Allah Ta’ala menjaga para pemuda kaum Muslimin dari budaya dan ideologi rusak musuh-musuh Islam.