(Panjimas.com) – Bicara tentang akhlaq berpakaian, menutup aurat saja belum selesai urusan. Jilbab saja belum cukup! Ada pertimbangan-pertimbangan lain yang harus diperhatikan.
Allah ta’ala Mahahalus perhitungannya. Hal-hal sekecil apa pun yang kita lakukan ada catatannya dan kelak akan dipertanggungjawaban. Karena sekecil apa pun suatu tindakan, bila diakumulasikan akan menjadi besar pengaruhnya bagi kehidupan. Pengaruh baik yang berkontribusi dalam pemajuan peradaban akan berbalas kebaikan, pun sebaliknya. Makanya sangat tak pantas kita merasa ada di zona aman apalagi merasa menjadi hamba terbaikNya, hanya karena sudah melaksanakan amal shalih dalam tinjauan satu sisi saja. Menutup aurat misalnya. Apabila Muslimah sudah berjubah, berjilbab besar, hanya wajah dan kedua telapak tangan saja yang kelihatan; sudah merasa sangat beradab dalam berpakaian. Tunggu dulu!
Kita harus mafhum bahwa Allah ta’ala tak hanya melihat amal menutup aurat saja. Lebih dari itu Dia juga memandang aspek-aspek lain yang kait mengait antar berbagai ranah kehidupan. Salah satunya adalah material apa yang kita pilih sebagai penutup tersebut.
“…. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (at-Taubah: 16),
“…. Sesungguhnya Allah Mahahalus Mahateliti.” (Luqman: 16),
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (az-Zalzalah: 7-8).
Di pasar sandang bisa kita jumpai aneka jenis produk tekstil. Ditinjau dari bahan bakunya, produk-produk itu ada yang terbuat dari bahan alami seperti kapas, kulit, dan lainnya; dan ada yang berbahan sintetis seperti nilon, plastik, dan lainnya. Sandang yang berbahan alami tentu lebih aman bagi lingkungan daripada yang berbahan sintetis. Apalagi bila bahan pewarnanya juga alami, tentu lebih baik lagi. Baju, ada yang kancingnya dari plastik dan ada yang dari termpurng kelapa. Yang berbahan tempurung kelapa tentu lebih baik. Sandang yang berbahan alami lebih aman bagi lingkungan dalam proses pembuatannya maupun setelah menjadi sampah nantinya.
Persoalan sampah khususnya jenis anorganik sudah menjadi PR besar penduduk bumi saat ini. Berbeda dengan zaman salaf dulu, waktu itu daya dukung lingkungan masih bermutu tinggi, kerusakan alam belum begitu berarti. Karena itu wajar bila belum ada ulama salaf yang mengupas secara luas dan mendalam wordview Islam tentang lingkungan. Kini, umat manusia sedang dihadapkan pada musibah besar kerusakan lingkungan. Untuk itu, sebagai Muslim kita harus tanggap, jangan malah tak acuh dan membiarkan PR ini dikerjakan oleh para ilmuwan sekular!
Kaum Muslim di zaman modern ini seharusnya memberi perhatian sangat serius terhadap persoalan lingkungan. Terdepan dalam mengadakan kajian dan mengajukan gagasan-gagasan pelestarian. Sungguh sangat naif sekali bila negara yang mayoritas penduduknya Muslim tapi sangat terbelakang dalam kearifan lingkungan, sangat rendah kesadarannya untuk melestarikan alam!
Keterbelakangan pemahaman kaum Muslim soal lingkungan tercermin dalam cara memilih pakaian. Di mana yang menjadi patokan hanyalah menutup aurat, tanpa mengacuhkan aspek-aspek lain yang juga akan kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah ta’ala.
Semoga tulisan singkat ini sedikit memerluas cakrawala berfikir kita. Sebagai hamba-hamba beriman, semoga hati Pembaca terketuk untuk melakukan perubahan. Karena Muslim adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk memerbaiki kerusakan dan memajukan peradaban.
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah ….” (Ali imran: 110).
Ini baru masalah lingkungan. Masih ada hal-hal lain yang mesti diperhatikan dalam berpakaian. Pertimbangan sosial ekonomi dan budaya juga sangat butuh perhatian kita. Mudah-mudahan penulis bisa mengetengahkannya pada edisi mendatang. Wallahu a’lam. [IB]