(Panjimas.com) – Akhlaq baik mencipta kenyamanan hidup. Maka itu Islam menempatkannya pada posisi vital. Karena agama wahyu ini memiliki kepentingan mewujudkan kehidupan yang menenteramkan, menyelamatkan, sekaligus membahagiakan.
Untuk itu, Allah subhanahu wa ta’ala selaku penguasa langit-bumi dan segala isinya, mengutus manusia pilihanNya agar menyempurnakan kebaikan akhlaq manusia. Suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tugas kerasulannya,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (Hr. Bukhari, Baihaqi, dan Hakim).
Salah satu implementasi akhlaq yang baik adalah cara berpakaian. Cara berpenampilan menjadi salah satu tolak ukur kualitas akhlaq si bersangkutan. Dalam pergaulan umat Islam, pakaian yang dominan menjadi sorotan adalah busana kaum wanita. Aurat adalah satu objek pembahasan yang terus bergulir dari masa ke masa. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu dan canggihnya perangkat komunikasi, wawasan tentang aurat dan busana ideal muslimah dapat dimengerti dan diindahkan oleh banyak kalangan saat ini.
Pada dekade 90-an, jumlah wanita berkerudung di tempat-tempat umum di negeri ini masih menempati prosentase kecil sekali. Jangankan kaum awamnya, wanita-wanita dari keluarga dan kalangan yang dianggap pemuka agama saja masih banyak menampakkan rambutnya. Waktu itu, sulit membedakan mana wanita muslimah dan mana penganut agama lain, dari pakaiannya.
Saat ini, jangankan para aktivis dakwah, para selebritis yang beberapa tahun lalu masih gemar tampil di layar kaca dengan busana seksi saja, berubah istiqamah berkudung hijab setiap keluar rumah. Allahuakbar!
Kita wajib mensyukuri fenomena ini. “Lautan Jilbab” yang pernah diimajinasikan budayawan Muslim kita di era 90-an, kini mewujud kenyataan. Adalah sebuah gebrakan besar bila di tahun 1990 Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun mengadakan pementasan teater “Lautan Jilbab” yang diangkat dari puisi ciptaannya setahun sebelumnya.
Lantas apakah saat ini merupakan puncak keberadaban umat Islam dalam berpakaian? Oh, belum! Biar pun di tempat-tempat umum negeri ini hampir sebagian besar wanitanya berhijab, tapi tetap ada persoalan lain yang mesti kita kritisi, sikapi, perbaiki. Apakah itu? Silakan Anda mencari, dan biarkan penulis juga mencari lalu mengetengahkannya pada edisi mendatang, insya Allah. Kemudian mari kita saksikan apakah sama persoalan yang kita temukan dan solusi yang kita tawarkan?! Wallahu a’lam. [IB]