(PANJIMAS.COM) – Ketika Sang Raja menghadiahkan budak wanita bernama Hajar kepada Sarah. Ibrahim dan Sarah pulang ke Palestina dengan membawa serta budak wanita pemberian dari raja Mesir. Mereka bertiga menetap di Baitul Maqdis dengan tenang. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, usia Sarah makin bertambah, Sarah semakin tua. Begitu juga Nabi Ibrahim as.
Sarah diliputi sedih. Apalagi, dia itu mandul dan tidak bisa memberikan keturunan kepada nabi Ibrahim. Padahal, Nabi Ibrahim sangat mengharap keturunan untuk meneruskan perjuangan dakwah.
Belum juga dikaruniai anak, Ibrahim as pun tak henti-hentinya berdoa memohon kepada Allah SWT agar di beri keturunan yang shalih yang baik-baik.. “Rabbi habli minas Shaalihiin.” Maka Allah SWT pun segera menyampaikan kabar gembira tentang hal tersebut.
Dalam keadaan yang muskil untuk memberikan keturunan itulah, Sarah kemudian menawarkan Hajar kepada Ibrahim, suaminya, meski ia –dalam hati yang paling dalam– ditimpa cemburu.
Sarah berkata kepada Ibrahim as, “Hai kekasih Allah, sesungguhnya Allah tidak memperkenankan aku melahirkan anak, karenanya menikahlah dengan budakku ini, mudah-mudahan Allah mengaruniakan anak kepadamu melalui dirinya. Inilah Hajar, aku berikan kepadamu, mudah-mudahan Allah memberi kita anak keturunan darinya.”
Nabi Ibrahim as teringat akan janji Allah bahwa Hajar akan memberinya anak keturunan yang baik dan shaleh. Akhirnya Ibrahim menikahi Hajar, budak Sarah pemberian dari raja Mesir yang zalim tadi Dan janji Allah itu terbukti. Tidak lama kemudian, Hajar pun hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki diberi nama Ismail.
Rasa Cemburu Sarah
Sarah adalah seorang wanita yang dicatat sejarah sebagai wanita tercantik pada masanya. Selain cantik, ia termasuk wanita yang kaya dan tergolong murah hati karena ia memiliki kambing banyak dan lahan yang luas, tetapi dengan ringan tangan kemudian menghibahkan semua itu kepada nabi Ibrahim untuk diurus dan dikembangkan.
Meski cantik, Sarah memiliki rasa cemburu yang besar. Maklum saja, ia wanita mandul yang tidak bisa memberikan keturunan dan membuat perasaannya menjadi sensitif. Kendati demikian, ia termasuk wanita yang beriman dan juga bertaqwa kepada Allah. Ketika penguasa Mesir hendak berbuat jahat kepadanya, Allah melindunginya.
Ketika Ibrahim as menikahi Hajar dan dikaruniai anak bernama Ismail, Sarah dilanda api cemburu. Ia kemudian meminta kepada Ibrahim (suaminya) untuk menjauhi Hajar dan Ismail.
Rasa cemburu Sarah makin menjadi-jadi kepada Hajar. Ketika rasa cemburunya muncul, seringkali Sarah menusuk daun telinga Hajar dengan duri pohon kurma sampai membekas ketika cemburu. Ketika Ibrahim as tahu akan hal ini, Ibrahim as mengambil bunga pohon kurma dimasukkan kedalam lubang di telinga Hajar. Inilah ihwal adanya anting-anting, sebuah produk dari kecemburuan.
Pakar siroh Ustadz Budi Ashari, Lc bercerita tentang cemburunya Sarah kepada Hajar. Dikatakan, kecemburuan puncak Sarah kepada Hajar adalah saat Hajar memiliki anak. Bahkan saking cemburunya Sarah ingin memotong sebagian tubuhnya Hajar, bahkan sampai bersumpah atas nama Allah. Namun akhirnya kecemburuannya mereda.
Karena sudah bersumpah atas nama Allah, Ibrahim menyuruh Sarah melubangi saja telinga Hajar. Dan dari telinga yang berlubang itu, menjadi tanda, Hajar adalah wanita pertama yang memakai anting. Dengan berhias dengan antingnya, Sarah makin cemburu. Untuk mengatasi kecemburuan Sarah kepada Hajar, Nabi Ibrahim memisahkan Hajar hingga 1000 km lebih. Yang satu di negeri Syam, yang satu di Mekkah.
Kecemburuan Sarah yang berlebihan, menjadi penyebab turunnya wahyu. Ketika itu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim agar membawa pergi Hajar dan Ismail. Untuk melaksanakan perintah yang dikehendaki Allah, maka Ibrahim, Hajar dan anaknya (Ismail) yang masih menyusui itu akhirnya pergi ke suatu lembah yang tidak ada tanaman di dekat Baitullah untuk memulai hidup baru.
Di tengah keadaan yang kering dan juga tiada tanam-tanaman itu, nabi Ibrahim berdoa kepada Allah. “Ya, Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai taman-taman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)
Allah mengabulkan doa nabi Ibrahim. Ibrahim lalu kembali ke Palestina. Meski tinggal di negeri yang tiada tanam-tanaman dan juga kering kerontang, ternyata air memenuhi sekeliling Baitul Haram berkat Ismail. Allah telah memancarkan baginya air zamzam yang suci. (desastian)